Boikot Masif terhadap Israel, Apakah Efektif?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Boikot Masif terhadap Israel, Apakah Efektif?

Oleh Ica Shefira

Kontributor Suara Inqilabi 

 

Melihat “suguhan” genosida yang dilakukan Israel terhadap Palestina membuat hati masyarakat meledak. Namun, apa daya, sekat-sekat nasionalisme menjadi penghalang utama. Harapan terhadap penguasa negeri-negeri muslim untuk bersikap tegas dan memberikan pembelaan nyata, turut layu. Alhasil, seruan boikot produk yang mendukung Zionis Yahudi menggema sebagai bentuk jeritan mereka.

Hiruk pikuk ini membuat Majelis Ulama Indonesia (MUI) menetapkan fatwa tentang hukum dukungan terhadap perjuangan Palestina. Hal ini tertuang dalam Fatwa MUI Nomor 83/2023 tentang Hukum Dukungan Terhadap Perjuangan Palestina yang diteken 8 November 2023. Dalam penetapan pertama poin 1 mengenai ketentuan hukum, MUI dengan tegas mengeluarkan fatwa mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina atas agresi Israel hukumnya wajib (CNBC Indonesia, 10/11/2023).

Meski aksi boikot mendapatkan dukungan dari MUI, tetap tak menyurutkan kejahatan Yahudi untuk merebut tanah Palestina, sedangkan tanah itu milik umat muslim yang wajib dipertahankan. Sejak tahun 1948 hingga detik ini, mereka telah melakukan pengusiran dan pembantaian habis-habisan terhadap rakyat Palestina. Apalagi eksistensi Yahudi disokong oleh sejumlah pemimpin Dunia Islam, baik secara politik maupun hubungan ekonomi. Lalu bagaimana wujud pembelaan hakiki terhadap Palestina?

Islam memandang tanah kaum muslim wajib dipertahankan, wajib pula untuk membela muslim yang teraniaya dan terjajah. Pembelaan ini hanya dapat terwujud jika seluruh masyarakat mengeluarkan satu suara untuk menegakkan Khilafah di muka bumi. Di dalamnya hanya menerapkan aturan Allah yang pasti menjadi satu-satunya aturan yang benar dan baik, menenteramkan hati, memuaskan akal, dan sesuai dengan fitrah manusia.

Umat muslim dari segala penjuru dunia akan berada di bawah satu komando militer dari Khalifah untuk berjihad merebut kembali tanah Palestina. Tak seperti sekarang, umat muslim banyak tapi tercerai berai lemah tak tentu arah seperti anak ayam kehilangan induknya. Maju terhalang tembok nasionalisme, mundur merasa gagal menjadi saudara seiman.

Wallahu’alam bish-shawwab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *