Berbagi Rasa Sepanjang Bulan yang Mulia

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Berbagi Rasa Sepanjang Bulan yang Mulia

Nahida Ilma

(Aktivis Dakwah Kampus)

 

Alhamdulillah, bulan suci Ramadhan baru kita lalui dengan rasa syukur dan haru yang membuncah. Tidak ada bulan yang keutamaannya melebihi Bulan Ramadhan. Bulan yang penuh keberhakan dan keagungan, menjadikan setiap muslim bergembira menyambut dan menjalani hari-hari selama bulan Ramadhan. Hari-hari berjalan dengan suka cita semangat menjalankan berbagai amal kebaikan.

Demikian halnya dengan Idul Fitri yang penuh keistimewaan. Sebagian orang menyebut Hari raya Idul Fitri sebagai hari kemenangan. Menang melawan hawa nafsu, dan segala kecenderungan serta perilaku menyimpang. Bulan Syawal yang juga istimewa karena di dalamnya banyak aktivitas yang bernilai limpahan pahala di mata Allah swt. Sehingga di selama dua bulan berturut-turut, kaum muslimin berbuncah rasa suka cita.

Namun, umat harus ingat bahwa Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri kali ini penderitaan sebagian muslim belum juga kunjung berakhir. Untuk kesekian kalinya, umat islam berjumpa dengan bulan-bulan mulia dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Di sejumlah negeri, kaum Muslim menjalani puasa Ramadhan dan berhari raya dalam kondisi ketertindasan. Di Palestina misalnya, kaum muslimin mengalami kelaparan ekstrim serta aksi pembantaian dan genosida yang terus berlangsung. Para pengungsi di kompleks sekolah di Deir al-Balah, Gaza dilaporkan kekurangan pangan menjelang hari raya Idul Fitri 1445 H (Tribunnews.com, 10 April 2024).

Laporan terbaru yang dikeluarkan oleh Integrated Food Security Phase Classification (IPC) yang dirilis pada 18 Maret 2024, disampaikan bahwa seluruh penduduk di Jalur Gaza sebanyak 2,23 juta tengah menghadapi kerawanan pangan akut tingkat tinggi. Jumlah ini meningkat sebanyak 92% dibandingkan analisis sebelumnya yang dilakukan pada bulan Desember 2023. Risiko kelaparan diprediksi akan terus meningkat bahkan sampai pada tingkat paling parah dalam skala Kerawanan Pangan Akut hingga Juli 2024 apabila penyerangan terus berlanjut dan pembatasan akses bantuan.

Serangan terus terjadi, jumlah korban terus bertambah setiap hari. Perkembangan terkini, serangan Israel di Rafah, Gaza selatan pada hari ini setidaknya menewaskan tujuh orang, termasuk diantaranya tiga anak-anak (Aljazeera.com, 18 April 2024). Jumlah warga Palestina yang tewas dalam perang enam bulan (7 Oktober – 17 April) Israel di Jalur Gaza telah mencapai 33.899 orang. Diantara korban tewas terdapat lebih dari 14.520 anak-anak dan 10.000 perempuan (Aljazeera.com, 18 April 2024). Jumlah korban tewas bisa jadi lebih banyak karena ribuan jenazah terkubur di dalam reruntuhan bangunan.

Kabar muslim Rohingya yang hingga kini masih terus terlunta-lunta mencari tempat berlabuh untuk mendapatkan perlindungan dan pertolongan. Muslim Uighur dan India yang masih terus menjadi korban diskriminasi karena keberadaan mereka yang dianggap minoritas. Derita Muslim ini hanyalah sekelumit potret derita banyak Muslim di dunia. Masih banyak muslim menderita di Suriah, Myanmar dan lain-lain. Sulit bagi mereka untuk menikmati euphoria beribadah di bulan-bulan mulia.

Sebagai seorang muslim yang tengah merayakan euphoria berhari raya, kesadaran bahwa kondisi umat muslim sedang tidak baik-baik saja harus tetap dimunculkan. Memberi ruang di dalam hati kita untuk peduli dan berempati adalah suatu keharusan. Senantiasa memohon pertolongan untuk umat Islam dalam setiap doa adalah suatu hal yang tidak boleh terlupakan. Sebuah kesalahan besar bahkan berujung pada dosa, bagi kaum muslim yang tidak memikirkan dan memberikan bantuan kepada sesama Muslim. Nabis Muhammad saw. bersabda

“Barang siapa bangun di pagi hari, tapi ia tidak memikirkan kepentingan sesama muslim, maka ia bukan termasuk umatku” (HR. Muslim).

Kaum Muslim juga harus menyadari bahwa penderitaan umat yang terus berkelanjutan ini adalah akibat dari rapuhnya umat. Banyaknya umat islam di seluruh dunia seakan tidak memiliki daya untuk menolong saudara muslim yang berada dalam ketertindasan. Padahal jumlah yang banyak ini seharusnya berbanding lurus dengan terbentuknya kekuatan yang besar. Persatuan umat Islam menjadi kunci terbentuknya kekuatan yang besar. Dipersatukan dengan adanya pemimpin dan institusi politik yang berlandaskan Islam.

Sehingga, inilah yang bisa diperjuangkan. Secara sadar dan istiqomah berada dalam barisan yang memperjuangkan persatuan umat. Membayar rasa bersalah kita dengan kesungguhan dalam perjuangan ini. Hanya dengan persatuan umat islam, penderitaan umat dapat terselesaikan.

Wallahu a’lam bi ash Showab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *