Ironi BPJS Naik Ditengah Derita Rakyat yang Mencekik

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Femilakareni

Ibarat sudah jatuh, masih tertimpa tangga pula. Sudah sengsara karena wabah Covid-19, rakyat masih harus menanggung beban naiknya iuran BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). Seakan tidak ada habisnya permasalahan yang sedang kita hadapi, datang terus bertubi-tubi tanpa bisa mengelak lagi.

Pandemi Covid-19 yang kian meluas tak terkendali, tak kunjung menemukan titik akhirnya. Semakin hari terus bertambah jumlah yang terdampak, baik dari jumlah korban yang positif bahkan yang meninggal, maupun yang terdampak tidak langsung, yakni para pekerja yang diputus hubungan kerjanya, hingga pengucilan para pemudik yang mudik karena ada kepentingan merawat keluarganya yang sakit. Mulai ekonomi nasional, daerah hingga sosial di daerah, semua terdampak. Sudah perih, masih terus disayat luka ini, oleh ibu kandung sendiri. Inilah hidup di negeri yang sekuler. Tak ada rasa kemanusiaan.

Tangga yang turut jatuh setelah kami terjatuh adalah pemberlakuan kenaikan iuran BPJS. Bahwa peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) untuk segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dan Bukan Pekerja (BP), mulai 1 Mei 2020 besar iuran yang harus dibayar kembali mengacu pada Peraturan Presiden 82 tahun 2018, yaitu sebesar Rp 80.000 untuk kelas 1, Rp 51.000 untuk kelas 2 dan Rp 25.500 untuk kelas 3. Akan di naikkan Untuk iuran bulan Januari sampai Maret 2020 tetap mengacu pada Perpres 75 tahun 2019 yaitu sebesar Rp 160.000 untuk kelas 1, Rp 110.000 untuk kelas 2 dan Rp 42.000 untuk kelas 3. ( http://sidoarjoterkini.com/2020/04/30/iuran-peserta-jks-kis-segmen-pbpu-dan-bp-telah-disesuaikan-per-1-mei-2020/#0)
Astagfirullahadzim begitu tega nya para penguasa hari ini. Ditengah kesulitan ekonomi seperti ini, masih dibebani kenaikan iuran BPJS hingga dua kali lipat.

Sedangkan jika berbicara penanganan pemerintah sendiri tentang korban covid-19 ini, patut dipertanyakan. Karena hingga saat ini korban positif covid-19 semakin bertambah saja. Dilansir data dari Covid.go.id Sabtu (16/5/2020), berdasarkan data yang diterima Gugus Tugas, lima provinsi dengan angka kasus positif terbanyak adalah:
1. Provinsi DKI Jakarta dengan total kasus 5.881
2. Jawa Timur sebanyak 2.105
3. Jawa Barat 1.618
4. Jawa Tengah 1.140
5. Sulawesi Selatan 917
Dari data ini bisa kita simpulkan bahwa semakin hari semakin terus bertambah pasien positif covid-19, tapi hingga saat ini belum ada penanganan serius pada akar masalah Covid-19. Seharusnya pemerintah menggencarkan Rapid test untuk melakukan pencegahan dini penularan virus secara murah bahkan gratis dan masal, tapi itu belum ditempuh pemerintah. Bahkan biaya test sangat mahal dan ditanggung rakyat sendiri.

Sungguh berbeda dengan islam yang aturannya langsung di wahyukan Allah SWT kepada Nabi muhammad saw untuk di sampaikan dan di terapkan kepada umat Islam. Untuk menangani wabah dilakukan cara sebagai berikut:

1. Mengunci area wabah sesegera mungkin sebagaimana yang di sabdakan Rasulullah “Apabila kalian mendengar wabah di suatu tempat maka janganlah memasuki tempat tersebut dan jika di tempat kalian terjadi wabah janganlah kalian keluar dari nya (HR IMAM MUSLIM)

2.Pengisolasian bagi Yang sakit. Sebagaimana sabda rasulullah saw “Sekali kali janganlah kalian yang berpenyakit menular mendekati yang sehat”. ( HR BUKHARI ), Rasulullah saw bersabda “Hindarillah orang orang yang berpenyakit kusta seperti kamu menghindari seekor singa”. (Abu Hurairah)

Dengan kita mengikuti metode Rasulullah dalam menangani wabah inilah, akan lahir kebijakan yang memuliakan manusia. Warga yang diisolasi atau dikarantina akan mendapatkan bantuan yang layak, bahkan tercukupi secara gratis, sehingga saat menjalani karantina akan lebih ringan bebannya. Begitupun warga yang terjangkit mendapat pelayanan kesehatan yang terbaik dalam menjemput kesembuhannya.

Beda dengan sistem kapitalis hari ini, dimana pemerintah yang begitu sangat hitung hitungan melayani rakyatnya, padahal seorang pemimpin ialah al junnah (perisai) umat yang harus nya siap siaga membantu menolong rakyatnya, baik dalam kondisi ada wabah maupun tidak ada wabah.

Jika sudah seperti ini, wabah sudah menjadi pandemi, wabah sudah menyebar tak terdeteksi lagi. Maka seharusnya pemerintah melakukan 3T (Testing, Tracking, Treatment). Ditambah karantina pada cakupan yang lebih kecil sesuai hasil tes. Jadi tidak perlu seluruh negara di-Lock-down. Cukup kota-kota tertentu saja. Selain ikhtiar material ini, penguasa juga mengajak rakyat untuk berikhtiar spiritual. Semua wabah ini dari Allah. Rakyat diajak muhasabah dan kembali kepada Allah agar Allah berkenan menarik wabah ini. Bisa jadi semua terjadi karena ulah manusia sendiri.
Allah SWT berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَا دُ فِى الْبَرِّ وَا لْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّا سِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum 30: Ayat 41).

Alangkah pilihan yang amat bijaksana, jika penguasa mau kembali kepada aturan Allah SWT, Sang Pencipta segala sesuatu. Karena kita ciptaan Allah SWT yang tak berdaya sedikitpun, selayaknya hanya kembali kepada Zat Yang Maha Sempurna. Kembali kepadaNya dengan bersegera menerapkan seluruh aturan yang berasal dari Allah SWT. Dan keberkahan akan melingkupi seluruh manusia yang bertakwa. Sebagaimana janji Allah SWT yang tak pernah ingkar layaknya manusia yang penuh dosa. Allah SWT berfirman:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَا تَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَا لْاَ رْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَ خَذْنٰهُمْ بِمَا كَا نُوْا يَكْسِبُوْنَ

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raf 7: Ayat 96).
Wallahu A’lam bisshawwab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *