MODERASI BERAGAMA, SEKULERISASI, DAN INTOLERASI

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

MODERASI BERAGAMA, SEKULERISASI, DAN INTOLERASI

Oleh Zahra F

 (Aliansi Penulis Rindu Islam)

 

Upaya moderasi beragama cukup masif di pasarkan ke masyarakat. Program ini diharapkan bisa ini menjadi problem keberagaman yang menimpa masyarakat. Sehingga keamanan terwujud untuk menunjang kemajuan bangsa.

Wahid Arbani, Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil Kementerian Agama Prov. Jateng dalam kegiatan Dialog Penguatan Moderasi Beragama Angkatan VIII Rabu (14/06) mengatakan “..bangsa kita itu beragam, masing-masing daerah memiliki adat yang berbeda. Kalau salah persepsi bisa menyebabkan gesekan, maka moderasi bergama harus ditegakkan. Kita harus bisa saling menjaga, menghormati dan menjamin pelaksanaan berbagai budaya, agama, suku dan ras di Indonesia,” tutur Wahid (14/06/2023 jateng.kemenag.go.id)

Padahal, sejatinya upaya moderasi beragama ini bukan memberikan solusi untuk menyelesaikan problem di masyarakat. Upaya ini justru menambah permasalahan baru yang membahayakan masyarakat. Karena dalam program moderasi beragama ada upaya agar seseorang tidak terlalu fanatik terhadap agama yang dianutnya. Mereka tidak boleh menggunakan aturan agama sebagai landasan kehidupan. Dengan upaya tersebut, maka kehidupan masyarakat akan semakin jauh dari aturan agama. Bahkan umat akan semakin terjebak kedalam kemudharatan karena tidak diterapkannya aturan agama dalam kehidupan. dari sini kisa disimpulkan bahwa moderasi beragama justru tidak toleran dalam agama. Karna umat dipaksa untuk tidak menaati agamanya secara menyeluruh.

Padahal menurut KBBI, makna “toleran” artinya bersifat atau bersikap menenggang, (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dsb) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.

Dari makna toleran tersebut, upaya moderasi beragama ini sangat tidak toleran terhadap agama karena mengharapkan umat hanya mengikuti sebagian kecil aturan agama dalam konteks ibadah ritual dan akhlak. Akibatnya, umat tidak dapat menjalankan atau mengamalkan aturan agama secara menyeluruh.

Penyebab semua persoalan ini terjadi adalah penerapan sistem kapitalisme sekuler liberal di dunia ini. Sistem kapitalis telah merusak akidah umat melalui upaya moderasi beragama, sehingga umat menjadi acuh tak acuh terhadap urusan agama. Sistem kapitalis memprioritaskan materi sebagai tujuan utama dalam kehidupan dan aturan yang diterapkan hanya menguntungkan sekelompok kecil orang, tanpa memperhatikan nasib masyarakat lainnya, terutama kalangan menengah ke bawah.

Maka jelas upaya moderasi ini akan semakin menjauhkan masyarakat dari kemaslahatan, karena sejatinya sistem kapitalis adalah aturan kufur yang dibuat manusia dengan sifatnya yang lemah dan terbatas. Jika kehidupan masyarakat diatur oleh aturan buatan manusia, maka sudah bisa dipastikan bahwa di masa depan akan ada banyak kekurangan dan kecacatan. Oleh karena itu, jika moderasi terus diupayakan, hal tersebut akan menjadi suatu bencana besar yang menimpa umat.

Padahal, tujuan hidup manusia di dunia ini adalah untuk mencari bekal ke akhirat, dan bekal tersebut hanya bisa didapatkan melalui ketaatan pada Sang Pencipta Alam Semesta ini. Jika seorang hamba menjauh dari aturan yang telah diberikan oleh Sang Pencipta, lalu apa bekal yang bisa diperoleh untuk mencapai negeri akhirat? Padahal sudah jelas bahwa aturan yang dibuat oleh Sang Pencipta adalah aturan terbaik, dan tidak ada aturan lain yang lengkap dan menyeluruh selain aturan-Nya.

Allah SWT berfirman “Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?” {QS. Al-Ma’idah : 50}

Oleh karena itu, kita membutuhkan solusi yang hakiki untuk mengatasi problem yang dihadapi umat saat ini, termasuk bahaya moderasi beragama. Solusi yang digunakan untuk mengatasi semua persoalan umat saat ini tidak bisa setengah-setengah, tetapi memerlukan solusi yang revolusioner. Karena hanya solusi yang totalitas, itulah satu-satunya solusi yang mampu mengatasi semua problem umat, baik yang kecil maupun yang besar.

Jika kita kembali kepada Islam, kita akan mengetahui solusi tuntas untuk mengatasi persoalan yang menimpa umat saat ini. Karena Islam menjadikan akidah Islam sebagai asas dan membantu umat memahami agamanya, sehingga umat mampu mengamalkannya dengan penuh kesadaran dan dalam pengawasan negara.

Negara dalam Islam memiliki tanggung jawab besar untuk mengurus urusan rakyatnya. Dan tanggung jawab tersebut tidak akan berjalan dengan baik kecuali jika negara tersebut menerapkan sistem Islam secara menyeluruh dan menyebarkannya ke seluruh penjuru dunia.

Wallahu a’lam bisshawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *