Wabah Tak Kunjung Tuntas, Benarkah Kapitalisme Punya Solusi?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Amiratul Adila

 

Bukan hal yang membanggakan, kasus corona di Indonesia terus memecah rekor selama empat hari berturut-turut. Dikutip dari detiknews.com, rekor kasus corona harian pada tanggal 12 Juli sempat terpecahkan dengan tambahan 40.427 kasus. Disusul tanggal 13 Juli, kasus harian bertambah menjadi 47.899 kasus dan akhirnya mencapai skenario terburuknya pada tanggal 14 Juli dengan pertambahan 54.517 kasus. Walaupun sudah mencapai skenario terburuknya, kasus corona harian di negeri ini terus meningkat hingga mencapai 56.757 kasus pada tanggal 15 Juli lalu. Selama empat hari berturut-turut, negeri ini terus memecahkan rekor kasus corona dan tak kunjung mengalami penurunan.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan menyebut pemerintah telah menyiapkan skenario bila terjadi peningkatan kasus yang signifikan dengan mengamankan stok vaksin dan menargetkan vaksinasi mencapai rata-rata 1 juta perhari pada bulan Juli ini. Selain itu, ada penambahan kapasitas tempat tidur rumah sakit, termasuk membuka rumah sakit lapangan atau darurat untuk perawatan isolasi dan penambahan tenaga Kesehatan serta perawat.

Sayang seribu sayang, disamping memperlihatkan usaha maksimalnya untuk mengatasi wabah, pemerintah rupanya masih membiarkan Tenaga Kerja Asing masuk dengan bebas ke dalam negeri. Dikutip dari CNN Indonesia, sebanyak empat orang TKA asal China positif terpapar virus corona saat bekerja di sebuah perusahaan  di Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku. Kabar tersebut pun telah dibenarkan oleh Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Pemprov Maluku, Dr. Adonia Rerung. Maka wajar saja bila kasus corona harian di Indonesia terus meningkat tanpa henti. Dikala rakyat harus menerapkan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), pemerintah dengan pilih kasih membiarkan TKA bergerak bebas.

Inilah kenyataan pahit yang terjadi dalam sistem kapitalisme. Wujud penerapan ekonomi liberal kapitalistik yang memudahkan perizinan bagi TKA untuk masuk dan bekerja di negeri ini. Ditambah pula dengan dukungan dari UU Cipta Kerja yang melengkapi semua itu. Ketergantungan pada ideologi kapitalisme yang sama sekali tidak memprioritaskan rakyat membuat negara tidak menghasilkan keputusan yang bijaksana. Memilih menyelamatkan perekonomian dan mengabaikan keselamatan nyawa rakyat.

Berbeda sekali dengan Islam. Dalam Islam, Kepemimpinan merupakan amanah berat yang akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT kelak di akhirat. Rasulullah SAW bersabda, “ Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dia pimpin.” (HR. Al-Bukhori). Karena itu, seorang pemimpin haruslah berupaya sekuat tenaga dalam menjamin keselamatan dan kesejahteraan rakyatnya. Islam pun mengajarkan bahwa nyawa seorang manusia adalah prioritas nomor satu melebihi masalah ekonomi, pariwisata, dan sebagainya.

Karena itu dalam sistem Islam, negara akan melakukan langkah-langkah yang tepat dan bijak serta berlandaskan syariat demi mengatasi wabah. Ketika wabah menyebar, daerah yang terkena wabah harus diisolasi agar tidak menyebar ke tempat lain dan tidak diizinkan untuk keluar masuk dari daerah yang terkena wabah. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “ Jika kalian mendengar wabah terjadi di suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah itu. Sebaliknya, jika wabah itu terjadi di tempat kalian tinggal, janganlah kalian meninggalkan tempat itu.” (HR. Al-Bukhori).

Negara pun akan menjalankan isolasi yang efektif untuk mencegah penularan wabah. Pemenuhan kebutuhan masyarakat yang terbengkalai akibat isolasi akan menjadi tanggung jawab pemerintah, dan pemerintah harus memastikan pemenuhan kebutuhan masyarakat selama isolasi berlangsung. Negara tidak boleh berlepas tangan dari rakyatnya agar penyelesaian wabah dapat terlaksana dengan baik. Demikianlah bagaimana Islam mengatasi wabah. Keimanan pada Allah SWT dan hari pembalasan serta ketundukan dan ketaatan terhadap syariat-Nya menciptakan pemerintahan yang adil dan bertanggung jawab. Tak dipungkiri pula, individu bertakwa dan masyarakat yang patuh.

Maka dari itu, masihkah kita percaya pada sistem kapitalisme ini? Atau memilih menyudahinya dan menyambut sistem Islam yang lebih baik?

(al-waie.id, muslimahnews.id)

Wallahua’lam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *