Memaknai Slogan Satu Pemikiran, Satu Perasaan dan Satu Tujuan 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Memaknai Slogan Satu Pemikiran, Satu Perasaan dan Satu Tujuan 

 

 Oleh Ummu Qodhi

 (Aktivis Muslimah)

Presiden Jokowi Widodo menyatakan bahwa saat ini dunia membutuhkan rumah yang aman. Hal ini disampaikan Jokowi saat mengikuti sesi kedua Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 India yang mengangkat tema ‘One Family’ di Bharat Mandapam, IECC, Pragati Maidan, New Delhi, India. Demikian sebagaimana yang saya kutip dari laman rebublika.co.id pada tanggal 10 September 2023.

Senada dengan India, Jokowi menginginkan Indonesia menjadi bagian dari keluarga besar dunia yang saling membangun dan memiliki tujuan bersama untuk menciptakan kehidupan yang damai.

“Saya setuju, jika dunia ini layaknya satu keluarga besar, namun, keluarga yang Indonesia harapkan adalah keluarga yang saling membangun, saling peduli, dan memiliki satu tujuan bersama yaitu menciptakan kehidupan yang damai dan makmur,” ujarnya.

Kenyamanan dan kedamaian berhak didapatkan oleh siapa saja, setiap orang pasti menginginkan hal tersebut. Namun realitas yang kita jalani ternyata tidaklah demikian. Jokowi sendiri menyatakan bahwa negara yang dipimpinnya dalam kondisi sedang sakit, pernyataan ini seolah mengaminkan bahwa negeri yang dipimpinnya sedang tidak baik-baik saja sehingga membutuhkan keamanan dengan membangun tujuan bersama untuk menciptakan kehidupan yang damai.

Di sisi lain terdapat banyak problem dunia yang membuat masyarakat global merasa tidak aman, bahkan justru sengsara. Bukan hanya peperangan, namun juga kemiskinan yang merupakan konsekuensi dari penerapan sistem kapitalis. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa masih ada sebanyak 25,9 juta orang miskin di Indonesia per akhir Maret 2023. (ccnindonesia.com pada 17/7/2023).

Media jawapos.com pada 26 Juli 2023 lalu menyebutkan bahwa ada pembunuhan yang terbilang sadis di dunia selama 2023, dari mutilasi Sleman hingga ada korban yang dimakan juga memenuhi jagat media. Bila disimpulkan, ada banyak kasus yang terus bermunculan tiap harinya di negeri ini. Pencabulan, bullying, narkoba, stunting, aborsi dan lain-lain. Padahal semua problematika ini membutuhkan penanganan yang tepat dan tuntas.

Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk memahami akar permasalahan sehingga nantinya akan tepat dalam menuntaskan permasalahan ini. Kehidupan yang sedemikian rupa tidaklah hadir begitu saja. Jika kita cermati kekacauan ini muncul sebagai konsekuensi dari penerapan sistem Kapitalisme. Kapitalisme sekulerlah yang menjadi biang kerok atas setiap masalah yang dihadapi ummat saat ini.

Kapitalisme melahirkan kehidupan dengan corak hedonis, individualis, dan bertingkah laku serba bebas. Negara tidak menjamin keamanan akidah ummat, nasab, dan juga harta. Kapitalis yang berasaskan sekuler ini sulit untuk membuat seseorang memiliki rasa saling peduli yang tinggi sebagaimana yang diharapkan pak Jokowi dalam pidatonya.

Sedangkan India, dengan slogan besarnya untuk mewujudkan one family bagi masyarakat global di bawah naungan G20, sejatinya sangat butuh untuk kita kritisi. Pasalnya terdapat realitas yang sangat bertolak belakang antara slogan tersebut dengan kenyataan yang dihadapi masyarakat India sehari-hari. Menarik bila kita menyimak penyampaian cnbcindonesia.com pada 1 Agustus 2023 lalu, bahwa terjadi bentrok antara Hindu dan Muslim hingga mengakibatkan korban berjatuhan. Demikian pula berita terkait guru perintahkan para siswa Hindu agar menampar siswa Muslim yang menunjukkan praktik diskriminasi, intoleransi dan arogansi yang dilindungi oleh negara (bbc.com pada 27/8/2023).

Dengan realitas demikian bagaimana bisa slogan one family diterapkan di tengah penindasan pemerintah India dan masyarakatnya terhadap umat Islam disana, bahkan umat Kristen juga mengalami kondisi yang serupa. Belum lagi kehidupan sosial yang berlapis-lapis melalui penerapan sistem kasta. Hal ini semakin menunjukkan bahwa slogan one family tidak bernilai apapun kecuali slogan kosong tanpa makna.

Justru pada titik inilah kemudian kita harus mempertanyakan keinginan Jokowi untuk mengharapkan Indonesia menjadi satu kesatuan bersama India dan negara-negara G20 mewujudkan one family yang saling membangun, saling peduli, dan memiliki satu tujuan bersama yaitu menciptakan kehidupan yang damai dan makmur. Jokowi hendak membangun semua mimpi besar itu di tengah penerapan sekulerisme kapitalis di negara ini. Padahal sistem kehidupan sekuler hanya bersandar pada kepentingan dan manfaat. Jika ada manfaat maka akan saling tolong menolong dan saling peduli. Namun setelah selesai manfaat tadi maka selesai pula hubungan tersebut.

Berbeda dengan masyarakat Islam, dimana ummatnya saling tolong-menolong, bahu-membahu dalam membangun peradaban semata-mata hanya meraih ridha Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda:

“Sungguh (sebagian) mukmin kepada (sebagian) mukmin lainnya seperti bangunan, yang menguatkan sebagian dengan sebagian lainnya. Dan beliau menyilangkan jari-jarinya” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Inilah keunikan dari masyarakat Islam yang diatur oleh sistem Islam itu sendiri. Sistem Islam menjamin terwujudnya ketaqwaan individu, masyarakat hingga negara yang menyebabkan keadilan merata. Sistem Islam mampu menjadi rumah yang aman bagi rakyat yang tinggal didalamnya. Terbukti selama kurang lebih 13 abad kesatuan perasaan, pemikiran dan tujuan yang sama itu dipraktikkan langsung oleh masyarakat Islam dalam peradaban Islam baik dimasa Rasulullah SAW maupun dimasa kekhilafahan Islam.

Sistem Islam telah menumbuhkan kedamaian dan kesejahteraan bagi warganegara padahal mereka adalah masyarakat yang majemuk, ada muslim ada ahlu dzimmi. Mereka berbeda baik dari sisi budaya, warna kulit, entitas bahasa dan lain sebagainya, namun penerapan Islam kaffah menghantarkan mereka pada level kehidupan yang masih menjadi ekspektasi bagi masyarakat hari ini yang dikungkung oleh Kapitalisme.

Kekuatan akidah telah menjadi pemersatu bagi masyarakat dalam peradaban Islam. Islam tampil menjadi sistem kehidupan sehingga mereka yang bernaung di bawahnya pada akhirnya memiliki satu pemikiran, satu perasaan dan satu tujuan yang sama yakni meraih ridha Allah SWT semata. Bagi ahlu dzmmi penerapan sistem Islam menjamin keamanan dan kedamaian kehidupan mereka, sehingga mereka mengambil sistem demikian secara kemanfaatan saja bukan secara spiritualitas.

Oleh sebab itu jika benar pemimpin negara ini hendak menjadikan Indonesia sebagai rumah yang aman maka harus menerapkan syariat Islam dengan kaffah atau menyeluruh agar terpelihara keamanan, kesejahteraan dan keadilan. Negara akan menjaga kemurnian akidah umat, meluruskan pemahaman yang sesat dan menyesatkan dan mengamalkan amar ma’ruf nahi munkar.

Praktik yang demikian akan menyebabkan turunnya keberkahan dari Allah SWT. Keberkahan inilah yang menjadikan penduduk suatu negeri akan hidup aman, tentram, makmur, dan dipenuhi dengan kebaikan ketenangan dan kebahagiaan. Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya:

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (TQS al-A’raf:96).

Waullahu a’lam bi ash-shawaab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *