Menyelamatkan Bumi Ribath, dengan Seruan Jihad

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Menyelamatkan Bumi Ribath, dengan Seruan Jihad

Oleh Bunda Emma

Kontributor Suara Inqilabi

 

Al Aqsa kembali membara. Otoritas Palestina mengumumkan serangan terhadap Israel dengan tajuk ‘Badai Al Aqsa’. Kepala Biro Politik dan Hubungan Internasional Hamas Basim Naim menyatakan bahwa serangan 7 Oktober 2023 yang mereka lakukan adalah sebagai upaya perlawanan atas 75 tahun penjajahan Israel terhadap Palestina, sekaligus ingin menghancurkan tembok yang mengisolasi Gaza dari dunia luar. Ia juga menegaskan bahwa hal itu merupakan bentuk pembelaan terhadap Masjidilaqsa yang selama ini dikotori oleh perilaku Zionis Israel.

Konflik Palestina-Israel menajdi konflik berkepanjangan, dikarenakan pandangan sempit dunia yang hanya memandang konflik tersebut sebagai konflik dia negara. Tak khayal jika akhirnya, penguasa negeri-negri muslim memilih bungkam atau sekedar mengecam, jika tidak justru ikut memberi solusi sebagaimana arahan Barat menyelesaikan konflik Palestina-Israel yang justru jauh dari menyelesaikan masalah.

Berbagai solusi yang ditawarkan barat selama ini nyata tidak dapat menghentikan konflik Palestina-Israel. Kementerian Kesehatan Palestina menyampaikan laporan bahwa jumlah korban warga Palestina akibat serangan Israel. Setidaknya 3.859 warga Palestina telah tewas dan 13.300 lainnya luka-luka dalam serangan ini (detik.com, 20/10/2023).

Selama lebih dari satu pekan setelah perang, dilaporkan ada ratusan anak tewas dan ribuan lainnya terluka. Dikutip dari Al Jazeera, satu anak terbunuh setiap 15 menit dalam serangan bom Israel di Gaza. Kondisi anak-anak dan keluarga di Gaza kehabisan makanan, air, listrik, obat-obatan. Hal itu dikarenakan terputusnya semua jalur pasokan. Bahkan terputus juga akses aman ke rumah sakit, setelah berhari-hari terjadi permusuhan.

Palestina, Milik Umat Islam Sedunia

Kondisi Palestina semestinya mampu membuka mata hati umat Islam sedunia. Bahwa Palestina adalah bagian dari Umat Islam. Ada tiga hal yang menjadikan Israel layak disebut penjajah dan Palestina adalah milik kaum muslim.

Pertama, Palestina adalah tanah kharajiyah yang ditakhlukkan kaum muslim dengan jiwa dan darah mereka. Syam–termasuk Palestina–pertama kali dibebaskan pada masa Khalifah Umar bin Khaththab. Pada 637, dikomandoi Khalid bin Walid, pasukan jihad kaum muslim membebaskan Palestina dan menjadikannya bagian dari wilayah Daulah Khilafah dengan pusat pemerintahannya kala itu berada di Madinah. Jadi, secara mutlak, Palestina adalah tanah yang sepenuhnya milik kaum muslim.

Kedua, Israel itu ibarat numpang hidup. Setelah diberi tumpangan, mereka menjadi serakah dan ngelunjak dengan merebut tanah Palestina sebagai pemilik tanah. Dengan kata lain, Israel adalah parasit pengganggu bagi kaum muslim di Palestina. Terhadap mereka, sudah seharusnua Palestina mempertahankan hak tanah mereka yang ingin dirampas dengan cara berjihad melawan Israel.

Ketiga, Palestina adalah milik umat muslim di seluruh dunia, bukan hanya milik bangsa Palestina. Di sana, terdapat kiblat pertama kaum muslim, makam para sahabat dan syuhada, dan singgahan atau tempat tinggal para nabi. Oleh karena itu, Palestina dikenal sebagai bumi para nabi. Sebaliknya, kaum muslim tak pantas meminta pertolongan negara Barat dan sekutunya, apalagi PBB. Umat Islam harus menyadari bahwa adanya negara Zionis di atas tanah Palestina tersebab adalah hasil resolusi PBB. Mereka memaksa Palestina membagi wilayahnya dengan Israel. Jadi, meminta bantuan kepada PBB ibarat bunuh diri politik.

Solusi Khilafah dan Jihad untuk Palestina

Palestina hari ini adalah bumi Ribath. Makna Ribath (perbatasan) di jalan Allah, sebagai aktivitas tinggal berjaga-jaga ditapal batas (tsaghr) untuk menguatkan agama dan melinsungi kejahatan orang-orang kafir. Sebagaimana menyitat perkataan Taqiyuddin An-Nabjaniy dalam kitabnya Asy-Syakhsiyyah Al-Islamiyyah, Juz 2: Beirut, Darul Ummah, 2003, halamann 173.

Maka, mengupayakan penyelamatan Palestina atas musuh Islam adalah sebuah kewajiban dan kemulian bagi para pelakunya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAWSAW;

رِبَاطُ يَوۡمٍ فِي سَبِيلِ اللهِ خَيۡرٌ مِنَ الدُّنۡيَا وَمَا عَلَيۡهَا – رواه البخاري

“Ribath satu hari di jalan Allah lebih baik daripada dunia dan apa pun yang ada di atasnya. Shahih Al-Bukhari: 2892,”

Hanya saja, Israel tidak sendirian. Amerika, sebagaimana yang disampaikan Biden untuk meyakinkan Netanyahu, mengatakan: “Anda tidak sendirian, kami bersama Anda dan di belakang Anda”. Dia menegaskan bahwa (Israel) tidak sendirian, dan bahwa negaranya terus mendukungnya. Dia menambahkan: “Kami berdiri bersama Anda dalam membela kebebasan (Israel) hari ini, besok dan selamanya” (Dubai al-Arabiya.net, 18/10/2023).

Isronisnya, meski dengan semua itu, para penguasa di negara-negara kaum Muslim menyeru dengan hangat agar Amerika membantu mereka agar dibuka perlintasan Rafah bagi mereka, untuk menyediakan obat-obatan dan makanan bagi korban di Gaza.

Inilah yang disampaikan oleh mereka secara terang-terangan. Mereka mengharapkan bantuan dari Biden padahal dia menyatakan dengan gamblang bahwa dia mendukung orang-orang Yahudi siang dan malam ketika mereka meledakkan rumah-rumah di atas kepala warganya, dan mengebom rumah-rumah sakit, membunuh ratusan pasien dan keluarga mereka, dan Rumah Sakit al-Ma’madânî mengungkapkan agresi mereka pada saat Biden membenarkan kejahatan-kejahatan dan semua tindakan tirani mereka!

Disisi lain, negeri-negeri muslim saat ini berbentuk nation state (negara bangsa) yang hanya berfokus pada urusan kepentingan bangsanya sendiri. Lalu bagaimana dengan bangsa Palestina? Mereka dibiarkan mengurusi urusannya sendiri dengan alasan beda negara. Akhinya negri-negri muslim sudah merasa cukup mengirim bantuan pangan saja.

Padahal Palestina tidak membutuhkan obat-obatan atau makanan, namun mereka membutuhkan umat Islam akan yang menolong mereka, menghancurkan musuh mereka, dan mengembalikan kemuliaan mereka. Mereka membutuhkan tentara Yordania, Ibnu al-Walid, dan Abu ‘Ubaidah, yang mengusir orang-orang Romawi dari negeri Syam. Mereka membutuhkan tentara Mesir dan Shalahuddin yang mengalahkan Tentara Salib. Juga Qutuz, dan Baibars, yang mengalahkan Mongol dan Tatar di ‘Ain Jalut. Mereka membutuhkan Abdul Hamid yang lantang menyampaikan bahwa Palestina tidak diperjualbelikan, melainkan adalah milik kaum Muslim. Mereka membutuhkan penguasa pemberani yang memerangi Yahudi, mewujudkan sabda Rasul saw,

«لَتُقَاتِلُنَّ الْيَهُودَ فَلَتَقْتُلُنَّهُمْ…»

“Sungguh kalian akan memerangi orang-orang Yahudi, dan kalian akan membunuh mereka…” (HR Muslim dari Ibnu Umar).

Sehingga Palestina kembali mulia dan kuat seperti dahulu sebagai Dar Islam yang diberkahi di sisi Allah, Rasul-Nya, dan kaum Mukmin.

Harapan Palestina hanya satu, yaitu kekuatan muslim global yang terlepas dari dominasi Amerika, yaitu Khilafah Islamiah. Hanya jihad dari khilafah yang akan membebaskan bumi Palestina dari penjajahan Israel.

Wallahu’alam bish-shawwab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *