Ulama Garda Terdepan Menentang Kezaliman

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh  : Agung Andayani

 

Pada zaman ini kita dengan gamblang diperlihatkan sosok ulama yang mencintai kehidupan akhirat. Dan sosok ulama yang mencintai dunia dan jabatan. Sejatinya ulama adalah penerus para Nabi. Yang memegang kunci estafet mensyiarkan syariat yang diemban Nabi Muhammad saw.

Ulama akhirat tak pernah takut pada manusia. Beliau lantang menyuarakan amal ma’ruf nahi mungkar. Siapapun yang melakukan kedzaliman, ulama akhirat lantang mengkritisi dan meluruskannya. Suatu tantangan bagi ulama yang hidup ditengah lingkaran sistem sekuler. Karena tanpa malu lagi kedzaliman dipertontonkan secara terang benderang.

Kemarin tanggal 26 November 2020 Majelis Ulama Indonesia (MUI) periode kepengurusan 2020-2025 resmi diumumkan. Dari susunan kepengurusan banyak wajah baru muncul dan wajah-wajah lama yang kritis menghilang. Pengamat politik Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin menilai dominasi dan kekuatan Ma’ruf Amin di MUI sangat kentara. Membuka dugaan kuat campur tangan pemerintah di payung besar para ulama tersebut.”Bisa dikatakan ada semacam campur tangan karena Ma’ruf Amin kan wapres. Tentu pemerintah ingin majelis ulama dalam kendali. Sehingga kekritisannya akan hilang dan bisa dikendalikan,”CNNIndonesia.com, Jumat (27/11).

Hal ini merupakan bukti bahwa sistem sekuler makin kuat dan medominan mewarnai pengambilan kebijakan di negeri ini. Tidak bisa dipungkiri bahwa mayoritas negeri yang berpenduduk muslim tunduk pada sistem sekuler. Suatu sistem dimana agama dipisahkan dari kehidupan. Agama dianggap hanya ada di tempat ibadah saja. Sedang dalam masyarakat maupun bernegara agama disingkirkan. Maka kita saksikan hukum yang diterapkannya berdasarkan akal manusia. Dan hukum Alloh SWT disingkirkan. Siapapun yang berani lantang mengkritik mengoreksi maka akan disingkirkan. Tidak hanya ditujukan kepada para ulama saja. Para tokoh dan rakyat yang kritispun tak luput dibungkam suaranya.

Dengan kondisi sekarang ulama sebagai garda terdepan amal ma’ruf nahi mungkar tak boleh gentar. Justru harus ada kesadaran bahwa Majelis Ulama wajib mencontohkan sikap menentang kezaliman dan muhasabah lil hukkam (makna politik dalam Islam). Selain itu ulama juga harus mewaspadai arus moderasi yang memanfaatkan posisinya untuk menyesatkan umat.

Opini Islam moderat digaungkan tidak lain untuk memperkencang laju sistem sekuler agar tak ada hambatan. Sekilas pandang Islam moderat merupakan gagasan yang seolah-olah positif.  Setelah ditelusuri sengaja dikampanye Islam moderat untuk menciptakan Islam radikal yang bertujuan tak lain untuk menjajah negeri-negeri Islam, terutama negeri-negeri yang kental perjuangan dakwah ideologisnya.

Maka  kewajiban amal ma’ruf nahi mungkar dan muhasabah lil hukkam (makna politik dalam Islam) tidak diperuntukan kepada ulama saja. Umat muslim pun wajib melaksanakannya.  Sedangkan  untuk menghentikan kerusakan akibat sistem rusak sistem sekuler sistem buatan manusia, tak bisa diserahkan pada umat (ormas) maupun ulama. Akan tetapi harus ada sistem tandingannya yaitu sistem Islam yang hanya bisa dijalankan sempurna oleh negara ( khilafah islam).

Wallahua’lam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *