Negara Maju Mengalami Krisis Demografi, Islam Memberikan Solusi

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Negara Maju Mengalami Krisis Demografi, Islam Memberikan Solusi

 

Uswatun Khasanah (Muslimah Brebes)

 

Dunia sedang menghadapi krisis demografi. Saat ini banyak negara yang menghadapi penurunan angka kelahiran.

 

Amerika Serikat mulai mengalami krisis demografi, dengan angka kelahiran menurun untuk pertama kalinya dalam 45 tahun. Sekitar 3,6 juta bayi akan lahir pada tahun 2023, atau 54,4 bayi per 1.000 wanita berusia 15-44 tahun, menurut data sementara dari Pusat Statistik Kesehatan Nasional Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.

 

Jepang juga menghadapi krisis demografi yang semakin buruk, dengan meningkatnya populasi lansia yang menyebabkan biaya pengobatan dan kesejahteraan melonjak sementara jumlah tenaga kerja menyusut untuk membiayai mereka. Pada tahun 2023, total populasi Jepang menurun sebesar 595.000 menjadi 124 juta jiwa, menandai penurunan selama 13 tahun berturut-turut. Penurunan tersebut diimbangi dengan masuknya orang asing, sementara populasi Jepang turun 837.000 menjadi 121 juta.

 

Di Korea Selatan sendiri sedang berjuang untuk mengatasi masalah sosial seperti penurunan populasi. Semakin banyak masyarakat yang tidak ingin menikah atau mempunyai anak, sehingga angka kelahiran terus menurun.

 

Untuk meningkatkan angka kelahiran, Korea Selatan sedang menjajaki pemberian insentif bagi setiap bayi baru lahir. Jika peraturan baru ini disahkan, setiap bayi baru lahir akan menerima 100 juta won (sekitar 1,1 miliar).

 

Pemerintah mempunyai gagasan untuk memberikan insentif satu kali dalam skala besar setelah perusahaan konstruksi Korea Selatan Booyoung Group mengatakan akan memberikan 100 juta won kepada karyawan untuk setiap anak yang lahir. Hal ini dimaksudkan untuk membantu meningkatkan rekor angka kelahiran yang rendah di negara tersebut.

 

“Melalui survei ini, kami berencana untuk mengevaluasi kembali kebijakan promosi kelahiran di negara tersebut untuk menentukan apakah subsidi keuangan langsung dapat menjadi solusi yang efektif,” kata komisi tersebut dalam sebuah pernyataan seperti dilansir The Korea Herald. (cnbcindonesia.com, 24 April 2024).

 

Di Indonesia, data beberapa tahun terakhir menunjukkan penurunan angka kelahiran. Hal ini terlihat dari rendahnya angka kesuburan atau Total Fertility Rate (TFR) yang turun dari 2,7 menjadi 2,4, lalu menjadi 2,1.

 

Ada banyak faktor yang mempengaruhi penurunan populasi. Pembatasan negara terhadap jumlah anak diyakini menjadi salah satu penyebab rendahnya angka kelahiran. Misalnya saja di Cina, jumlah anak per keluarga dibatasi satu orang. Selain itu, kesulitan ekonomi saat ini telah membuat biaya hidup semakin tinggi, membuat semua orang berpikir ribuan kali untuk memiliki anak. Mereka beranggapan jika mempunyai anak lagi maka akan banyak pengeluaran yang harus mereka keluarkan, terutama dalam hal pendidikan, kesehatan dan kebutuhan lainnya.

 

Pandangan “childfree” (tidak ingin punya anak) juga lazim di kalangan generasi muda. Mereka menganggap memiliki anak justru akan memperlambat karier mereka. Selain itu, anak-anak juga memberikan beban tersendiri. Mereka menggunakan banyak asumsi negatif untuk membenarkan istilah “tidak memiliki anak”.

 

Keputusan ini sebenarnya dipengaruhi oleh pandangan terhadap kehidupan dan sistem saat ini. Kapitalisme sebagai ideologi dominan mempunyai dampak signifikan terhadap situasi saat ini. Sekularisme mempengaruhi negara, masyarakat dan individu untuk meninggalkan agama. Akibatnya, mereka bertindak berdasarkan cara berpikir mereka sendiri dan bukan karena alasan agama.

 

Belum lagi pengaruh materialisme, segala sesuatu dinilai berdasarkan materi. Didorong oleh materialisme, negara ini menerapkan sistem ekonomi kapitalis, sehingga menciptakan kesenjangan besar antara kaya dan miskin. Aturan yang ada juga dibuat untuk keuntungan materi.

 

Penerapan ekonomi kapitalis juga membuat kehidupan semakin sulit. Inflasi terjadi dimana-mana sehingga menyebabkan harga-harga meroket. Di sisi lain, kesempatan kerja semakin sulit. Akibatnya keluarga akan kesulitan memiliki banyak anak karena biaya yang harus dikeluarkan banyak.

 

Islam mengajarkan bahwa pernikahan adalah bagian dari ibadah, nyatanya pernikahan melengkapi separuh agama. Hal ini akan mendorong umat Islam untuk menikah karena mereka memahami bahwa manusia diciptakan di bumi hanya untuk beribadah.

 

Islam meyakini bahwa salah satu amal yang tidak hilang bahkan setelah kematian adalah memilik anak-anak yang shaleh untuk selalu mendoakan orang tuanya. Dengan dorongan ini, umat Islam akan terdorong untuk memiliki anak sebanyak-banyaknya.

 

Tidak dapat disangkal bahwa kebutuhan banyak anak semakin meningkat. Namun Islam mempunyai cara yang tepat untuk memenuhi kebutuhan umatnya melalui tangan negara, yaitu dengan menerapkan institusi Islam dalam setiap aspek kehidupan, mulai dari pemerintahan, perekonomian, hubungan, pendidikan hingga sanksi.

 

Negara tersebut juga akan menerapkan sistem ekonomi Islam. Misalnya, negara tersebut akan menggunakan sistem moneter emas dan perak, yang akan membantu negara tersebut menjaga terhadap inflasi dan dengan demikian menstabilkan harga.

 

Selain itu, negara akan menerima pendapatan yang cukup besar dari berbagai sektor seperti jizyah, fai, ganimah, kharaj dan hasil pengelolaan sumber daya alam. Negara akan menggunakan aset tersebut untuk mengurus sandang, pangan, perumahan, kesehatan, termasuk pendidikan masyarakat, baik muslim maupun non muslim.

 

Negara ini juga akan membuka peluang kerja halal untuk menyerap angkatan kerja yang cukup. Oleh karena itu, laki-laki mampu menunaikan kewajibannya sebagai kepala keluarga. Karena kebutuhan keluarga sudah terpenuhi, istri tidak perlu khawatir dan bisa memenuhi tanggung jawab utamanya. Keluarga tidak perlu lagi khawatir dengan biaya kesehatan dan pendidikan karena negara menanggungnya.

 

Selain itu, negara akan menyaring segala gagasan yang bertentangan dengan Islam untuk melindungi masyarakat dari kesalahpahaman. Beginilah cara Islam melindungi umat manusia. Pendekatan ini hanya mungkin dilakukan jika ada lembaga yang bersedia menerapkannya, yaitu Negara dengan menerapkan sistem Islam secara menyeluruh. Wallahu’alam.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *