Jejak Pemimpin Demokrasi. Mengantarkan Nasib Petani Serendah Harga Cabe-cabean

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Aulia Rahmah (Kelompok Penulis Peduli Umat)

 

Berpikir tentang anjloknya harga cabe, jadi teringat fenomena cabe-cabean. Ya, cewek murahan yang rela diajak kencan oleh pemenang balap motor. Fenomena cabe-cabean bahkan kini menjadi tren di kalangan remaja. Banyak orang menanggapi, hal ini alami terjadi di era Sekulerisme Kapitalisme saat ini. Ketika keimanan yang dapat menumbuhkan kontrol individu, masyarakat, dan negara, tergerus arus budaya asing. Jati diri dan kehormatan seseorang anjlok karena mengabaikan kewajibam penerapan Syariat Islam secara Kaffah.

Telah viral sebuah video yang diunggah oleh akun Instagram @andreli48, Rabu (4/8) yang lalu. Video ini menayangkan seorang petani cabe kesal dengan menginjak-injak cabenya, karena harga cabe menurun drastis. Melansir dari m.rctiplus.com (29/8), Komisi IV DPR, Slamet menanggapi video tersebut dengan meminta pemerintah untuk memperhatikan dan melindungi petani, “Jangan hanya berpikir impor terus, sementara nasib petani kita semakin sengsara”, ujarnya.

Sedangkan Peneliti Studi Ekonomi Kerakyatan Jogjakarta, Hempri Suyatna, menyayangkan kebijakan adanya impor cabe yang dilakukan pemerintah Indonesia pada saat pandemi. Berdasarkan data yang dihimpunnya, pada bulan Januari-Juni 2021 ini, Indonesia melakukan impor cabe mencapai 27. 851,98 ton atau senilai Rp 8,58Triliun. India sebagai pemasok terbesarnya.

Hempri menilai pemerintah tidak serius membangun kedaulatan pangan di negeri sendiri. Upaya meningkatkan kesejahteraan para petani yang tertuang dalam nawacita hanya bualan para petinggi negeri. Di Tengah kondisi surplus cabe, harusnya pemerintah memfasilitasi pengembangan industri- industri olahan cabe, dan juga membangun sistem atau teknologi penyimpanan cabe agar tahan lama.

Inilah karakter Rezim Demokrasi. Berkuasa karena berorientasi untuk mengembalikan modal politik dan mempertahankan kursi. Banyaknya kematian sebagai korban pandemi, meningkatnya kemiskinan, pengangguran, dan mahasiswa putus kuliah tak dapat melunakkan hati para pemimpinnya. Dalam benaknya hanya ada uang dan kekuasaan. Padahal bukan lah pada tempatnya, menjadikan negara sebagai jalan untuk mengeruk kekayaan.

Negara adalah sarana untuk merealisasikan tanggung jawab kepemimpinannya dalam melayani dan melestarikan kehidupan rakyat. Besarnya wewenang negara dalam mengelola SDA, keamanan, dan membuat undang-undang memastikan seluruh tanggung jawabnya dapat tertunaikan. Lain ceritanya jika wewenang negara ini dibajak oleh korporasi. Kekuasaan oligarki tentu akan mengancam eksistensi anak negeri. Nasib petani kini anjlok serendah harga cabe-cabean.

Ketua Forum Petani Kalasan, Nuryanto mengeluhkan harga cabe petani merosot hingga 50% dari harga normal. Jika selama ini harga cabe per kilo ada di kisaran Rp 11.000, sedangkan sekarang harga cabe anjlok hanya dihargai Rp 5.000 per kilonya. Jika petani dalam video tersebut diatas menginjak-injak cabenya, petani cabe di Sleman, Jogyakarta membagi-bagikan cabenya gratis ke masyarakat sebagai bentuk keprihatinannya. Menanam cabe dengan susah payah komoditas cabe dihargai drop.

Rendahnya penghargaan dari pemimpin Demokrasi kepada para petani, tak akan ditemui dalam sistem Islam. Anugerah dari Allah berupa lahan pertanian yang subur, yang menyimpan potensi luar biasa, akan dimanfaatkan demi kesejahteraan bersama. Rakyat yang menjadi tanggung jawabnya akan dilayani dengan sepenuh hati. Kesadaran akan hisab terhadap tanggung jawabnya kelak di akhirat, menjadi motivasi untuk menjadi pemimpin shalih dambaan umat.

Sosok pemimpin Sholih lahir dari penerapan Syariat Islam Kaffah, yang mengadopsi Sistem Pendidikan berdasarkan Aqidah Islam. Dengan kesadaran yang tinggi untuk membangun negeri, nasib para petani akan dijunjung tinggi. Sebab, dari jerih payah petani lah beragam bahan pangan dihasilkan. Wallahu a’lam bi ash-showab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *