Generasi Inovatif dan Unggul Tak Dibentuk dari Seremonial Lomba

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Generasi Inovatif dan Unggul Tak Dibentuk dari Seremonial Lomba

Oleh Sumarni

Pegiat Literasi

 

Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo Kendari baru saja selesai menggelar agenda rutinitas tahunan bertajuk “Biology Season 11”. Agenda yang dihelat se-Indonesia pada tanggal 17-22 Juli 2023 itu diharapkan dapat membentuk generasi Biologi yang Inovatif, Berprestasi, dan Unggul (kendaripos.Fajar.co.Id, 20/07/23)

Penyelenggaraan berbagai event di kampus memang bukan hal baru. Biasanya event tersebut diselenggarakan oleh berbagai program studi yang ada di kampus. Event tersebut menjadi ajang untuk menggembleng inovasi dan kreativitas pelajar. Sejauh ini, fakta terkait Himpunan Mahasiswa Jurusan dari berbagai fakultas maupun kampus di Sultra sebenarnya telah banyak menjalankan program kerja unggul. Di antaranya memuat item lomba seperti debat, sekresi, publikasi ilmiah, fotografi, cerdas cermat, desain media, dan sebagainya. Semuanya diselenggarakan dengan tujuan untuk mengarahkan dan membentuk generasi yang berkualitas.

Hal itu sejalan dengan visi pendidikan Indonesia 2035. Membangun rakyat Indonesia untuk menjadi pembelajar seumur hidup yang unggul, terus berkembang, sejahtera, dan berakhlak mulia dengan menumbuhkan nilai-nilai budaya Indonesia dan Pancasila. Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir menyoroti visi tersebut. Dia tidak menemukan frasa ‘agama’ dari draft rumusan paling akhir. Sedangkan menurut Dedeh Wahida, Muslimah Pemerhati Umat mengatakan bahwa generasi inovatif dan unggul adalah generasi yang menghiasi dirinya dengan kepribadian Islam. Generasi yang mampu menjadi sumber kebaikan bagi umat.

Namun, program unggulan yang diselenggarakan kampus saat ini hanya sebatas kegiatan yang berkesinambungan setiap tahunnya. Mampu meningkatkan kualitas maupun kuantitas jumlah lomba ataupun jumlah tim, tetapi tidak sampai pada tujuan yang sebenarnya. Bahkan, akan terkesan sulit mendapatkan output generasi unggul. Sebab, di sistem hari ini sekularisme banyak menghilangkan eksistensi agama. Alhasil, generasi makin jauh dari ajaran agamanya.

Selain itu, hilangnya frasa ‘agama’ menjadikan pelajar hanya sebatas memenuhi permintaan pasar dalam menyelesaikan pendidikannya. Sehingga, tak heran output pendidikan hanya diukur dari diterimanya mereka pada dunia kerja/industri semata. Tanpa memandang lagi apakah hasil pendidikan yang diperoleh terinstal nilai-nilai akhlak dan spiritual maupun kepribadian Islam. Perkara tersebut tidak lagi menjadi hal penting dan utama bagi institusi pendidikan.

Adapun seremonial pengadaan lomba dan sejenisnya, tentu tak cukup hanya diisi dengan kegiatan yang bernuansa permainan dan kompetisi semata. Sebab, apalah artinya membentuk generasi inovatif, unggul, dan berprestasi, jika generasi yang terbentuk adalah generasi yang hanya membebek pada pemenuhan orientasi pasar industri. Sebaliknya, terbentuk generasi yang miskin akhlak minus adab. Selain itu, lahir banyak generasi yang memiliki tatanan moral rusak, gampang frustasi, mental illiness dan sekelumit persoalan yang mendera generasi.

Berbeda halnya dengan sistem Islam yang pernah diterapkan pada masa silam. Lahirnya generasi inovatif dan unggul adalah suatu keniscayaan. Sejarah membuktikan pada masa itu banyak dijumpai tokoh-tokoh cendekiawan muslim yang sangat berpengaruh di bidangnya. Memberikan kontribusi nyata untuk umat serta membawa rasa bangga mengisi peradaban Islam yang mulia.

Menariknya, pada salah satu buku ‘Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia’ kita akan banyak tercengang oleh fakta bahwa intelektual muslim pernah unggul dari bangsa Eropa. Tercatat belum pernah diketahui ada umat yang mempunyai nilai seperti yang dibawa oleh Islam. Alhasil, generasi yang terbentuk dalam peradaban Islam adalah generasi yang bukan saja cerdas, inovatif, dan berprestasi, melainkan dilandasi jiwa dan kepribadian Islam. Selain itu, memiliki adab yang luhur, etika yang baik, serta ketinggian nilai spiritual. Sehingga, menghasilkan karya yang bernilai manfaat dunia akhirat.

Demikianlah, sejatinya yang dapat membentuk generasi cerdas, inovatif, kreatif, dan berprestasi. Yakni lahirnya generasi yang terinstal kepribadian Islam yang nampak dalam segala amal perbuatan mereka. Bukan sekadar pemberdayaan melalui lomba yang jauh dari nilai agama.

Wallahua’lam bishshawab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *