SAATNYA MENGEMBALIKAN SPIRIT RESOLUSI JIHAD

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

SAATNYA MENGEMBALIKAN SPIRIT RESOLUSI JIHAD

Oleh Anna Franicasari

Aktivis dakwah

 

Di tengah berbagai problematika kebangsaan dan kenegaraan saat ini, masyarakat menghimbau agar santri dan ulama semakin meningkatkan kiprahnya di panggung kepemimpinan nasional. Menelisik ke masa lampau resolusi jihad diserukan untuk seluruh umat Islam. Minggu (22/10/2023) tepatnya di Surabaya dilaksanakan nya peringatan hari santri, dengan mengangkat tema “Jihad Santri, Jayakan Negeri”.

Pada 22 Oktober 1945, KH Hasyim Asy’ari, ulama sekaligus pahlawan nasional Indonesia mencetuskan fatwa resolusi jihad. Beliau menyampaikan bahwa melawan penjajah itu wajib. Melawan penjajah itu adalah fardu ain dan tewas, meninggal melawan musuh itu hukumnya mati syahid. Ini sebuah fatwa yang luar biasa sehingga kita semua saat itu termasuk para santri berjuang untuk kepentingan bangsa, berjuang untuk kepentingan negara, dan berjuang untuk kepentingan umat,” ucapnya. Resolusi jihad dicetuskan untuk mempertahankan kemerdekaan RI setelah Indonesia kembali diserang oleh sekutu.

Kata “jihad” dalam Islam bukanlah sebatas pertempuran fisik, melainkan perjuangan secara keseluruhan, yang mencakup perjuangan untuk menguatkan iman, memperdalam ilmu, dan memperbaiki diri,memerangi kebodohan, ketidakadilan, kemiskinan, dan semua bentuk ketidaksetaraan dengan membawa perubahan yang positif pada negri ini.

Sebagai santri,wajib memahami ajaran agama dan bertanggung jawab menjadikan nilai-nilai agama sebagai landasan dalam tindakan dan perilaku kita sehari-hari. Tujuan peringatan Hari Santri Nasional ini untuk memperingati peran santri dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia untuk mengenang jasa para kaum santri bagi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Diharapkan seluruh masyarakat Indonesia mampu mengingat, meneladani serta melanjutkan peran para ulama dan santri.

Adapun sejumlah karakter disematkan pada diri seorang santri, antara lain:

1.Teosentrik, yakni sebuah nilai yang didasarkan pada pandangan bahwa suatu kejadian berasal, berproses, dan kembali kepada kebenaran Allah SWT.

2.Sukarela, yakni yang tercermin dari kepasrahan seorang santri dalam belajar

3.Kearifan, yakni bersikap sabar, rendah hati, patuh pada ketentuan hukum agama, mampu mencapai tujuan tanpa merugikan orang lain, dan mendatangkan manfaat bagi kepentingan bersama. Termasuk juga dalam menghormati perbedaan dan keberagaman.

4.Kesederhanaan dan Kemandirian, ini juga karakter khas dari seorang santri yang tidak tinggi hati dan sombong.merupakan hasil penerapan kurikulum pendidikan yang sekuler sehingga menjauhkan Islam dari kehidupan. Al-Qur’an dan tsaqafah Islam dipelajari dan dihafalkan, tetapi tidak diamalkan secara keseluruhan.

Dengan menilik sejarah Resolusi Jihad, kita bisa menyaksikan bahwa spirit jihad telah menjadi bahan bakar yang mendorong para santri dan umat Islam untuk melawan penjajah. Saat itu para santri begitu gagah berani terjun ke medan perang melawan penjajah, meski berisiko hilangnya nyawa. Namun, kematian itu tidak mereka takuti karena merupakan kematian yang baik dan sangat dirindukan oleh setiap muslim, yaitu syahid di jalan Allah Taala.

Saat ini berbeda dari para santri terdahulu. Saat ini santri kehilangan spirit jihad yang dahulu pernah bergelora. Santri tengah berada pada arus sekularisasi yang luar biasa sehingga mencabut spirit jihad dari jiwa mereka.Telah terjadi pembajakan dan degradasi peran santri dalam kehidupan. Banyak santri yang menghafalkan Al-Qur’an, tetapi tidak tergerak untuk memperjuangkan penerapan isi Al-Qur’an. Banyak santri yang menguasai tsaqafah Islam yang terdapat dalam kitab-kitab kuning, tetapi tidak terdorong untuk mengamalkan isi kitab tersebut pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Proses pembajakan dan degradasi tersebut merupakan hasil penerapan kurikulum pendidikan yang sekuler sehingga menjauhkan Islam dari kehidupan. Al-Qur’an dan tsaqafah Islam dipelajari dan dihafalkan, tetapi tidak diamalkan secara keseluruhan.

Kehidupan negara akhirnya berjalan secara sekuler, yaitu meninggalkan syariat Islam. Akibatnya, aneka persoalan mendera negara ini, mulai dari kemiskinan, dominasi asing dalam ekonomi, politik ala demokrasi yang menghalalkan segala cara, korupsi yang menggurita, kerusakan sosial, maraknya depresi dan bunuh diri, rendahnya kualitas SDM, dll.

Tidak hanya di Indonesia, umat Islam secara global juga tengah menderita. Muslim Palestina dijajah Israel, muslim Uighur disiksa oleh rezim Cina, muslim Rohingya diusir dan diperangi oleh rezim Myanmar, muslim di Irak dan Afganistan menjadi korban pendudukan AS, muslim di Afrika tenggelam dalam kemelaratan dan perang saudara, muslim Arab sedang berjalan menuju jurang liberalisme, dan seluruh muslim di dunia laksana makanan yang diperebutkan oleh pemangsa yang kelaparan (negara-negara penjajah).

Kondisi ini sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya, ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan kalian banyak, tetapi kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit al-wahn.” Seseorang bertanya, ”Ya Rasulullah, apakah al-wahn itu?” Nabi saw. bersabda, ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 3745).

Oleh karenanya, penting untuk mengembalikan spirit Resolusi Jihad pada santri sehingga mampu berperan nyata dalam menyelesaikan berbagai problem umat Islam. Para santri harus tampil di garda terdepan dalam menyolusi semua persoalan sistemis di tengah umat dengan solusi Islam kafah.berjuang melakukan perubahan kondisi umat dari kondisi terjajah dan jauh dari Islam menjadi kondisi merdeka yang hakiki dengan Islam kafah. Para santri hendaknya mencontoh metode yang Rasulullah saw. gunakan dalam mengubah masyarakat Arab dari jahiliah menjadi masyarakat yang bangkit dengan Islam. Mewujudkan perubahan itu dengan berdakwah secara berjemaah yang bertujuan mewujudkan kehidupan Islam. Dakwah Rasulullah bersifat menggugah pemikiran, politis, dan antikekerasan sehingga bisa melejitkan pemikiran umat dan menjadikannya khairu ummah (umat terbaik) secara global. Demgan menerapkan ehidupan Islam di bawah institusi Daulah Islam. Dan dikenal dengan sebutan Khilafah.Di bawah Khilafah, umat Islam hidup aman, sejahtera, mulia, dan bahkan menjadi pemimpin dunia. Khilafah pula yang membebaskan negeri-negeri yang tertindas oleh penjajah, termasuk Al-Quds (Palestina).

Dengan demikian, di pundak para santri tersemat tanggung jawab yang besar. Amanah ilmu dan tsaqafah yang mereka miliki hendaknya menjadi “amunisi” untuk melakukan dakwah penyadaran di tengah umat Islam. Kepemimpinan Islam (Khilafah) inilah yang akan menghilangkan segala bentuk penjajahan di muka bumi. Inilah spirit revolusi jihad yang harus terwujud pada para santri.

Wallahualam bissawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *