Miris, Perilaku Anak Makin Sadis

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Miris, Perilaku Anak Makin Sadis

 

Elvy Suru

(Aktivis Muslimah)

 

Perundungan (Bullying) kembali terjadi di lingkungan pendidikan, yakni sekolah. kembali menjadi sorotan publik karena viral di media sosial.

Baru-baru ini, MHD (9) tewas setelah di keroyok oleh temannya. Siswa SD Negeri di salah satu sekolah dasar di Kabupaten Sukabumi, Jawa barat ini meninggal setelah kritis selama 3 hari di Rumah Sakit. Sebelum meninggal Ia mengaku di keroyok oleh kakak kelasnya di sekolah. (kompas.com)

Sungguh peristiwa yang sangat tragis dan miris, peristiwa ini menambah catatan terkait perundungan pada anak. Tingkat SMA, SMP bahkan Kini Siswa SD pun juga melakukan bullying.

Berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada tahun 2022 didapati 226 kasus kekerasan fisik, psikis (kompas.com)

Perundungan di sekolah berpotensi terus terjadi, survei mendikbudristek memperkuat hal ini, Survei tersebut melibatkan 260 ribu sekolah di Indonesia di level SD/Madrasah hingga SMA/SMK. Ada 6,5 juta peserta didik dan 3,1 juta guru yang dilibatkan dalam survei tersebut. Dari survei tersebut ada 24,4 persen potensi perundungan atau bullying di lingkungan sekolah.

Perundungan makin nyata mengancam anak-anak kita. Mengapa hal tersebut terjadi dan terus berulang bahkan bertambah signifikan??

Menurut Psikolog Klinis Anak (Clinical Child Psychologist), Rendra Yoanda mengatakan bahwa kondisi ini perlu mendapat perhatian serius dari pihak sekolah dan orangtua, guna memutus mata rantai perlakuan buruk di lingkungan sekolah.

Selain orang tua lingkungan sekitar pun juga sangat berpengaruh. Anak-anak bergaul dengan siapa, tontonannya apa, dan aktivitasnya apa.

Kasus perundungan (bullying) hanyalah sebagian dampak penerapan sistem sekuler, sistem yang memisahkan agama dari kehidupan.

Bullying bisa terjadi di mana saja; lingkungan rumah, termasuk lingkungan bermain, sekolah, pondok pesantren, dan dunia maya. Orang tua secara polos sering berpikir bahwa pondok pesantren steril dari bullying. Dengan lingkungan agamis atau islami, rasanya mustahil terjadi bullying. Faktanya, tidak ada lingkungan yang aman dari bullying, sekalipun itu di pondok pesantren.

Hal lain yang orang tua dan guru juga kurang paham, bullying juga terjadi di dunia maya, di media sosial, yang disebut cyberbullying. Pelakunya malah lebih luas dan bisa lebih kasar. Meski hanya kata-kata, tetapi bisa membuat mental anak down, bahkan putus asa. (Iwan Januar)

Bullying harus mendapat perhatian khusus dari semua pihak, agar anak jauh dari tindak kekerasan, perundungan yang ada hanyalah generasi Rabbani karena bagaimana pun masa depan, penerus generasi ada pada mereka, dan itu tidak akan terwujud dalam sistem sekuler.

Dalam sistem Islam, akidah Islam adalah landasan dasar dalam pendidikan. Tidak hanya melahirkan anak-anak yang cerdas, tapi juga anak yang berakhlak mulia, menjunjung tinggi adab berkepribadian Islam. Ada beberapa faktor hal tersebut bisa terwujud.

Pertama, Keimanan kepada Allah sebagai landasan perbuatan sebagai benteng dari perilaku sadis. Sadar bahwa posisinya sebagai makhluk Allah yang diciptakan untuk menaati PerintahNya.

Kedua, dengan landasan akidah Islam dalam pola asuh orang tua. Suasana keimanan harus dibentuk dalam keluarga, memberikan contoh yang baik kepada anak, mengajarkan adab-adab karena anak membutuhkan suasana keluarga yang harmonis yang dipenuhi suasana iman dan ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya. Anak juga membutuhkan lingkungan di luar rumah yang seirama dengan suasana rumahnya yang menggambarkan ‘baiti jannati’.

Rasulullah saw. Bersabda :

“Setiap anak dilahirkan dalam kondisi fitrah, orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Imam Bukhari Muslim)

Ketiga, sistem pendidikan Islam, yakni kurikulum berbasis Islam. Sistem ini akan melahirkan generasi yang berkepribadian Islam. Pola pikir dan pola sikapnya islami. Tidak saja mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan tapi juga mendekatkan mereka kepada penciptanya.

Ketiga, faktor di atas tentu akan terwujud jika kita saling bekerjasama, orang tua, guru, masyarakat. Semua itu tidak mungkin terwujud tanpa adanya negara yang juga memiliki visi dan misi pengabdian kepada Allah SWT, dengan menerapkan aturan Allah secara total dalam kehidupan.

Wallahu A’lam Bish-Showab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *