Ramadhan 2021: Antara Harapan Dan Kenyataan

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh Musfiroh Fadlil

 

Seperti biasa dari tahun ke tahun menjelang Ramadhan selalu ada ketentuan dan kebijakan yang harus dipatuhi publik demi menghormati bulan puasa. Tidak terkecuali dalam pertelevisian.
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menegaskan, selama bulan Ramadan 2021 siaran televisi diperketat. Lembaga penyiaran diminta untuk tidak menampilkan muatan yang mengandung lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT), hedonistik, mistik/horor/supranatural, praktik hipnotis atau sejenisnya.(deskjabar.com/ 24/3/2021).

KPI juga mengimbau untuk tidak menampilkan muatan yang mengeksploitasi konflik dan/atau privasi seseorang, bincang-bincang seks, serta muatan yang bertentangan dengan norma kesopanan dan kesusilaan.
Hal itu termuat dalam salah satu panduan lembaga penyiaran dalam bersiaran pada saat Ramadhan 2021. Panduan itu termaktub dalam Surat Edaran Nomor 2 tahun 2021 tentang Pelaksanaan Siaran Pada Bulan Ramadan.

Sekilas kita melihat adanya dukungan penuh dari pemerintah bagi umat Islam dalam meraih ketakwaan sebagaimana yang terkandung dalam AlQur’an surat Albaqarah ayat 183.

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Umat Islam sangat berharap suasana selama bulan Ramadhan akan terus berlangsung sepanjang masa. Namun, ibarat mimpi di siang bolong, harapan itu hanyalah tinggal harapan saja selama sistem yang menguasai negeri ini tetap sistem demokrasi sekuler. Berharap kehidupan islami dalam bingkai demokrasi sekuler tidak akan pernah bisa terwujud.

Apalagi kapitalisme sudah mencengkeram negeri ini. Segala hal akan selalu dinilai untung dan rugi. Televisi yang menjadi tontonan masyarakat dari kalangan bawah sampai atas, anak-anak hingga orang tua akan banyak memberikan nilai materi yang luar biasa bagi pebisnis, dan ini juga akan menguntungkan pemerintah. Jadi, penjagaan terhadap masyarakat terkait pertelevisian ini hanya terjadi setahun sekali selama Ramadan. Setelahnya, kembali dalam suasana hedonis akibat penerapan sistem kapitalisme liberal.

Satu-satunya jalan supaya suasana Ramadhan berjalan sepanjang masa tiada lain dengan menerapkan sistem islam dalam bingkai Khilafah. Dengan Khilafah umat Islam tidak hanya mudah melaksanakan puasa dan apapun ibadah di bulan Ramadhan dengan penuh khusu’, tetapi akan bisa juga melanggengkan suasana kekhusukan ini, bahkan sangat mudah merealisasikan apa yang diperintahkan Allah yaitu istiqomah dalam ketaatan kepadaNya.

Sebagaimana yang terdapat di AlQur’an surat Fushilat ayat 30:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقٰمُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِى كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.

Demikian pula banyak hadits Rasul berbicara tentang keistiqomahan ini. Rasulullah bersabda:

ﻗُﻞْ ﺁﻣَﻨْﺖُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ، ﺛُﻢَّ ﺍﺳْﺘَﻘِﻢْ

Katakanlah, “Aku beriman kepada Allah.” Kemudian beristiqamahlah! (HR Muslim)

Baginda Rasulullah saw juga mengingatkan bahwa kedudukan seseorang di hadapan Allah SWT justru ditentukan di penghujung kehidupan, bukan di awal:

ﻭَﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍﻷَﻋْﻤَﺎﻝُ ﺑِﺎﻟْﺨَﻮَﺍﺗِﻴﻢِ

Sungguh amal-amal itu ditentukan saat penutupan (akhir) -nya (HR al-Bukhari)

Demikianlah, dalam Khilafah, tidak perlu menunggu bulan Ramadan baru akan menjaga tayangan agar tidak menampilkan konten yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Tapi, setiap hari tanpa melihat momen, negara menjalankan aturan ketat bagi setiap tayangan yang akan ditonton masyarakat, apakah itu mengandung syirik, ide-ide sesat, atau yang berbahaya dan mendangkalkan akidah umat.
Wallahu a’lam bish-showab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *