Makan Gratis, Solusi Atau Ilusi?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Makan Gratis, Solusi Atau Ilusi?

Lafifah 

(Aktivis Muslimah)

 

Wacana makan gratis sudah jauh hari digaungkan ketika kampanye pilpres, yang diusung oleh Paslon Prabowo-Gibran. Rupanya janji tersebut akan segera direalisasikan setelah kemenangan pilpres dimenangkan oleh pasangan Prabowo-Gibran, sebagaimana dikutip oleh berbagai media masa yang memberitakan hal tersebut.

Solo-Wakil presiden terpilih 2024, Gibran Rakabuming Raka mengaku mengirimkan tim Prabowo-Gibran ke India untuk belajar mengenai program makan siang gratis. Menurutnya, India menjadi negara percontohan untuk program makan siang gratis.

Putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) ini ingin timnya mempelajari program makan siang yang sudah berjalan di India. Harapannya agar program makan siang gratis ini nantinya tidak memberatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

“Iya untuk belajar dan lain-lain (tim ke India). Pak Dubes (Shri Sandeep Chakravorty) bilang satu kepala, satu anak itu 11 sen dollar karena sangat efisien central kitchen-nya, logistiknya, efisien,” kata Gibran di Balai Kota Solo, Selasa (2/4/2024).

Semakna dengan Prabowo-Gibran, Mentri Koordinator Bidang Perekonomian sekaligus Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartanto mengatakan program makan siang gratis untuk anak sebagai bentuk investasi SDM. Dan sangat penting untuk menjadikan spumber daya manusia yang unggul.

Apabila kita cermati, Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul bukan hanya semata soal makanan yang dikonsumsi saja, tetapi pola pendidikan yang mampu menjadikan generasi yang cerdas dalam berfikir dan berpola sikap. Yang wajib kita ketahui pula bahwa, generasi di negeri ini dilanda krisis berlapis, realitasnya, kendala pembangunan generasi tidak hanya terjadi di sektor pendidikan, tetapi juga terdapat faktor lainnya seperti hedonisme pemikiran, kesejahteraan ekonomi, dan liberalisasi media.

Demikian halnya dengan kualitas generasi, untuk mencapainya jelas tidak bisa hanya sekedar mengisi perutnya, melainkan harus menjamin dan menjaga pemikirannya. Untuk itu, dalam menanggulangi berbagai faktor penyebab krisis ini, tentu saja membutuhkan solusi yang bersifat sistemis, sehingga tidak bisa hanya sebatas pada realisasi program makan siang gratis.

Kehidupan kapitalisme sekuler yang saat ini ada berdampak besar bagi krisis jati diri kaum muda, lihat saja buktinya, tidak sedikit dari mereka yang mengalami krisis daya juang. Sebagian enggan hidup dalam kepayahan, sebagian harus hidup laksana sapi perah, dan sebagian lagi ada yang memilih jalan sesat menjadi generasi “melambai”, bahkan sampai ada yang harus hidup ngenes akibat mental illness. Di satu sisi mereka disebut produktif, tetapi atas standar duniawi, mereka juga disebut tangguh tetapi sebenarnya jadi buruh.

Generasi muda butuh perubahan, yaitu perubahan yang hakiki, menjadikan pemuda yang produktif, tangguh, tidak cukup dengan upaya individu ataupun keluarga. Harus ada lingkungan masyarakat yang sehat dan negara yang tidak disetir oleh kezaliman dan kepentingan para kapitalis melalui ideologi selulernya. Sungguh, inkubator untuk menghasilkan profil generasi muda yang produktif dan tangguh hanyalah negara Islam.

Generasi muda muslim berkualitas adalah mereka yang menyadari bahwa bangkitnya manusia tergantung pada pemikirannya tentang hidup, alam semesta, dan manusia, serta hubungan ketiganya dengan sesuatu yang ada sebelum kehidupan dunia dan yang ada sesudahnya, yaitu Allah Swt.

Manusia pada hakekatnya selalu mengatur tingkah lakunya dalam kehidupan ini sesuai dengan persepsi dan pemahaman terhadap kehidupan tersebut. Dan menghendaki menjadi terbaik menurut standar Allah, yakni terikat dengan aturan Islam, yang memiliki daya juang, beretos kerja prima, pemberani, berkarakter pemimpin, serta mampu mencapai ikhtiar terbaik dan tawakal yang tinggi, sehingga mereka akan menjadi generasi yang terbaik. Sebagaimana generasi terdahulu yang dibina dengan pemahaman dan pemikiran Islam

Allah Swt. berfirman: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS Ali Imran:110).

Wallahualam bissawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *