PPKM Darurat Diperketat Tetapi Korban covid19 Meningkat ?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Tyas Ummu Rufaidah

 

Hampir dua pekan ppkm darurat berlangsung, setelah menjalani new normal. Rem ppkm diambil di latarbelakangi oleh melonjakanya kasus covid19 pasca lebaran serta masuknya virus jenis baru dari negara lain. Ditengah diterapkanya ppkm ini banyak tantangan baru sekaligus masalah komplek yang timbul.

Dilansir dari CNN Indonesia Meskipun telah menerapkan PPKM Darurat, kasus positif Covid-19 di Indonesia terus melonjak drastis. Beberapa kali tercatat rekor baru. Terbaru kemarin, Rabu (14/7), dengan tambahan 54.517 kasus.

Hingga kemarin, total kasus positif Covid-19 mencapai 2.615.529 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 68.219 orang meninggal dunia, 2.139.601 orang sembuh, dan 443.473 orang masih dalam perawatan maupun isolasi mandiri. (15/07/2021)

Data senada dari detik.com Jakarta pelaksanaan PPKM darurat selama sepekan masih belum berhasil mengatasi pandemi virus Corona (COVID-19). “Growth rate atau pertumbuhan kasus itu 3 Juli dari 38,3% meningkat 9 Juli menjadi 45,4%. Kemudian angka reproduksi dari 3 Juli 1,37 pada 9 Juli menjadi 1,4. Menurut Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman (10/7/2021).

Jika kita melihat dari data para pakar epidemologi pemberlakuan ppkm darurat ini tak membuahkan hasil, justru meningkatkan angka korban positif covid19. Baru diterapkan hampir dua pekan saja lonjakan kasus baru meroket, lantas apa yang menjadi penyebabnya?.

Fakta yang terjadi di lapangan ternyata belum terealisasikan seratus persen pembatasan mobilitas di masyarakat. Bagi para pekerja masih ada yang bekerja keluar rumah, seperti pedagang, jasa tambal ban, OJOl, kuli bangunan, serta pekerja kasar lainya. Masyarakat terus berjibaku tetap bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sebab mereka mempuyai tanggunan untuk menghidupi keluarganya, dimana seharusnya ada bantuan sosial yang merata di tengah pandemi. Ditambah lagi kepatuhan prokes juga masih sangat minim, masih ada masyarakat yang mengabaikanya.

Dilain sisi juga banyak yang menjalani isoman di rumah tanpa ada fasilitas yang memadai, sehingga menimbulkan kluster baru yakni di keluarga hingga ada satu keluarga terpapar covid19 dan meninggal.

Belum cukup hanya itu saja, ditengah diterapkan ppkm darurat ini ternyata pemerintah memberi jalan masuk kepada TKA ke dalam negeri. Dikutip dari kompas.com pemerintah mengizinkan tenaga kerja asing dari Tiongkok masuk ke Indonesia di tengah memburuknya lonjakan kasus positif dan kematian covid-19. Kedatangan para TKA ini pun mendapat sorotan publik, terutama di masa PPKM.

Pihak imigrasi menyatakan mereka tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten pada 25 Juni lalu untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke Makassar.(6/7/2021)

Semakin lengkap sudah deretan masalah baru yang timbul di masa ppkm darurat ini. Bagaimana bisa menekan laju penularan covid19 jika hanya melakukan penutupan secara lokal saja, akan tetapi pintu masuk negara lain tetap di buka?

Jadi jelas kasus penularan, kematian serta masuknya virus jenis baru ini akan semakin masif dan meningkat, sehingga akan diperpanjang lebih lama masa ppkm.

Dari sini lengkap sudah penderitaan rakyat, para nakes kerjanya semakin berat, beban rumah sakit juga membengkak hingga terjadi overload pasien yang datang. Dimana jumlah nakes setiap harinya berguguran sedangkan pasien yang datang tak terkendali.

Begilah penanganan negara kapitalis dimana kemashlatan bersama bukan jadi yang utama, akan tetapi hanya untuk segolong elite saja. Faham yang sudah mengakar di dalam negeri ini sulit untuk dihilangkan sebab sifat serakah dan tamak adalah hawa nafsu sebagai tujuanya. Kesenangan jasmani dan manfaat menjadi tolak ukurnya.

Negara seakan tak sungguh – sungguh sedari awal virus covid19 ini menyerang negeri kita. Kebijakan lock down total pun tak diambil untuk menghambat masuknya virus, justru membuka lebar- lebar jalur udara dan lainya. Seakan tak tanggap dengan akan ada acaman gelombang virus yang menyebar ke dalam negeri tercinta. Dengan alasan klasik agar pertumbuhan ekonmi tetap berjalan dan meningkat. Akan tetapi faktanya justru resesi tingkat tinggi.

Bagaimana solusi Islam menghadapi pandemi?

Jika kita melihat contoh yang diajarkan rasullah saw dalam mengahdapai wabah Ketika kalian mendengarnya (wabah) di suatu daerah, janganlah kalian mendatangi daerah tersebut. Dan jika wabah itu terjadi di daerah kalian berada, janganlah kalian pergi melarikan diri dari daerah tersebut.” (HR. Bukhari dalam Al-Jami’ Al-Shahih, IV/14).

Itu adalah tuntunan Rasulullah dalam menangani wabah, yakni isolasi tingkat mikro sedini mungkin, terlebih ketika virus itu terdeteksi, maka segera melakukan penguncian terhadap wilayah sumber awal virus tersebut.

Kejadian wabah ini pernah ada di masa Rasulullah pada 628 M dengan munculnya Tha’un Syirwaih. Lalu di masa Khalifah Umar bin Khaththab ada Tha’un ‘Amwas tahun 640 M yang membunuh 25.000 orang.

Kemudian pada masa Abdullah bin Al-Zubair hadir Tha’un Al-Jarif pada 691 M dengan korban meninggal sekira 70.000 orang setiap hari selama tiga hari. Disusul Tha’un Al-Futyat pada 709 M dan tha’un yang berjadi beberapa hari pada 753 M dengan korban meninggal sekira 1.000 orang setiap harinya. (Lihat: An-Nawawi, Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, I/147-148).

Semua itu harus dilakukan secara totalitas yakni dengan menutup pintu sumber datangnya virus seperti jalur laut ,udara dan darat sehingga warga asing tidak dapat masuk ke negeri kita. Seperti halnya sekarang harusnya bandara, pelabuhan dan perbatasan – perbatasan antar negara di tutup total agar warga asing tidak ada cela membawa virus baru serta menularkan ke dalam negeri.

Disamping itu negara juga hadir dalam memberikan bantuan langsung kepada rakyatnya dengan memuhui kebutuhan primer dan sekunder. Menjamin segalanya dengan fasilitas kesehatan, obat – obatan serta memberikan pelayanan tenaga medis yang profesional. Tak cukup itu saja pusat kesehatan pun dipersiapkan seacra matang mulai fasiltas, sarana prasrana, kemudian tenaga perawat ,dokter dan lainya semua dijamin secara optimal. Sehingga tidak akan terjadi kolep dan banyaknya tenaga medis yang meninggal gara- gara kekurangan APD dan kerja dengan jam yang panjang.

Semua ini akan berjalan secara optimal jika negara menjalankan dengan panduan yang di ajarkan Rasullah saw dengan menerapkan Islamsecara kaffah.

Waallahualam bishowab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *