Inkonsistensi Pemerintah Bikin Wabah Makin Betah

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Isti Shofiah, S.Pd

Pasca dibukanya seluruh moda transportasi oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pekan lalu, pemesanan tiket baik jalur darat maupun udara terus membludak.

Kebijakan ini sejatinya berbahaya, mengingat wabah covid-19 masih enggan beranjak, bahkan bukan tak mungkin jika banyaknya rakyat yang berpeluang ‘pulang kampung’ akan memperluas penyebaran virusnya.
Seperti kemarin, antrean padat terjadi di terminal 2 bandara Soekarno Hatta.

Dalam antrean itu nampak tidak ada penerapan sosial distancing antar orang. Semua berkerumun, berdesak-desakan. Meski ada petugas yang berjaga di lokasi, tidak ada upaya untuk mengatur jarak antrean para penumpang. (DetikNews, 14/5/2020)

Tak ayal, banyak warganet yang berkomentar miring. Di satu sisi sebagian rakyat mencoba patuh dengan protokol kesehatan dan tetap di rumah, namun sebagian yang lain justru asyik ngemall bahkan bepergian jauh setelah moda transportasi kembali dibuka. Yang lebih miris adalah ketika otoritas bandara seakan membiarkan tanpa ada upaya mengatur antrean. (Media Indonesia,14/5)

Inkonsistensi pemerintah dalam setiap kebijakan terus terjadi. Mudik dilarang tetapi transportasi umum justru dibuka.

Bagaimana mungkin negeri ini akan bebas dari wabah jika kebijakannya selalu mengecewakan? Pemerintah seperti tidak serius menangani wabah ini. Kebijakannya selalu berputar pada keselamatan ekonomi, bukan pada selesainya masalah. Alhasil, wabah bukan cepat berhenti, justru sebaliknya semakin meluas.

Islam dengan seperangkat aturannya akan memaksimalkan menghentikan wabah ini secepat mungkin. Karantina total yang dicontohkan Rasulullah Saw. adalah wujud nyata cara terampuh menyelesaikan masalah ini. Kesehatan dan keselamatan rakyat adalah prioritas utama yang ditangani. Sehingga, negara yang menjadikan Islam sebagai asasnya ketika menghentikan wabah, bukan semata karena berdampak pada ekonomi, namun lebih dari itu adalah menyangkut nyawa manusia. Karena dalam Islam, nyawa seorang manusia lebih berharga dari bumi dan isinya.

Kesehatan, pendidikan dan keamanan adalah hak dasar setiap rakyat yang dijamin oleh negara. Baik saat tak ada wabah, apalagi saat terjadi wabah. Sedangkan di sistem Kapitalisme, hak dasar itu menjadi urusan masing-masing individu, sehingga muncul istilah ‘orang miskin tidak boleh sakit’. Ya, karena tidak mampu membayarnya.

Oleh karena itu, selama rezim dan ideologi yang menaungi negara adalah kapitalisme, maka wabah ini akan semakin tak terkendali. Sudah saatnya kembali kepada sistem aturan yang berasal dari Sang Pencipta. Yakni sistem Islam yang diterapkan secara menyeluruh dalam sebuah negara. Wallahu a’lam. []
Link berita : https://m.detik.com/news/berita/d-5014376/antrean-padat-terjadi-di-terminal-2-bandara-soetta-begini-kesaksian-penumpang

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *