PENGHAPUSAN KORUPSI, IRONI SEMU KAPITALISME
Rayyan-Ibrahim
Kontributor Suara Inqilabi
JAKARTA, KOMPAS.com – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyebutkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) bakal menghadiri peringatan Hari Antikorupsi Sedunia (Hakordia) yang akan digelar 12-13 Desember. Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Informasi dan Data KPK Eko Marjono mengatakan, pihaknya telah mendapatkan konfirmasi dari istana terkait kehadiran Jokowi.
Dirangkum dari laman KPK, tahun ini Hakordia mengusung tema “Sinergi Berantas Korupsi, Untuk Indonesia Maju”. Dengan mengusung tema tersebut, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ingin mengikutsertakan peran masyarakat untuk berpartisipasi. Yakni, dalam meningkatkan kesadaran dalam memberantas para koruptor yang ada, khususnya di Indonesia.
Lewat perannya, KPK berharap masyarakat menjadi faktor utama yang selalu mempunyai inisiatif. Serta rasa kepemilikan masyarakat dalam memberantas korupsi. Sementara itu, Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam laman resminya juga meluncurkan logo Hari Antikorupsi Sedunia 2023.
Layaknya memotong rumput dengan alat yang tajam namun tetap membiarkan akarnya terbenam subur didalam tanah. Meskipun korupsi dinegeri ini gencar ditindak lanjuti oleh petugas, sebagai bentuk penegakan hukum tapi tidak mancari sumber permasalahan yang menciptakannya maka mustahil saja jika persoalan korupsi dapat diberantas secara menyeluruh. Dalam sistem kapitalisme saat ini dimana sistem politiknya yaitu demokrasi, yang mendorong adanya praktek korupsi mengingat adanya politik transaksional yang meraup biaya tinggi.
Dengan politik inilah para penguasa memberikan sebuah hadiah (penghargaan) beserta hukuman guna mendorong timbulnya kepatuhan bawahan. Sehingga praktek-praktek yang makin gencar dilakukan oleh para penguasa yang rakus terhadap kemewahan sesaat. Oleh sebab itu, sangat mustahil jika deretan kasus korupsi di negeri ini dapat dimusnahkan.
Ajaran Islam menjelaskan bahwa korupsi adalah perilaku jahiliyah yang harus disudahi. Islam mengajarkan bahwa penindasan, kesewenang-wenangandan penyelewengan adalah sikap hidup yang dapat menyakiti manusia lain.
Pada zaman Nabi Muhammad SAW, sudah ditemukan sejumlah kasus korupsi dalam beberapa bentuknya. Salah satunya adalah saat beliau mengutus Mu’adz bin Jabal ke Yaman untuk membina masyarakat setempat mengenai zakat. Sebelum berangkat, Rasul sempat berpesan kepada Mu’adz agar tidak korupsi sesampainya di sana. Nabi Muhammad SAW kemudian mengingatkan Mu’adz bahwa orang yang melakukan tindakan korupsi kelak akan memperoleh balasan dosanya di hari kiamat.
Dalam hadits diriwayatkan :
“Dari Mu’az bin Jabal, ia berkata, ‘Rasulullah saw mengutus saya ke Yaman. Ketika saya baru berangkat, beliau memerintahkan seseorang untuk memanggil saya kembali. Maka saya pun kembali dan beliau berkata, ‘Apakah engkau tahu aku mengirimmu orang untuk kembali? Janganlah kamu mengambil sesuatu tanpa izin saya, karena hal itu adalah ghulul (korupsi). Dan barangsiapa berlaku ghulul, maka ia akan membawa barang yang digelapkan atau dikorupsi itu pada hari kiamat. Untuk itulah aku memanggilmu. Sekarang berangkatlah untuk tugasmu.” (HR At-Tirmidzi)
Dan Allah SWT juga berfirman :
“Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui” ( Qs. Al-Baqarah : 188).
Hukum Islam menyebut tindakan korupsi dengan istilah jarimah atau jinayah. Kedua istilah ini mempunyai pengertian yang sama yaitu perbuatan yang dilarang hukum Islam, baik perbuatan itu mengenai jiwa, harta atau lainnya.
Dalam pencegahan tindak pidana korupsi, perlu dilakukan upaya secara menyeluruh pada seluruh aspek kehidupan manusia dengan menerapkan islam secara kaffah, sehingga seluruh umat dapat merasakan kesejahteraan yang hakiki.
Wallahu a’lam bish-shawwab.
