Makan Siang Gratis sebagai Program Prioritas, Mampukah Mencetak SDM Berkualitas?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Makan Siang Gratis sebagai Program Prioritas, Mampukah Mencetak SDM Berkualitas?

Anggi

Kontributor Suara Inqilabi

 

Pasangan capres-cawapres nomor urut 2 Prabowo-Gibran dalam kampanyenya sering kali menyebutkan program prioritas mereka yang salah satunya ialah makan siang gratis dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas gizi generasi bangsa. Ditengah banyaknya pihak yang pesimis terhadap program ini, Prabowo mulai melakukan analisis implementasi kebijakan makan siang gratis di negara negara lain seperti China, India dan Amerika melalui kunjungan nya ke negara negara tersebut (CNBCIndonesia.com/2024/04/05).

Sementara itu, Gibran mengaku telah mengirimkan tim Prabowo ke India untuk mempelajari program makan siang gratis, dengan harapan program serupa dapat diterapkan di Indonesia tanpa memberatkan APBN (detik.com/2024/04/02).

Berkaitan dengan inisiasi program ini, Airlangga Hartanto selaku ketua umum partai Golkar sekaligus Mentri koordinator bidang perekonomian menekankan pentingnya SDM yang unggul untuk membantu Indonesia keluar dari middle income trap, serta peran ibu dalam mendidik anak-anak yang kelak akan menjadi SDM yang unggul sehingga dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Program makan siang gratis juga dianggap sebagai salah satu upaya untuk mengembangkan SDM yang berkualita (kompas.com/2024/04/07).

Perlu dipahami bahwa rendahnya kualitas SDM dipengaruhi oleh banyak faktor, tidak hanya konsumsi makanan, tetapi juga kurikulum pendidikan yang berlaku, sistem ekonomi yang menopang negara, serta akses pendidikan yang masih terbatas bagi sebagian masyarakat. Penyediaan makan siang gratis tidak menjamin terpenuhinya akses pendidikan bagi seluruh warga negara. Karena dalam sistem kapitalisme, pendidikan dianggap sebagai barang mahal yang hanya dapat diakses oleh kalangan tertentu saja, meskipun negara berupaya untuk meningkatkan kualitas dan jenjang pendidikan. Adapun rendahnya kualitas SDM di Indonesia bukan satu satunya penyebab Indonesia terjebak dalam pendapatan menengah (middle income trap). Terdapat banyak faktor lain yang juga mempengaruhi, termasuk sistem ekonomi yang diterapkan.

Selain itu, kualitas SDM tidak hanya diukur dari kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental. Penerapan sistem kapitalisme yang mengedepankan sekularisme telah menjadikan anak-anak tidak memahami jati dirinya. Mereka terbentuk menjadi generasi liberal yang jauh dari pemahaman agama dan sangat mudah melakukan kemaksiatan. Ukuran kemuliaan hidup pun hanya digambarkan sebatas materi, tanpa memahami hakikat kehidupan sebagai hamba Allah. Kondisi mental yang lemah ketika dihadapkan pada persoalan hidup menyebabkan mereka tidak mampu menyelesaikannya dengan tuntas, bahkan cenderung mencari jalan pintas seperti bunuh diri. Sehingga Program makan siang gratis yang dicanangkan tidak memiliki kaitan secara langsung dengan permasalahan ini.

Banyaknya anak sekolah yang masih belum mampu mengakses kebutuhan pokok berupa pangan yang mencukupi dan bergizi merupakan bukti kegagalan pemerintah dalam menjamin kesejahteraan rakyatnya. Hari ini, banyak kepala keluarga yang menganggur karena sedikitnya lapangan pekerjaan dan rendahnya keterampilan yang mereka miliki yang menyebabkan mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga mereka.

Jadi, permasalahan utamanya bukan hanya sekedar tidak adanya program yang mampu memenuhi kebutuhan pangan bagi peserta didik, tetapi ini adalah masalah sistemik yang lebih luas. Akar permasalahannya adalah diterapkannya sistem kapitalisme dan sekularisme di negeri ini yang telah terbukti gagal menjamin kesejahteraan rakyat secara menyeluruh.

Sistem politik yang unggul hanya akan terwujud dalam Kh1l4f4h Islamiah, di mana negara menjamin kesejahteraan warganya, termasuk anak-anak sekolah, melalui sistem ekonomi Islam dan mekanisme saling tolong-menolong di masyarakat. Dalam Kh1l4f4h Islamiah, sistem ekonomi yang diterapkan adalah sistem ekonomi Islam yang memiliki konsep kepemilikan individu, umum, dan negara, yang semuanya ditujukan untuk kemakmuran rakyat.

Dengan sistem ekonomi Islam, Kh1l4f4h akan memudahkan seluruh rakyat dalam mengakses kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, dan papan yang layak. kebijakan pemimpin negara dalam menjaga ketahanan pangan dapat mendukung masyarakat untuk memahami ajaran Islam dengan lebih baik. Selain itu, sistem pendidikan Islam dengan pendanaan gratis dan kurikulum berkualitas berbasis akidah Islam akan membimbing seluruh umat untuk memiliki mental yang kuat dan memahami jati dirinya sebagai hamba Allah dengan benar.

Dengan penerapan sistem Islam Kh1l4f4h akan menjamin terwujudnya generasi yang berkualitas dan berkepribadian mulia. Profil generasi yang dihasilkan adalah generasi yang memahami jati dirinya sebagai hamba Allah dan mampu berpikir optimal dalam memahami Islam dan syariatnya.

Wallahu’alam bish-shawwab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *