Kasus Bullying Kian Meresahkan, Islam akan Menuntaskan 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Kasus Bullying Kian Meresahkan, Islam akan Menuntaskan 

Oleh Nani, S.PdI

(Pemerhati Pendidikan Konsel)

 

Jika Bullying disebut sebagai duri dalam pendidikan sudah semestinya duri tersebut dicabut agar tak menimbulkan sakit berkepanjangan. Akan tetapi mengapa duri itu sampai hari ini dibiarkan berada dalam tubuh pendidikan kita?

Sebagaimana dilansir telisik.id, aparat desa Winning akhirnya memediasi kasus seorang bocah sekolah dasar (SD) di Kabungka Pasarwajo, Kabupaten Buton yang dipaksa temannya minum air kencing. Kades Winning, Asnur mengemukakan, pihaknya langsung bergerak setelah mendapatkan informasi tersebut dengan mencari identitas keduanya. Setelah didapat, kepala dusun berupaya memberi ruang dialog kepada orang tuanya. “Dari dusun sudah dilakukan mediasi terkait apa yang dilakukan pelaku perundungan terhadap anak di wilayahnya, dan saat ini giliran desa yang melakukan mediasi,” tuturnya, Rabu (3/9/2023).

Mengembangkan kemampuan peserta didik adalah tujuan pertama dari sistem pendidikan yang berlaku secara nasional. Dengan demikian, sistem pendidikan berfungsi sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan intelektual, fisik, dan emosional peserta didik sehingga mereka dapat berkontribusi pada pembangunan negara. Pendidikan moral sangat erat terkait dengan pendidikan karakter, yang bertujuan untuk membentuk dan melatih kemampuan individu untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

Sistem pendidikan negara sangat penting untuk membangun karakter dan kepribadian remaja. Sistem ini harus dimulai sejak sekolah dasar. Saat ini, pendidikan di negara ini hanya melihat keberhasilan peserta didik dari nilai di atas kertas. Kehidupan pelajar kita saat ini lebih membuat kita mengelus dada dan geleng-geleng kepala dari pada membuat kita tersenyum dengan kebanggaan. Mulai dari cara mereka berperilaku terhadap orang tua, sesama siswa, dan bahkan guru mereka sendiri, yang telah memberikan pengetahuan kepada mereka.

Kebijakan negara, yaitu kurikulum yang mengutamakan nilai-nilai sekuler. Banyak sekolah, baik umum atau berbasis Islam, memiliki sistem yang baik, tetapi masih belum cukup mampu menghentikan dan mencegah perundungan. Lihatlah betapa perilaku generasi kita yang semakin hari semakin jauh dari sifat manusia yang paling baik. Kekerasan seksual, perundungan, penyalahgunaan narkoba, perzinaan, tawuran, bunuh diri, dan pembunuhan adalah semua masalah yang sering mengintai generasi kita. Kasus perundungan hanyalah satu contoh dari konsekuensi dari penerapan sistem kehidupan sekuler, yang semakin menjauhkan generasi dari hakikat penciptaan manusia.

Dampak Pendidikan yang Sekuler

Sekuler memisahkan agama dari kehidupan, agama tidak lagi menjadi kontrol dalam kehidupan yang menyebabkan berbagai dampak terhadap masyarakat dan pola asuh orangtua. Kita melihat pola asuh pendidikan di keluarga yang membiarkan anak-anak berekspresi dan berperilaku dengan bebas, memungkinkan akses mudah ke pornografi dan konten berbau kekerasan. Karena tidak ada pengawasan, mereka mencontoh apa pun yang terlihat di internet dan media sosial.

Begitu pula, jika anak dididik dengan cara yang sekuler oleh orang tua mereka, mereka tidak akan terbiasa dengan rumah yang penuh dengan iman, malah mereka terbiasa hidup dengan aktifitas seperti kebolehan pacaran, tidak adanya sanksi ketika berbuat salah atau melanggar hukum Islam, dan pembelaan buta terhadap kesalahan anak.

Selain itu, ketika terjadi kriminalitas atau perbuatan yang mengarah ke perundungan jika yang dirundung bukan anak mereka, pola asuh cenderung menjadi masa bodoh dalam masyarakat individualistis. Seiring berjalannya waktu, orang-orang di masyarakat menjadi lebih mudah lupa diri dan emosi. Terkadang, mencela dan menghina masih dianggap lumrah bagi anak-anak. Anak-anak kita akan terpengaruh oleh karakter masyarakat tempat mereka tumbuh dan berkembang jika model masyarakat seperti ini terus berlanjut. Fakta-fakta ini menunjukkan betapa pentingnya pemangku kebijakan, orang tua, dan masyarakat untuk mencegah perundungan (bullying).

Stop Perundungan dengan Islam

Sebenarnya, kasus perundungan telah lama menyerang dunia pendidikan, tetapi masalah ini telah disepelekan sehingga generasi saat ini mengalami kerusakan yang parah yang bahkan menyebabkan siswa bunuh diri. Jika kita melihat peradaban Islam, profil generasi yang dihasilkan sangat berbeda.

Akidah agama Islam adalah dasar pendidikan. Tidak mengherankan jika banyak orang yang mulia, berakhlak karimah, dan unggul dalam ilmu dunia lahir pada masa Islam yang dianggap sebagai peradaban dunia yang gemilang. Keyakinan sebagai dasar dari semua tindakan yang mencegah tindakan jahat dan sadis. Orang yang benar-benar memahami Islam akan menghindari perbuatan buruk. Ia sadar bahwa menjadi hamba Allah berarti mengikuti semua perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya.

Sistem pendidikan Islam akan menghasilkan individu yang berkepribadian dan berakhlak mulia bagi masyarakat. Sistem pendidikan ini diterapkan oleh negara di semua jenjang pendidikan dan satuan pendidikan. Jika sistem pendidikan baik, generasi berikutnya juga baik. Negara juga harus mengawasi media dan informasi yang diakses anak-anak. Media tidak boleh menyiarkan konten kekerasan dan pornografi.

Pola asuh orang tua dalam mendidik juga akan berubah dengan landasan akidah Islam. Keluarga akan menjadi lebih religius. Ketika anak-anak mendapatkan banyak perhatian dan kasih sayang dari orang tua mereka, mereka tumbuh menjadi orang yang ramah, peduli sesama, dan tidak mudah mencela orang lain. Dengan menerapkan sistem pergaulan sosial yang didasarkan pada syariat Islam, diharapkan akan terbentuk masyarakat Islam yang bertakwa yang memiliki budaya amar makruf nahi mungkar. Serta tidak akan menoleransi tindakan apa pun yang bertentangan dengan syariat Islam, termasuk perundungan.

Wallahu’alam bishshawwab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *