Dampak Kemajuan Teknologi Tanpa Keimanan Kuat 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Dampak Kemajuan Teknologi Tanpa Keimanan Kuat 

Yulia Ekawati
(Aktivis Dakwah Kampus)

Zaman yang semakin berkembang ditandai dengan semakin canggihnya teknologi saat ini, dimana kita sendiri saja bisa merasakan dunia seakan dalam genggaman. Begitulah kata yang tepat menggambarkan kemajuan teknologi saat ini, namun tak bisa dipungkiri kemajuan teknologi tersebut juga menyebabkan masalah di berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu dampak dari kemajuan teknologi yang menjadi jadi yaitu Game Online.

Kata yang tak asing lagi di telinga masyarakat ini telah merajalela diberbagai kalangan, mulai dari anak – anak sampai orang dewasa. Game Online yang layaknya narkotika itu mampu membuat penggunanya kecanduan dan rela menghabiskan waktu ber jam – jam hanya untuk bermain. Kebanyakan dari Game Online tersebut mengandung adegan kekerasan dan mirisnya penggunanya juga termasuk anak – anak.

Bisa kita banyangkan anak – anak yang seharusnya menjadi generasi penerus bangsa malah menghabiskan waktunya untuk berusaha membunuh musuhnya di dalam Game Online, hal itu dilakukan demi mendapat rank atau tingkatan yang tinggi dalam Game Online tersebut. Perlu diingat bahwa sekali kamu terjun ke dalam lingkaran Game Online keinginan untuk menang itu ada dan akan berakibat pada kecanduan. Dan jika sudah begini hasil generasi kita, maka siapa nantinya yang akan membawa perubahan.

Game Online yang jelas membahayakan generasi ini tentunya butuh keseriusan negara dalam menanganinya.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendesak agar Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dapat memblokir game online yang mengandung kekerasan dan seksualitas. Dikutip dari Katadata.co.id

Dikatakan Deputi Perlindungan Khusus Anak KPPPA Nahar sangat penting bagi orang tua dan pengasuh untuk membatasi waktu bermain game online dan memilih game yang aman dan tidak mengandung konten kekerasan untuk anak. “Selain itu, orang tua dan pengasuh harus memantau dan memilih game yang sesuai dengan usia dan tingkat kedewasaan mereka yang tidak mengandung konten kekerasan. (Humaniora 14/4/2024 )

Namun apakah solusi itu cukup, maraknya Game Online baik yang mengandung kekerasan maupun tidak menunjukkan adanya kesalahan dalam memanfaatkan digitalisasi. Di sisi lain nampak adanya ketidakmampuan negara membuat aturan seiring dengan perkembangan internet dan sosial media termasuk Game Online yang berbasis internet.

Tidak bisa lepas dari teknologi adalah hal yang tidak bisa dielakkan, tapi bukan berarti kita tidak menerima semua hal yang datang dari perkembangan teknologi. Olehnya itu, masyarakat sendiri tidak akan mampu mengatasi perkembangan teknologi ini. Untuk melindungi anak – anak dari paparan candunya Game Online tentu diperlukan bantuan negara dalam hal ini.

Hanya saja saat ini kapitalisme yang diterapkan dalam negara memberikan paham bahwa materi adalah pola ukur majunya peradaban. Makanya banyak yang memanfaatkan teknologi demi keuntungan yang sebesar – besarnya tanpa memikirkan akibat dari hal tersebut, maka tak heran jika penggunaan teknologi menjadi tak terkendali hanya demi meraup materi.

Itulah yang terjadi jika sekularisme yang menguasai perkembangan teknologi yang memisahkan agama dan kehidupan sehingga aturan agama tidak dipakai dalam memanfaatkan teknologi yang benar.
Karena itulah strategi kebijakan teknologi membutuhkan peran negara dan pilihan sistem yang tepat. Negara yang mampu menerapkan sistem islam mendukung penuh pembentukan kepribadian Islam generasi. islam tidak akan memanfaatkan teknologi untuk meraup materi sebesar – besarnya, tetapi Islam menetapkan pemanfaatan teknologi untuk kebaikan umat dan mendekatkan umat pada kemudahan menjalankan hukum syariat dengan membangun sistem Pendidikan islam sehingga Islam membentuk pelajar bersyaksiyah islam yang mampu memanfaatkan teknologi dengan bijak sesuai hukum syara. Tidak ada sistem di dunia ini yang mampu mengurusi umat sebaik islam melakukannya.

Wallahu a’lam bish-shawwab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *