Event Motor GP di Mandalika Ajang Mendunia, Negara Merana

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Meitya Rahma

 

Siapa yang kemarin mengikuti event pertandingan motor GP ? Masyarakat Indonesia pastinya tak mau melewatkan event Internasional ini. Bagi para penyuka pertandingan ini pastinya tidak mau ketinggalan event ini di layar kaca. Bagi yang punya uang, dia akan nonton langsung di lokasi. Demi melihat jagoannya bermain di sirkuit tanding. Suatu kebanggaan bagi Indonesia, yang sebenarnya negeri ini bisa dibilang terseok-seok dalam ekonominya. Ibarat rumah tangga kecil, dalam keseharian untuk mencukupi hidup saja harus hutang ke sana kemari. Ditambah harus mencukupi kebutuhan sehari-hari, pendidikan anak, kesehatan lha kok mau megadakan hajatan di hotel. Kondisi inilah yang menggambarkan negeri kita ini. Pepatah Jawa mengatakan “gegeden empyak kurang cagak”. Yang kurang lebih artinya orang yang memiliki keinginan banyak, tapi tak punya sarana untuk mewujudkannya.

Bolehlah kita berbangga menjadi tuan rumah ajang Internasional, seperti apa yang dikatakan oleh Sri Mulyani. Ia mengaku bangga dengan gelaran MotoGP yang memasuki puncak rangkaian di Sirkuit Mandalika pada Minggu (20/3/2022). Penggemar MotoGP pasti sangat menantikan momen ini,”. Siapa rider andalanmu? 25 tahun menunggu, Indonesia kembali menjadi tuan rumah rangkaian balap MotoGP. Bangga! Tulis Sri Mulyani dalam instagramnya (JakbarNews, 20/3/22)

Tidak masalah jika keuangan negara stabil. Namun jika keuangan negara morat-marit maka ajang yang mendunia ini seolah-olah hanya membuat utang negara atau anggaran negara membengkak. Pastinya membangun sirkuit ini tak sedikit dana yang dibutuhkan. Lalu, masihkah anggaran negara ada? Sedangkan negeri kita saja dalam kondisi yang minim dalam keuangan. Mentri Keuangan Sri Mulyani, mengatakan bahwa anggaran negara untuk event besar ini menghabiskan triliunan. Dana senilai Rp 1,3 triliun digelontorkan negara melalui skema penyertaan modal negara (PMN) BUMN, (JakbarNews,20/3/22). Sri Mulyani menyebut ajang bergengsi ini bakal sulit terselenggara jika tanpa adanya kucuran dana dari negara melalui APBN., Dana APBN juga mengalir melalui anggaran kementerian dan lembaga (K/L) yang terlibat secara langsung dalam penyelenggaran MotoGP di Indonesia. Insentif PPN dan Insentif bea masuk dan pajak impor. Seluruh dukungan tersebut diberikan demi kelancaran acara yang sudah dinantii-nantikan ini (JakbarNews, 20/3/22).

Sri Mulyani yakin event ini akan membawa manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat. Berkat terselenggaranya acara ini kegiatan perekonomian penduduk sekitar turut berkembang. Misalnya saja ketika para pembalap ikut memeriahkan acara dengan menggunakan atribut khas Indonesia, seperti topi caping. Semoga euforia ini bisa berdampak positif untuk masyarakat Lombok dan dunia semakin mengenal Indonesia. (JakbarNews,20/3/22)

Dalam rangka mendukung ajang balap motor internasional tersebut, ujar Basuki, pihaknya melakukan sejumlah pembangunan infrastruktur pendukung dan penataan di kawasan Mandalika. Pertama, pemerintah telah membangun jalan bypass yang menghubungkan Bandara Internasional Lombok (BIL) dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika. Jalan sepanjang 17,3 kilometer yang diresmikan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) di akhir tahun lalu dapat memangkas waktu tempuh antara bandara dengan KEK Mandalika. (Setkab.go.id, 19/3/22)

Pemerintah juga membangun sarana hunian pariwisata (sarhunta) atau homestay. Rumah-rumah sekitar Mandalika dilakukan upgrade untuk menjadi rumah yang layak. Karena pemerintah tidak ingin menyiapkan perhelatan tapi kawasannya menjadi kumuh, masyarakatnya tetap menjadi hanya penonton. Homestay-homestay pun dibangun, ada 900-an homestay. Sebagai alternatif hunian bagi para wisatawan yang akan berkunjung ke Mandalika selama ajang balap internasional MotoGP. (Setkab.go.id, 19/3/22)

Pemerintah benar-benar menyiapkan sedetail mungkin untuk perhelatan internasional ini. Sampai-sampai rumah penduduk di upgrade agar tidak terkesan kumuh, dibangun pula home stay disekitar tempat itu. Semua infrastruktur pendukungpun dibangun. Bisa dibayangkan dana yang tersedot untuk pembangunan ini. Dana APBN yang harusnya dialokasikan untuk kepentingan rakyat, dialihkan untuk pembangunan sirkuit Mandalika dengan berbagai infrastruktur yang dibangun. Perhelatan yang hanya berlangsung kurang lebih setengah bulan inipun bisa membuat negeri kita semakin morat-marit keuangannya. Nampak mentereng di mata international, namun sejatinya pontang-panting di dalam negrinya.

Berlebih-lebihan tidak pada tempatnya. Agar negeri ini lebih dikenal di tingkat internasional, agar dianggap mampu, agar pariwisata kita go internasional. Mengenalkan lombok ke internasional mungkin inilah beberpa alasan pemerintah kita meng-iyakan pembangunan dan perhelatan motor GP di Indonesia. Tak peduli kondisi ekonomi yang sulit, yang penting go Internasional. Tak peduli bagaimana nanti kondisi masyarakat Mandalika, yang penting proyek jalan.

Sikap arogan pemerintah kembali ditunjukkan dengan menerima perhelatan besar yang berimbas pada proyek-proyek di Mandalika. Seolah tak mempedulikan lagi bagaimana suara rakyat. Yang penting jalan, bisa menguntungkan investor. Salah satu investor perhelatan Internasional ini adalah, DornaSport. Sebagai kompensasi pembiayaan ini Indonesia harus membayar biaya komitmen sebesar 9 juta Euro per musim. Sebagaimana diketahui Dorna Sport ini sebagai pemegang hak komersial untuk olahraga MotoGP Internasional. Biaya tersebut sudah termasuk lisensi, hak cipta, dan biaya penyelenggaraan. Meski harus membayar biaya komitmen, pemerintah yakin bahwa negara mendapatkan keuntungan besar. Tak Peru dipikirkan bagaimana nanti melunasinya. Akankah komitmen pembayaran ini lancar dibayarkan? Membayar utang negara bertahun-tahun saja, rakyat yang menjadi korbannya. Apalagi saat ini, hutang negara akan semakin menumpuk. Begitulah pemerintah jika memiliki orientasi kapitalistik. Kebijakan yang diambil akan selalu menguntungkan para kapital.
Hal yang perlu mendapat perhatian besar adalah perubahan sosial di wilayah tersebut. Karena pariwisata identik dengan pengaruh budaya, juga agama. Padahal pariwisata dalam kacamata sekuler kapitalistik hanya fokus mencari keuntungan finansial. Maka yang menjadi kekhawatiran adalah masuknya budaya yang bertentangan dengan Islam. Misalnya budaya musyrik, pornografi pornoaksi, fasilitas yang menjurus padahal kekharaman ( minuman keras, prostitusi),dll. Semua ini tentu akan membawa bahaya yang lebih besar bagi masyarakat secara keseluruhan.

Pengembangan sektor wisata berorientasi kapital ini akan membawa perubahan masyarakat, menjadi lebih inklusif dan moderat. Walhasil membangun sirkuit untuk ajang internasional ini sama saja menambah beban negara. Lebih banyak kerugiannya dari pada manfaatnya. Seorang pemimpin harus bisa berfikir mana pembangunan yang membawa maslahat rakyat dan negara, mana yang membawa kemudhorotan. Setiap apa yang diputuskan oleh pemimpin, kelak akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah. Sistem kapitalis sekuler telah melahirkan pemimpin yang mengambil kebijakan tidak berfihak pada rakyat. Perlu kiranya masyarakat berpikir bahwa sistem kapitalis saat ini sudah terbukti gagal dalam berbagai bidang. Sudah saatnya berfikir jernih untuk beralih kepada sistem Islam yang berasal dari Allah Ta’ala.

Wallahua’lam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *