“Valentine Day” Kasih Sayang palsu!

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Widhy Lutfiah Marha (Pendidik Generasi dan Member Akademi Menulis Kreatif)

Sebungkus coklat, setangkai bunga mawar, kartu ucapan bertuliskan “I Love You” dan kata-kata romantis, dan kado-kado unik lainnya yang rata-rata berbentuk hati, akan sangat mudah kita jumpai di bulan kedua setiap tahunnya tepatnya tanggal 14 Februari.

Nuansa pink mewarnai dimana-mana, baik itu di mall, kampus, toko-toko, dan restauran masyarakat pada umumnya dan para remaja pada khususnya menyebut hari tersebut sebagai ‘hari kasih sayang’ atau istilah impornya adalah ‘Valentine Day’

Pertanyaannya bolehkah kita, selaku umat Islam ikut merayakan hari tersebut?

Sebelumnya, kita harus mengetahui sejarah hari Valentine, karena sesungguhnya merupakan hal yang ironis(menyedihkan/tidak sepatutnya terjadi) apabila telinga kita mendengar bahkan sebagian kita sendiri ‘terjun’ dalam perayaan Valentine tersebut tanpa mengetahui sejarah Valentine itu sendiri. Padahal, Allah sudah menegaskan dalam firmannya sebagai berikut bahwa:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

“ Dan janganlah kamu megikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya.” (Q.S Al-Isra : 36)

Berdasarkan salah satu versi, pada tanggal 14 Februari 270 M, St. Valentine dibunuh karena pertentangannya dengan penguasa Romawi pada waktu itu yaitu Raja Claudius II (268 – 270 M). Untuk mengagungkan dia (St. Valentine), yang dianggap sebagai simbol ketabahan, keberanian dan kepasrahan dalam menghadapi cobaan hidup, maka para pengikutnya memperingati kematian St. Valentine sebagai ‘upacara keagamaan’.Tetapi sejak abad 16 M, ‘upacara keagamaan’ tersebut mulai berangsur-angsur hilang dan berubah menjadi ‘perayaan bukan keagamaan’. Hari Valentine kemudian dihubungkan dengan pesta jamuan kasih sayang bangsa Romawi kuno yang disebut “Supercalis” yang jatuh pada tanggal 15 Februari. Setelah orang-orang Romawi masuk agama Nasrani(Kristiani), pesta ‘supercalis’ kemudian dikaitkan dengan upacara kematian St. Valentine. Penerimaan upacara kematian St. Valentine sebagai ‘hari kasih sayang’ juga dikaitkan dengan kepercayaan orang Eropa bahwa waktu ‘kasih sayang’ itu mulai bersemi ‘bagai burung jantan dan betina’ pada tanggal 14 Februari.

Masih banyak lagi versi lainnya, pada intinya semuanya mengidentifikasikan bukan berasal dari Islam. Di tambah, hal ini terlihat sebagai usaha merusak ‘akidah’ muslim dan muslimah secara lembut sekaligus memperkenalkan gaya hidup Barat dengan kedok percintaan, perjodohan dan kasih sayang.

Dengan berkembangnya zaman, seorang ‘martir’ bernama St. Valentino mungkin akan terus bergeser jauh pengertiannya(jauh dari arti yang sebenarnya). Manusia pada zaman sekarang tidak lagi mengetahui dengan jelas asal usul hari Valentine. Orang mengenal Valentine lewat (melalui) greeting card, pesta persaudaraan, tukar kado(bertukar-tukar memberi hadiah) dan sebagainya tanpa ingin mengetahui latar belakang sejarahnya lebih dari 1700 tahun yang lalu. Sehingga mereka terjerumus ke dalam perayaan dan ritual yang bernilai kufur dan syirik.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda yang menerangkan tentang bahaya ikut-ikutan kepada budaya kafir,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Dawud dan dishahihkan Ibnu Hibban)

Di sisi lain, kita sebagai umat Islam yang sudah sejak awal bersyahadat, tahu bahwa itu berkonsekuensi harus menjalankan segala sya’riatnya baik itu di Al-Qur’an maupun as-Sunnah. Apalagi jika terdapat di kedua-keduanya.

Sementara dari hari Valentine yang kita temui adalah simbol-simbol syirik dan maksiat yang hanya akan membawa pelakunya masuk neraka. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Dalam hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, (maaf) kissing bahkan berzina di luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh.

Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang. Ini jelas sesat dan menyesatkan. Bahkan tidak sedikit para orang tua yang merelakan dan memaklumi putera-puteri mereka melakukan hal tersebut dengan lawan jenis mereka, hanya semata-mata karena beranggapan bahwa hari Valentine itu adalah hari khusus untuk mengungkapkan kasih sayang. Padahal kasih sayang yang dimaksud adalah zina yang diharamkan.

Allah SWT berfirman : “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’ : 32)

Kasih Sayang Islam yang Sejati

“Kalian (umat Islam) adalah umat yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran, dan beriman kepada Allah.” (Q.S. 3 : 110).

“Sesungguhnya kasih sayang itu cabang (penghubung) kepada Allah SWT. Barang siapa yang menyambungnya,maka Allah akan menyambung (kasih sayang-Nya) dengannya. Dan barang siapa yang memutuskannya, maka Allah akan memutus (kasih sayang-Nya) dengannya.” (HR. Bukhori)

Islam adalah agama yang terbaik dunia akhirat. Lebih dari itu, Islam adalah sistem nilai sekaligus sistem hidup yang menjadikan seseorang selamat dan memperoleh kebahagiaan dunia akhirat. Bagi sebagian orang, Islam adalah pembebas, Islam adalah penyelamat. Namun, melalui cara terang-terangan atau dengan cara diam-diam, upaya paling efektif dan tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk menghancurkan Islam salah satunya adalah dengan mengaburkan ajaran Islam.

Samuel Zwemer dalam konferensi Al Quds untuk para pastur pada tahun 1935 mengatakan: “Sebenarnya tugas kalian bukan mengeluarkan orang-orang Islam dari agamanya menjadi pemeluk agama kalian. Akan tetapi menjauhkan mereka dari agamanya (Al-Qur’an dan Sunnah)”. Salah satu moment yang sering digunakan untuk menjauhkan umat Islam dari agamanya adalah Valentine day.

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah : “Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)”. Dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”. (QS. Al-Baqarah : 120).

Dalam Islam tidak akan pernah ada yang namanya hari valentine atau hari kasih sayang. Kasih sayang tidak hanya ditunjukkan pada hari khusus apalagi hari tersebut datangnya dari musuh besar kita. Kasih sayang dalam Islam dapat ditunjukkan dengan saling memberi salam, saling memberi hadiah, saling mengunjungi, saling menguatkan dan menasehati, melupakan semua kesahannya bahkan senantiasa bertekad untuk menjadi manusia yang bermanfaat bisa dikategorikan sebagai bukti kasih sayang yang sebenarnya. Bukan malah melegalkan sesuatu yang jelas-jelas haram dalam hukum Islam (dalam hal ini yaitu zina).

Hakikat kasih sayang terbesar yang sudah seharusnya kita miliki dalam hati adalah :

* Mencintai dan menyayangi Allah SWT dengan cara memenuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala bentuk yang dilarang-Nya.

* Mencintai dan menyayangi Rasulullah SAW yang pada akhir hayatnya pun menunjukkan bukti kasih sayang terbesarnya dimana beliau menyebut “ummati…ummati…ummati…”

* Mencintai dan menyayangi ibu dan ayah kita yang hingga detik ini tidak pernah lepas untuk mendoakan kebahagiaan bagi putra-putrinya.

Semoga Allah senantiasa menjadikan hidup kita penuh dengan kecintaan dan kasih sayang yang tulus, yang menjadi jembatan untuk masuk ke dalam surga yang hamparannya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Semoga Allah menjadikan kita termasuk dalam golongan orang-orang yang saling mencintai karena Allah dan membenci karena Allah ‘azza wa jalla. Untuk apa menyibukkan diri dengan tradisi luar yang sudah terbukti punya niat buruk menghancurkan kaum muslimin. Jika tertipu dengan istilah trend masa kini, gaulnya anak muda justru kebablasan merusak akhlak dan akidah yang begitu mahal harganya. Menjauhi sikap ikut-ikutan dalam prinsip hidup. Mensyukuri nikmat Islam dan Iman yang ada pada diri kita karena disanalah letak kasih sayang itu berada. Hidup dalam bingkai kasih sayang Allah. Nikmat mencintai segala sesuatunya hanya karena Allah SWT dunia wal akhirat. Mulai detik ini, mari kita bulatkan tekad dan komitmen dalam hati “say no and never to valentine, forever”.

Wallahu a’lam bishshawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *