KDRT Kian Marak, Solusi Shohih Diabaikan

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

KDRT Kian Marak, Solusi Shohih Diabaikan

Oleh Aisyah Yusuf

(Pendidik Generasi dan Aktivis Subang)

 

Rumahku syurgaku. Pernyataan inilah yang mungkin seharusnya dirasakan oleh siapapun yang memiliki keluarga. Karena rumah adalah tempat kita untuk berlindung, beristirahat dan berteduh.

Rumah adalah yang memberikan rasa aman dan nyaman bagi penghuninya. Namun, semua itu hanya mimpi dan isapan jempol belaka, bila salah satu dari penghuninya sering melakukan kekerasan, baik fisik ataupun non fisik. Seabagaimana saat ini banyak yang melakukan kekerasan dalam rumah tangga, baik yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak, ataupun suami terhadap isteri, naudzubillah mindzalik.

Dikutip dari laman megapolitan.kompas.com. Seorang pria bernama Jali Kartono membakar isterinya (Anie Melan) hidup – hidup. Jali nekat membakar Isterinya lantaran terbakar api cemburu setelah melihat Isterinya chatting dengan pria lain. (05 desember 2023).

Dalam kasus yang lain pun diberitakan seorang ayah membunuh ke empat anaknya dalam waktu yang berselang per 15 menit. Adapun pembunuhan dilakukan pada Minggu, 03 Desember 2023. Dikontrakan tersangka, daerah Jagakarsa – Jakarta Selatan. Tidak hanya itu, seoarang ayah inipun ditemukan dalam keadaan terlentang lemas di kamar mandi dengan lengan terluka, dan sebilah pisau yang diduga digunakan untuk menyayat tubuhnya pun ditemukan di dekatnya.(Megapolitan.kompas.com 09/12/2023).

Sejumlah kasus KDRT atau Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Indonesia tak jarang menyebabkan istri meninggal dunia, dan pelakunya tidak lain adalah sang suami.

Menurut data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) sepanjang 2023 (terakhir dikutip 14 September 2023), total keseluruhan jumlah kasus kekerasan di Indonesia mencapai 18.466 kasus, dari angka tersebut korban terbanyak adalah perempuan yaitu mencapai 16.351 orang. (Tirto.id)

Tentunya semua itu tidak akan terjadi jika tidak ada penyebabnya. Berdasarkan beberapa survei dan penelitian semua ini terjadi disebabkan depresi atau stres dikarenakan sulitnya menghadapi kehidupan saat ini. Adapun faktor tersebut dapat dilihat dari dua sisi, antara lain:

1. Faktor internal

Individu yang lemah imannya, mereka menganggap bahwa suatu kesulitan yang menimpanya adalah beban. Sehingga ketika mereka merasa tidak sanggup menanggung bebsn tersebut, mereka akan mengambil jalan pintas.

2. Faktor eksternal

Selain dari individu yang lemah imannya, juga buruknya penerapan sistem. Baik sistem ekonomi, pergaulan juga tidak adanya pengaturan urusan rumah tangga yang shohih.

Buruknya penerapan sistem, inilah akar dari semua permasalahan yang ada saat ini, salah satunya adalah KDRT. Sistem Sekuler – Kapitalis yang memisahkan agama dari kehidupan sehingga melahirkan individu yang lemah dan jauh dari ketaqwaan kepada Allah Swt. Selain itu, juga melahirkan perekonomian yang rusak, yakni seluruh sumber daya alam yang dimiliki oleh para kapitalis oligarki, sehingga rakyat harus merasakan bahan pokok yang mahal, pendidikan dan kesehatan mahal, belum lagi ditunjang dengan sulitnya lapangan pekerjaan, akhirnya depresilah yang dirasakan oleh kepala keluarga.

Kemudian dari sektor pergaulan pun, sisten sekuler-kapitalis ini melahirkan pergaulan yang rusak. Yakni, tidak ada batasannya antara laki – laki dan wanita dalam berinteraksi, baik yang muda ataupun yang sudah berkeluarga, yang menyebabkan terjadinya banyak perselingkuhan dan negara membiarkan dengan dalih HAM. Bagaimana semua itu terjadi disebabkan ditinggalkannya solusi yang shahih.

Sebagaimana Allah berfirman,

“Dan barang siapa berpaling dari peringatanku, maka sedungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Dia berkata, “Ya Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku dapat melihat?”

Dia (Allah) berfirman, “Demikianlah, dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, dan kamu mengabaikannya, jadi begitu (pula) pada hari ini kamu diabaikan.”

(TQS. Thaha : 124-126).

Begitulah Allah telah menjanjikan kepada kita, sebab Allah telah menurunkan aturan yang mengatur seluruh aspek kehidupan kita melalui wahyu yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw. Yakni Islam. Islam telah mengatur masalah perekonomian, sehingga meniadakan para kapitalis dan okigarki yang berkuasa.

Islam juga mengatur masalah pergaulan dan rumah tangga. Dimana interaksi laki-laki dan perempuan ada batasnya, dengan katalain terpisah, sehingga meminimalisir terjadinya pergaulan bebas dan perselingkuhan. Begitupun rumah tangga, islam mengaturnya dengan rapih antara hak dan kewajiban suami dan isteri. Suami adalah pemimpin dalam rumah tangga, bukan berarti suami boleh melakukan perbuatan semena-mena kepada isterinya, atau menjadikan isteri sebagai pembantunya. Sebagaimana Allah berfirman

“Mereka (para istri) adalah pakaian bagi kalian (para suami), dan kalian adalah pakaian bagi mereka…(QS Al-Baqarah : 187)

Dalam ayat tersebut dikatakan sebagai pakaian, artinya suami isteri itu harus saling dekat, dan saling menutupi. Maksud dari kedekatan disini adalah saling menyayangi dan saling menutup aib dan kekurangan masing-masing.

Allah SWT berfirman:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS Ar-Rum: 21)

Demikianlah Islam telah mengatur seluruh aspek kehidupan, agar manusia hidup dalam rasa aman dan nyaman. Lantas masihkah kita berharap pada sistem rusak?

Wallaahu a’lam bish-shawwab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *