Iedul Fitri dan Kemuliaan Sejati

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Ummu Dihyah Al-Kahfi(Pendidik)

 

Bulan puasa, adalah bulan yang dinanti-nantikan kehadirannya oleh umat muslim sedunia. Betapa tidak, di bulan ini umat muslim digembleng dalam rangka melakukan berbagai ibadah, bertobat serta mengharapkan ampunan atas dosa-dosanya yang dilakukan selama ini.

Sebaliknya, dengan sifat Rabb yang maha agung diantaranya Al-Ghaffaar الغفار, memberikan ampunan serta pahala yang seluas-luasnya terhadap hamba-hambaNya yang telah beribadah dengan penuh keimanan serta ketaatan di bulan ramadhan.

Setelah sebulan menjalankan berbagai ibadah yang lebih dari bulan-bulan lainnya, akhirnya hari selanjutnya yang dinanti adalah hari raya iedul fitri, disebut juga hari kemenangan bagi orang-orang yang telah berhasil melawan hawa nafsu mereka selama sebulan penuh, dalam rangka meraih predikat takwa disisi Allah swt.

Firman Allah swt :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa” (QS. Al-Baqarah [2]: 183).

Demikian pula, dengan perayaan iedul fitri yang merupakan hari kemenangan dan kegembiraan sudah sepatutnya dirayakan oleh setiap umat muslim dimanapun berada.

Anas radhiyallaahu ‘anhu berkata,

قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الْمَدِينَةَ وَلأَهْلِ الْمَدِينَةِ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَقَالَ « قَدِمْتُ عَلَيْكُمْ وَلَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ يَوْمَيْنِ خَيْراً مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ النَّحْرِ

“Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, penduduk Madinah memiliki dua hari raya untuk bersenang-senang dan bermain-main di masa jahiliyah. Maka beliau berkata, “Aku datang kepada kalian dan kalian mempunyai dua hari raya di masa Jahiliyah yang kalian isi dengan bermain-main. Allah telah mengganti keduanya dengan yang lebih baik bagi kalian, yaitu hari raya Idul Fithri dan Idul Adha (hari Nahr)” (HR. An Nasai no. 1556 dan Ahmad 3: 178, sanadnya shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim sebagaimana kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth).

Inilah hari raya yang semestinya dirayakan dengan penuh kegembiraan serta kesenangan yang hakiki. Tapi disisi lain kita melihat, ditengah sukacita perayaan hari raya, duka masih enggan beranjak dari negeri ini. Virus corona yang telah tahunan melanda dunia, termasuk wilayah kita, belum juga menampakkan tanda-tanda akhir keberadaannya.

Ditambah lagi, penderitaan kaum muslim di wilayah yang lain, palestina misalnya, ditengah kemeriahan hari raya, duka mendalam menyelimuti kehidupan saudara/saudari kita disana, di sepuluh hari terakhir hingga hari raya, Israel masih saja menggempur kota suci umat islam tersebut dengan alat-alat tempur yang dimilikinya.

Belum lagi saudara/saudari kita di belahan bumi lainnya seperti Xianjiang, Uighur, dan sebagainya, kenyataannya hingga kini masih hidup terlunta-lunta dan selalu mendapatkan penyiksaan serta belum mampu terbebaskan.

Kondisi ini makin menggambarkan kepada kita umat muslim, bahwa rentetan penderitaan yang dialami saudara/saudari kita, adalah penderitaan kita bersama, tentu penderitaan ini juga menghujam dihati kita, disebabkan ikatan aqidah yang kuat, yang telah mengikat kita, hingga Rasulullah saw menggambarkan ikatan ini bagaikan satu tubuh.

Sebagaimana sabda Beliau Saw :

عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى (رواه مسلم)

Dari An-Nu’man bin Bisyir dia berkata, bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: ‘Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi di antara mereka adalah ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR Muslim No 4685).

Inilah gambaran indah, ikatan ukhuwah yang shohih, yang seharusnya dimiliki oleh kaum muslimin hingga hari ini, dimanapun mereka berada.

Tetapi hingga saat ini, kenyataan menggambarkan bahwa bukan hanya ikatan aqidah yang semakin melemah diantara umat muslim, namun pemikiran sebagian umat muslim pun masih didominasi dengan pemikiran kebebasan yang bertentangan dengan syariah islam.

Faham kebebasan dalam beragama, berpendapat, berperilaku dan sebagainya masih mendominasi sebagian umat muslim hari ini, disisi lain teori moderasi beragama juga masih terus didengungkan hingga saat ini.

Demikian halnya, islamophobia juga masih menjadi momok bagi umat muslim sebagian mereka, sehingga rasa kurang bersemangat, percaya diri juga bangga dalam mengkaji islam yang kaffah, kerap menghampiri, padahal salah satu sumber kekuatan utama umat muslim hari ini terletak pada keshohihan pemikiran mereka yang berlandaskan aqidah islam semata, bukan yang lainnya.

Pandangan hidup yang berasaskan materi juga masih saja mendominasi relung-relung hati sebagian kaum yang beriman, padahal sejatinya, dengan kesempurnaan yang dimilikinya, karena bersumber dari Dzat yang maha sempurna, sungguh hanya Islamlah yang layak menjadi pandangan hidup bagi setiap insan yang beriman.

*Fahami jati diri sebagai muslim sejati*

Allah Ta’aala berfirman :

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imron: 110).

Ayat tersebut, seharusnya cukup menjadi gambaran yang jelas, bahwa umat ini telah Allah berikan peredikat sebagai umat terbaik (khairu ummah). Namun karena umat islam telah meninggalkan syariah kaffah dalam mengatur seluruh lini kehidupan mereka, sehingga hari ini, predikat tersebut seolah hilang dari kaum muslimin.

Khairu ummah tidak lagi disandang oleh umat ini, yang terjadi justru sebaliknya, umat muslim pada kenyataannya mengalami keterpurukan, keterbelakangan, serta penyiksaan dengan serangan musuh mereka yang bertubi-tubi, sebagaimana yang terjadi di palestina hari ini.

Umat muslim juga seolah kehilangan hak-haknya untuk kehidupan yang seharusnya mereka jalani, termasuk pengelolaan sumber daya alam yang tidak berbasis syariah, menjadikan kemiskinan masih saja membayangi sebagian besar dari umat ini.

Ulama yang merupakan simbol kemuliaan serta panutan umat, pada kenyataannya masih terkadang “tersandung” kiprahnya dengan sejumlah persoalan pelik yang menimpa mereka.

Tentu saja hari nan fitri menjadi tidak seindah yang kita bayangkan, bahkan kesuciannya seolah tercoreng dengan kondisi yang membelit umat muslim hari ini. Hingga kemenangan sejati belum mampu kita nikmati, secara individual mungkin saja kita mampu mendapatkannya, tetapi kemenangan hakiki sebagai umat terbaik (khairu ummah), kenyataannya belum mampu kita raih dihadapan umat-umat yang lain.

Sebaliknya, kehidupan kita justru masih terpisahkan dengan aturan kehidupan sebagaimana yang telah Allah swt perintahkan, agar menjadikan Rasulullah satu-satunya dalam memutuskan perkara (hukum) dalam kehidupan.

Firman Allah swt :

وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ فَٱحْكُم بَيْنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَآءَهُمْ عَمَّا جَآءَكَ مِنَ ٱلْحَقِّ ۚ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ۚ وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَٰحِدَةً وَلَٰكِن لِّيَبْلُوَكُمْ فِى مَآ ءَاتَىٰكُمْ ۖ فَٱسْتَبِقُوا۟ ٱلْخَيْرَٰتِ ۚ إِلَى ٱللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

Artinya : “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu”. (Qs. Al-maidah : 48).

*Takwa memaksimalkan peran dakwah*

Tentu tujuan kita berpuasa ramadhan sebulan penuh adalah dalam rangka meraih takwa disisi Allah swt, sehingga sudah seharusnya peningkatan ketakwaan yang kita miliki menghantarkan kita pada ketakwaan yang berlipat ganda di hari yang fitri. Sehingga puasa yang kita jalani termasuk puasa yang diterima olehNya.

Patut kita renungkan, saat panca indera yang telah Allah anugerahkan kepada kita, mampu untuk menyaksikan, mendengar bahkan merasakan penderitaan saudara/saudari kita umat muslim di berbagai belahan dunia, masihkah sebagai seorang yang bertakwa kita akan berdiam diri dengan kenyataan yang ada ?

Sebab, idealnya ketika ketakwaan kita sebagai seorang muslim bertambah, maka bertambah pula kepedulian serta kepekaan kita terhadap kondisi yang ada disekeliling kita. Terlebih dengan kondisi sesama saudara/saudari kita yang ada di Palestina, Xianjiang, Myanmar, India, juga di belahan bumi yang lainnya. Sudah selayaknya hati kita tergerak untuk menolong mereka dalam rangka mengakhiri penderitaannya.

Rasulullah saw bersabda :

الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

“Orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain.” [Shahih Muslim No.4684].

Keimanan yang kita miliki juga menuntut kita sebagai seorang muslim untuk taat secara total kepada seluruh syariah yang telah Allah turunkan, tanpa memilah-milahnya, menolak pemikiran yang bertentangan dengan islam, menyampaikan kebenaran serta mencegah kemungkaran. Namun tentu hal ini membutuhkan upaya yang sungguh-sungguh serta tidak berdiam diri terhadap kemaksiatan dan kemungkaran.

Dari an nu’man bin basyir radhiyallaahu ‘anhumaa, ia berkata bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَثَلُ الْقَائِمِ عَلَى حُدُودِ اللَّهِ وَالْوَاقِعِ فِيهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ ، فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلاَهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا ، فَكَانَ الَّذِينَ فِى أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنَ الْمَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ فَقَالُوا لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِى نَصِيبِنَا خَرْقًا ، وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا . فَإِنْ يَتْرُكُوهُمْ وَمَا أَرَادُوا هَلَكُوا جَمِيعًا ، وَإِنْ أَخَذُوا عَلَى أَيْدِيهِمْ نَجَوْا وَنَجَوْا جَمِيعًا

“Perumpamaan orang yang mengingkari kemungkaran dan orang yang terjerumus dalam kemungkaran adalah bagaikan suatu kaum yang berundi dalam sebuah kapal. Nantinya ada sebagian berada di bagian atas dan sebagiannya lagi di bagian bawah kapal tersebut. Yang berada di bagian bawah kala ingin mengambil air, tentu ia harus melewati orang-orang di atasnya. Mereka berkata, “Andaikata kita membuat lubang saja sehingga tidak mengganggu orang yang berada di atas kita.” Seandainya yang berada di bagian atas membiarkan orang-orang bawah menuruti kehendaknya, niscaya semuanya akan binasa. Namun, jika orang bagian atas melarang orang bagian bawah berbuat demikian, niscaya mereka selamat dan selamat pula semua penumpang kapal itu.” (HR. Bukhari no. 2493).

Karena itu, jika kita hanya berdiam diri, maka kemungkaran serta keterpurukan umat muslim akan tetap senantiasa mewarnai kehidupan. Sehingga sekali lagi, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dalam merubah keadaan yang ada. Hanya dakwah yang merupakan kewajiban dari Allah satu-satunya jalan perubahan yang harus kita tempuh saat ini.

Dengan demikian, aktivitas amar makruf nahi mungkar merupakan hal mutlak yang harus kita jalani, dalam rangka mewujudkan aturan kehidupan yang terpancar dari aqidah islamiyah di seluruh aspek kehidupan kita.

Wallaahu a’lam bishshowab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *