Sistem Kapitalisme Lahirkan Anak Durhaka dan Materialisme

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Ummu Dzakirah

Air susu dibalas dengan air tuba, sebuah peribahasa yang pas menggambarkan kondisi dewasa ini. Dilansir dari news.detik.com, di Demak seorang anak tega melaporkan ibu kandungnya ke polisi. Dan Kini sang ibu yang berinisial S mendekam dalam sel tahanan Polsek Demak Kota. Tidak hanya itu, beberapa bulan yang lalu publik juga dihebohkan dengan kasus pelaporan ibu kandung oleh anaknya, warga asal Lombok Tengah, Nusa Tengara Barat karena masalah motor. (Tribunnews.com)

 

Begitulah kondisi keluarga muslim saat ini, seorang anak yang seharusnya berbakti kepada orang tuanya malah berbuat sebaliknya. Banyak faktor yang mempengaruhi semakin terkikisnya sikap berbakti dari diri seorang anak. Mulai dari minimnya pemahaman agama seorang anak, orang tua yang tidak melakukan peran secara maksimal sebagai pendidik pertama anak-anaknya, kondisi lingkungan yang tidak mendukung untuk terciptanya pribadi yang sholeh, dan negara yang abai terhadap perannya dalam menjaga ketahanan keluarga. Hal ini sangatlah wajar terjadi dalam sistem sekuler, interaksi setiap anggota keluarga  hanya bernilai materi, hubungan ibu anak diukur untung dan rugi belaka, tidak ada spirit keimanan dalam setiap peran dan interaksinya.

 

Anak dititipkan pada sekolah yang mahal dengan harapan nantinya akan menjadi orang sukses secara materi duniawi, didalamnya proses belajarnya yang terpenting adalah nilai akademik, tanpa memperhatikan adab dan akhlaq anak. Nilai-nilai liberal yang terkandung dalam sekularisme telah nyata gagal menghadirkan penghormatan anak terhadap ibunya, gagal menghasilkan ketenangan dan yang terjadi malah menghasilkan generasi durhaka.

 

Keluarga dalam islam

 

Dalam keluarga diatur hubungan antara anggota keluarga, sehingga tiap anggota mempunyai peran dan fungsi yang jelas. Memiliki hak dan kewajiban yang dilandaskan pada aqidah dan syariah Islam.

 

Contoh, ayah sebagai kepala keluarga dan bertanggung jawab memberi nafkah pada anggota keluarga. Ibu sebagai pengatur, pengurus, dan pendidik anak-anak. Anak harus berbakti kepada kedua orang tua.

 

Interaksi yang dibangun antar anggota keluarga adalah interaksi penuh kasih sayang dan keharmonisan. Spirit yang dibangun adalah ibadah, dimana setiap interaksi juga mendorong antar anggota keluarga untuk gemar melakukan ibadah dalam setiap aktifitasnya.

 

Negara sebagai supra sistem dalam menjaga ketahanan keluarga juga memiliki peran yang sangat besar. Sebagai contoh, negara memberikan lapangan kerja yang luas agar para suami/ayah tidak ada yang jobless, memberikan gaji yang layak sehingga bisa memenuhi kebutuhan keluarga. Tentu hal ini akan membuat para ibu fokus pada perannya karena tidak tertuntut untuk bekerja membantu perekonomian keluarga. Menjadikan para ibu sesuai fitrahnya yakni ummun wa rabbatul bayt, sebagai ibu dan pengatur rumah tangga dengan mendorong para ibu untuk belajar dan terdidik bukan untuk bekerja tetapi untuk menjadikan wanita sebagai calon ibu yang berkualitas.

 

Menjadikan lembaga-lembaga pendidikan berfokus mendidik, membentuk kepribadian islam para siswa, memiliki adab dan akhlaq islam dan menguasai teknologi, bukan sibuk mencetak pekerja sesuai keinginan pasar seperti yang diinginkan paham kapitalisme.

 

Hanya Islam yang menjadikan keluarga berjalan sesuai fitrahnya. Dan hasilnya juga akan nampak anak-anak yang berbakti, keluarga yang kuat, harmonis dan sejahtera.

Wallahua’lam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *