Merubah Penderitaan Sistemik Untuk Kebahagiaan Hakiki

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Afra Salsabila Zahra – Mahasiswi dan Lingkar Pendidik Peradaban

 

Ada sebuah definisi tentang kebahagiaan dunia. Yang manusia mati-matian kejar dalam kehidupan. Perjuangan dan pengorbanan selalu dilakukan untuk setitik rasa. Dimana mampu menghapus lelah sulitnya meraihnya. Yaitu kebahagiaan hidup.

Tidak sedikit manusia menjadi materialistik karenanya. Mengejar dunia untuk mencari kemanfaatan dan kebahagiaan yang sebenarnya manfaatnya sedikit dan hanya semu. Menghalalkan yang haram untuk kemanfaatan. Ataupun mengharamkan yang halal untuk kepentingan.

Muncul pemahaman yang tertanam bahwa kebahagiaan selalu berhubungan erat dengan materi. Ketika manusia memperoleh banyak materi, maka ia akan bahagia. Yang memperoleh sedikit materi akan menderita. Benarkah demikian?

Faktanya, yang banyak materi belum tentu meraih kebahagiaan. Yang memperoleh sedikit materi belum tentu tidak bahagia. Karena makna kebahagiaan bagi setiap muslim sesungguhnya bergantung pada Ridha Allah semata. Bukan materi.

Penderitaan yang sistemik

Disisi lain, meski kaum muslim bersandar pada Ridha Allah terkait dengan kebahagiaan. Tidak dipungkiri bahwa hidup dibawah naungan sistem kapitalisme membuat penderitaan kian mencekik. Kenestapaan yang tersistemik dengan memisahkan agama dari kehidupan.

Kaum muslimin dipaksa untuk menjadi materialistik terhadap dunia karena tekanan hidup yang tidak main-main. Airmata, keringat bahkan derai darah membasahi perjuangan umat muslim hidup di dunia yang terbingkai sistem kapitalisme. Sehingga kepedihan menjadi makanan sehari-hari.

Kemerosotan ruhiyah, keterbelakangan materi serta intelektual kian menggerogoti kaum muslimin. Masalah yang semakin menumpuk membuat kaum muslimin jumud sehingga tidak lagi mampu menyelesaikan problem kehidupan yang silih berganti. Menjadi kaum tertindas.

Bangkitnya kaum muslim

Penderitaan dan nestapa yang semakin menggila akibat sistem kapitalisme harus dihancurkan. Dengan membangkitkan kaum muslim yang terserak di seluruh dunia. Memahamkan bahwa kebangkitan dan kebahagiaan akan diraih bila paradigma meraih kebahagiaan adalah Manda Islam.

Mabda yang memiliki fikrah (ide dasar) dan thariqah (metode) dalam pelaksanaannya. Membangkitkan dengan meninggikan pemikiran kaum muslimin dengan mabda Islam bukan kapitalisme. Serta karakter yang mendalam dan menyeluruh.

Meraih kebahagiaan yang hakiki diraih kaum muslimin terdahulu kala menerapkan mabda Islam sebagai sistem dalam mengatur individu, masyarakat dan negara. Menjadi bangsa dengan peradaban tinggi dan mulia hingga dua pertiga dunia.

Karenanya, kaum muslimin harus bangkit dengan mulai memproduktifkan diri. Berupaya tanpa kenal letih dan lelah. Serta tulus dalam pengorbanannya untuk menerapkan mabda Islam sebagai ideologi dalam hidup bernegara.

Harus disadari bahwa kenestapaan yang kini menjadi hal umum harus dihilangkan dengan menjadikan Islam sebagai satu-satunya pemikiran yang Haq. Membangkitkan kembali akidah Islam untuk senatiasa taat dalam meraih kebahagiaan yang hakiki dalam bingkai mabda Islam.

Wallahu A’lam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *