Monster Antraks Sergap Rakyat, Negara Gelagapan

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Monster Antraks Sergap Rakyat, Negara Gelagapan

 

Oleh Ida Yani

Kontributor Suara Inqilabi

 

Jakarta, CNN Indonesia — Penularan antraks terhadap puluhan warga Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta jadi buah bibir. Tradisi brandu sebagai penyebab masifnya penularan. Menurut Retno Widyastuti selaku Kepala Bidang Kesehatan Hewan DPKH Gunungkidul, terdapat enam sapi dan kambing di Padukuhan Jati, Semanu yang terkonfirmasi antraks sejak November 2022 lalu.

Sementara itu setelah setelah jatuh korban jiwa dan antraks menyebar kemana- mana, Bapak Ma’ ruf Amin baru meminta seluruh jajaran pemerintah melakukan upaya untuk mengisolasi hewan hingga manusia yang terpapar penyakit antraks agar tidak merebak ke daerah lain.

Jika dianalisa, bermula budaya brandu,
Kondisi ekonomi, pendidikan serta pemahaman rakyat saling berkaitan.
Sejak dahulu memang Gunungkidul telah dikenal daerah pegunungan batu padas, jika kemarau kekurangan air bersih dan segala sisi minus yang lain.
Ternyata hingga kini pendidikan masyarakatpun masih belum berkembang. Padahal dari sisi wilayah pariwisata daerah ini sudah masif didatangi pengunjung. Tumbuh destinasi wisata baru di sana-sini.

Nampaklah ketimpangan yang nyata.
Inilah cara riayah sistem kapitalis terhadap SDM manusia serta SDM grografis wilayah. Keindahan alamnya dielu- elukan, dipoles dan dipublikasikan untuk menarik defisa sedangkan penduduknya, calon- calon pemimpin negeri era masa depan, tak disentuh peradaban.
Malang nian warga wilayah yang dalam sejarah selalu dikisahkan dimana Panglima Sudirman bergerilya hanya jadi kenangan semata.

Budaya brandu jelas menunjukkan potret kemiskinan yang parah di tengah masyarakat. Disisi lain, juga menggambarkan betapa rendahnya tingkat literasi sehingga biasa mengkonsumsi binatang yang sudah sakit.

Padahal era kini medsos bukan lagi barang langka. Mulai bayi hingga manula handphone sudah menjadi menu sehari-hari. Apapun bisa diakses dengan benda mungil cerdas ini. Berita maupun informasi apapun begitu mudah dan nyaman disantap. Mengapa hal sepenting dan se bahaya ini dengan nyaman dan bahagia mereka langgengkan hingga kini?

Hal itu menggambarkan lalainya penguasa dalam mengurus rakyat, hingga tradisi yang membahayakan tetap berlangsung, bahkan yang melanggar aturan agama yang mengharamkan memakan bangkai.
Benar- benar sulit diterima dengan akal sehat. Masyarakat sangat tidak mengetahui maklumat paling mendasar, bahkan makanan yang halal dan haram pun tak bisa membedakan.

Sangat berbeda dengan riayah penguasa Islam yang tentu saja amanah dan berlandaskan Syariat Islam. Sistem Islam akan menjamin rakyat hidup sejahtera dan terdidik sehingga paham aturan agama maupun aturan terkait dengan kesehatan dirinya.
Memahamkan rakyat adalah utama.
Pendidikan baik di bangku sekolah maupun di luar bangku sekolah wajib dijalankan. Maka akan terbentuk masyarakat yang cerdas sejahtera, bermasa depan cemerlang. Bukan seperti sekarang.

 

Wallahu’alam bishshawaab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *