Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Sulitnya Air Bersih di Negeri yang Melimpah SDA

Oleh. Normah Rosman

(Pegiat Literasi) 

Sudah puluhan tahun warga di Pengasinan RT 1 RW 13, Dusun Girimulya, Desa Binangun, Kota Banjar Jawa Barat, Kesulitan memperoleh air bersih. Air sumur milik warga tidak bisa digunakan karena airnya terasa asin. Sementara tidak ada pasokan air bersih dari PDAM. Sebelumnya warga setempat juga mendapat bantuan dari pemerintah dengan menggali sumur sedalam 100 meter, namun air yang dihasilkan tetap tidak layak konsumsi karena asin dan kotor. Terlebih lagi jika memasuki musim kemarau, warga semakin kesulitan mendapatkan air bersih (tvonenews.com, 7/8/2023).

Krisis air bersih mulai berdampak pada kesehatan warga. Penyakit mulai menyerang warga, salah satunya yaitu diare. Kondisi ini dialami oleh sebagian warga di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor mencatat kasus diare mulai meningkat. Hal ini disebabkan karena warga kesulitan mendapatkan air bersih di tengah kemarau yang melanda (republika.id, 13/8/2023).

BMKG memprediksi puncak musim kemarau di Indonesia akan terjadi pada minggu terakhir bulan Agustus 2023, hal ini dipicu oleh fenomena El Nino. BMKG memprediksi kekeringan tahun ini, akan seperti kekeringan pada 2019, tapi tidak separah 2015 lalu, yang diperparah dengan kebakaran hutan dan lahan (liputan6.com, 12/8/2023).

Sulitnya Air Bersih karena Kekeringan

Banyak wilayah yang mengalami kekurangan air bersih untuk konsumsi rumah tangga sehari-hari. Hal ini diperparah oleh musim kemarau yang melanda pada sejumlah daerah. Apalgi puncak musim kemarau diprekdiksi akan terjadi pada bulan Agustus-September. Meskipun beberapa daerah sudah memperoleh bantuan air bersih, baik berupa sumur bor, air PDAM dan lainnya tetap tak bisa memenuhi kebutuhan warga, karena upaya tersebut belum maksimal. Mengingat pada musim kemarau, bukan hanya kekeringan dan kesulitan air bersih yang terjadi, tapi kebakaran hutan dan lahan juga kerap terjadi sehingga menambah daftar panjang kesulitan yang dihadapi saat musim kemarau melanda.

Kesulitan memperoleh air bersih bagi sebagian warga, tentu menjadi tanda tanya besar. Melihat melimpahnya air kemasan yang dijual di jalan-jalan, dan segala kemudahannya dalam memasok air tersebut hingga ke pelosok negeri. Hal ini tentu menjadi pertanyaan besar bagi pemangku kebijakan di negeri ini. Negara yang sejatinya memiliki segala koneksi, sarana dan prasarana terbaik juga sumber daya air, tapi tak mampu memberikan solusi tuntas untuk warganya. Dengan peralatan dan teknologi yang mumpuni, air laut bisa diolah hingga menjadi air yang bersih dan layak minum, sehingga tak ada lagi warga yang kesulitan dengan air bersih.

Air merupakan kebutuhan dasar kehidupan. Tak hanya manusia yang membutuhkan air tapi hewan dan tumbuhan juga membutuhkan air. Kekeringan juga dapat mengancam ketahanan pangan, karena dapat menunda masa tanam hingga musim penghujan tiba. Jika ini terjadi tentu bukan hanya terjadi kekurangan air bersih pada saat musim kemarau tapi juga akan terjadi krisis pangan. Krisis air bersih juga bisa berdampak pada kesehatan. Beberapa penyakit juga mengintai saat musim kemarau berpanjangan, seperti diare, muntaber, influenza, batuk/pilek, infeksi saluran pernapasan (ISPA), penyakit mata, dan lainnya.

Solusi Tuntas Dari Islam

Penerapan sistem kapitalisme neoliberal sudah sangat nyata menyebabkan berbagai krisis pada manusia dan alam. Semua kebijakan sistem kapitalisme berdasarkan asas manfaat bagi oligarki bukan berfokus pada solusi atas permasalahan umat. Oleh karena itu, krisis air bersih tak akan ada habisnya jika negara masih menerapkan konsep kapitalisme. Solusi tuntas dari semua permasalahan umat, tentu saja berasal dari Allah Swt. yakni syariat Islam.

Islam bukan hanya sebuah agama, tapi Islam juga merupakan ideologi yang memiliki konsep unggul dan paripurna dalam semua aspek kehidupan. Apalagi melihat kebijakan negara yang hanya merupakan solusi jangka pendek, bukan solusi tuntas dalam memberantas akar masalah. Sehingga permasalahan air bersih tak akan ada habisnya. Pikiran, dana dan waktu habis terbuang percuma hanya untuk mengurusi hal yang sama tiap tahunnya, tanpa adanya solusi cerdas dan jitu untuk memutus mata rantai sumber masalah yang sebenarnya.

Penyelesaian krisis air bersih hanya akan teratasi dengan konsep Islam yang tampak dalam penerapan kebijakan politik dan ekonominya. Negara bertanggungjawab penuh dalam mengurus semua kebutuhan umat. Sebagaimana dalam sabda Rasulullah,

“Imam/Khalifah itu laksana pengembala dan hanya ialah yang bertanggungjawab terhadap gembalaannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam hadis ini sangat jelas mengatakan jika semua kebutuhan dasar rakyat dan mencarikan solusi tuntas adalah tanggungjawab dari Khalifah.

Tanggungjawab yang dibebankan kepada Khalifah ini niscaya akan membuatnya berusaha semampunya dengan mengerahkan semua sarana dan prasarana terbaik, juga mendatangkan ahli di bidangnya untuk mengatasi semua kesulitan air yang menimpa rakyatnya. Tak hanya berhenti di situ Khalifah juga akan membiayai riset jika itu memang itu diperlukan dan mengembangkan teknologi agar masalah rakyat dapat di atasi hingga tuntas. Tak ada campur tangan dari pihak lain, terutama swasta, proyek ini dijalankan langsung oleh Khalifah sebagai bentuk tanggungjawabnya kepada rakyat dan Allah Swt.

Negara Islam melalui pemerintahannya, juga akan melindungi alam dari ancaman kerusakan yang disebabkan oleh manusia. Hal ini sejalan dengan QS. Al-Ahzab, ayat 72, yang berbunyi,

“Manusia harus selalu menjaga dan melestarikan lingkungan agar tidak rusak dan tercemar, sebab apa yang Allah berikan kepada manusia semata-mata merupakan suatu amanah untuk mengelolanya.”

Dengan berlandaskan ayat tersebut, kerusakan alam dapat dicegah sehingga bencana alam dapat diminimalisir.

Penerapan ekonomi Islam secara Kaffah dalam pengelolaan harta negara akan mensejahterakan rakyatnya. Di mana kekayaan alam seperti air, energi, hutan, laut, tambang dan sebagainya dikuasai oleh negara, dikelolah oleh negara tanpa campur tangan pihak lain, dan dipergunakan sebaik-baiknya untuk kemakmuran rakyat. Karena negara sejatinya hadir untuk melayani rakyatnya bukan untuk berbisnis dengan rakyatnya.

Wallahu’alam bishshawwab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *