Dekadensi Moral Generasi Hari Ini

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Dekadensi Moral Generasi Hari Ini

Widya Amidyas Senja 

Pendidik Generasi

 

Anonim – “Masih ada sebagian yang mengira bahwa kebahagiaan terletak pada pencapaian harta dan materi. Padahal nilai sukses menurut Islam diukur pada kemampuan menjaga fitrah, lahir suci, dan kembali suci.”

Agaknya nilai kesusksesan hari ini mulai bergeser, di mana menjaga fitrah, lahir suci dan kembali suci menurut pandangan keyakinannya bukan lagi menjadi hal yang utama. Pasalnya, faham kapitalisme, sekulerisme dan liberalisme telah merasuki setiap pemikiran individu bahkan segala legal telah diadopsi di dalam sistem bernegara. Sehingga segala hal yang menodai kesucian aturan agama dalam kehidupan menjadi lumrah terjadi.

Tanpa terkecuali yang terjadi pada muda-mudi dan pergaulannya. Mereka berlindung di balik kata cinta dan kasih sayang menjadikan batasan-batasan dalam aturan menjadi bias, bahkan hancur. Ini menunjukkan dekadensi moral generasi hari ini semakin parah.

Seperti yang dialami pada seorang wanita yang diduga melakukan aborsi di jembatan Suramadu, Surabaya. Akibat dari hubungan intim dengan pasangannya, yang bukan merupakan pasangan suami-istri, AHS (yang sebelumnya disebut AM) mengaku dianiaya tiga laki-laki yang salah satunya adalah pacarnya, sementara dua orang lainnya adalah saudara dari pacar AHS. Naas, bermaksud untuk menyelesaikan “masalah”, AHS lantas dianiaya oleh tiga orang laki-laki tersebut. AHS sampai mengalami kejang-kejang setelah dianiaya.

Kasus lain terungkap ditemukannya tempat praktik aborsi ilegal di Ciracas, Jakarta Timur. Dalam penggeledahan, aparat kepolisian menemukan sedikitnya ada tujuh kerangka janin di dalam tangki septic tank. Modus pelaku menyewa rumah berlantai dua tersebut adalah mendirikan usaha klinik dan salon kecantikan. Dikutip dalam laman berita TribunJatim.com “Melapor ke RT untuk meminta izin membuka praktik klinik dan salon kecantikan serta kantor advokat. Ternyata dijadikan tempat aborsi,” kata Artam di Jakarta Timur.

Dua kejadian di atas menandakan bahwa sistem pergaulan saat ini telah menujukkan dekadensi moral yang menafikkan kesucian diri, menjunjung tinggi nilai-nilai kebebasan dan memisahkan kehidupan dari aturan agama. Maraknya aborsi menjadi tanda rusaknya masyarakat, rusaknya sistem pendidikan, sistem informasi, serta sistem sanksi.

Kerusakan moral seperti di atas, bukan hanya menjadi tanggung jawab keluarganya di rumah, lingkungan masyarakatnya, tetapi lebih besar lagi, negara lah yang memiliki tanggung jawab penuh dalam managani dan menyelesaikan persoalan ini. Karena tindakan aborsi merupakan perbuatan yang diharamkan oleh Islam. Islam tidak memfasilitasi adanya layanan aborsi aman. Selain itu, Islam tidak mengakui adanya hak reproduksi sebagaimana terminology Barat, seperti yang terjadi saat ini di sebagian besar masyarakat Indonesia, di mana terhembus kencang bahwa aborsi aman disuarakan untuk mencegah kematian ibu dan berbagai resiko lainnya, serta memberikan hak reproduksi bagi perempuan sesuai dengan yang dikampanyekan dunia.

Berbagai kerusakan moral ini sejatinya hanya dapat teratasi hanya dengan cara menerapkan aturan Islam. Maka, penerapan sistem pemerintahan pun wajib menerapkan hukum dan aturan Islam, sebagaimana terjadi pada masa kejayaan Islam yang menerapkan sistem pemerintahan Islam. Seluruh aturan kehidupan dalam pergaulan, bermasyarakat, berpolitik, berekonomi, dan lain-lain secara sempurna diatur dalam sistem Daulah Islamiyah.

Berdasarkan Al-Quran dan hadis, kaum muslim diperintahkan untuk menaati pemimpin dengan syarat pemimpin tersebut menaati Tuhan dan Rasulullah saw., serta menghindari dosa dan pelanggaran. Perbuatan yang merusak moral, wajib diselesaikan dengan cara bijak. Tentunya oleh pemimpin yang taat. Sebagaimana termaktub dalam Al-Quran :

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَدٰوةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهٗ وَلَا تَعْدُ عَيْنٰكَ عَنْهُمْۚ تُرِيْدُ زِيْنَةَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۚ وَلَا تُطِعْ مَنْ اَغْفَلْنَا قَلْبَهٗ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوٰىهُ وَكَانَ اَمْرُهٗ فُرُطًا

“Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia; dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas.” (QS. Al-Kahfi : 28)

Demikian telah dijelaskan bahwa seorang pemimpin yang salih adalah pemimpin yang taat terhadap segala aturan Allah Swt, menentang segala perbuatan dosa. Sehingga tidak akan pernah membiarkan adanya dekadensi moral yang terjadi pada generasinya.

Wallaahua’lam bissawab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *