Negara Harus Bertanggungjawab Atas Nasib Nakes

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Negara Harus Bertanggungjawab Atas Nasib Nakes

Oleh: Fath A. Damayanti. S.Si (Pemerhati Lingkungan dan Politik)

 

Sebanyak 249 tenaga Kesehatan (nakes) honorer tidak diperpanjang kontraknya di Tahun 2024 oleh Bupati Manggarai Herybertus Nabit, setelah melakukan unjuk rasa dengan tuntutan agar Pemerintah Kabupaten Manggarai memperpanjang kontrak, kenaikan upah dan penambahan penghasilan. Kebijakan tersebut menjadi sorotan dan perhatian dari DPRD Kabupaten Manggarai. Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi, menyampaikan bahwa Kemenkes akan melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat perihal kasus tersebut.

Para nakes tersebut kemudian mengadukan nasibnya kepada DPRD Kabupaten Manggarai agar bisa memperjuangkan haknya. Selain itu juga ditemukan bahwa ternyata para nakes tersebut belum digaji sejak bulan Januari tahun 2024. Ketua Dewan Pengurus Nasional Forum Komunikasi Nakes dan Non-Nakes Indonesia, (DPN FKHN) Indonesia, Sepri Latifan, menyampaikan bahwa berdasarkan informasi yang diterima, gaji para nakes tersebut berkisar Rp400.000 sampai Rp600.000 setiap bulan.

Menanggapi persoalan ini, anggota Komisi IX DPR RI Edy Wuryanto pun menyebut hal ini merupakan masalah struktural yang harus diatasi pusat maupun daerah. Disampaikan juga bahwa ini adalah kemunduran bagi negara demokrasi, dimana yang mengemukakan pendapat dan memperjuangkan haknya tetapi justru mengalami intimidasi. Ia juga menyampaikan kekhawatiran dengan adanya kasus ini akan berdampak pada pelayanan kesehatan untuk masyarakat setempat

Menjadi tenaga kesehatan dalam sistem saat ini tak mudah dan butuh biaya yang tak sedikit, biaya pendidikannya cukup mahal. Ketika lulus pun tidak mudah untuk mendapatkan pekerjaan. Belum lagi untuk menjalankan profesinya harus ada Surat Tanda Registrasi (STR) yang diperbaharui dengan jangka waktu tertentu dengan biaya yang tak sedikit.

Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan dan kesejahteraana nakes tidak terjamin. Kurangnya anggaran selalau menjadi permasalahan klasik dalam sistem kapitalis liberal, tak hanya nakes bahkan honorer lain pun juga terdampak hal yang sama. Kebijakan yang dibuat nyatanya tak mampu mensejahterakan pekerja dalam bidang apapun, administrasi yang berbelit-belit juga menyulitkan. Selain itu, kasus ini juga menunjukkan pemimpin yang tidak peduli dengan kehidupan sulit warganya.

Lantas bagaimana dalam Islam? Tentu sangat berbeda, karena dalam islam kesehatan menjadi salah satu kewajiban negara yang harus dipenuhi sehingga kesejahteraan para nakes pun menjadi perhatian dari negara. Negara wajib menyediakan sarana kesehatan yang memadai bagi rakyatnya, dengan fasilitas terbaik dan gratis tanpa ada perbedaan untuk semua warganya.

Seorang Pemimpin dalam Islam mempunyai tanggung jawab utama yang memberikan perlindungan untuk para nakes, bahkan dianggap sebagai profesi yang mulia sehingga diperlakuakn dengan sangat baik dan dijamin kesejahteraannya.

Rasulullah Saw pernah bersabda: “Sesungguhnya seorang imam itu [laksana] perisai. Dia akan dijadikan perisai, dimana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan adil, maka dengannya, dia akan mendapatkan pahala. Tetapi, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa/adzab karenanya.” [HR. Bukhari dan Muslim]

Negara wajib menjamin kesejahteraan para nakes dengan dana dari Baitul mal dan semua pembiayaan layanan publik berupa kesehatan ditanggung oleh baitul maal, upah yang diberikan kepada nakes juga tinggi, pendidikan dan penelitian akan diakomodir oleh negara sehingga tidak lagi bingung dengan biaya karena sudah menjadi tanggungan negara.

Salah satu catatan emas sejarah adalah rumah sakit Qalawun di Kairo yang didirikan oleh Khalifah al-Mansur pada tahun 1248 M. Rumah Sakit Qalawun ini memiliki kapasitas 8000 tempat tidur, dilengkapi dengan Mesjid untuk pasien Muslim dan Chapel untuk pasien Kristen. Rumah Sakit ini juga dilengkapi dengan musik terapi untuk pasien penderita gangguan jiwa. Setiap harinya mampu melayani 4000 pasien. Pelayanan diberikan tanpa membedakan ras, warna kulit dan agama pasien; tanpa batas waktu sampai pasien sembuh. Selain memperoleh perawatan, obat dan makanan gratis yang berkualitas para pasien juga diberi pakaian dan uang saku yang cukup selama perawatan. Pelayanan kesehatan seperti ini berlangsung selama 7 abad. Semua Rumah Sakit di dunia Islam dilengkapi dengan tes-tes kompetensi bagi para dokter dan perawat, aturan kemurnian obat, kebersihan dan kesegaran udara, begitupun dengan pemisahan pasien penyakit-penyakit tertentu (https://www.voa-islam.com/read/citizens-jurnalism/2023/11/25/83766/pelayanan-dan-jaminan-kesehatan-dalam-islam/).

Sungguh islam benar-benar akan memberikan kesejahteraan tidak hanya untuk tenaga kesehatan tetapi untuk semua warga negara.

Wallahua’lam bishawab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *