Moment Hari Guru Untuk Selebrasi atau Instropeksi?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Moment Hari Guru Untuk Selebrasi atau Instropeksi?

Oleh Henny Nuraeni

Aktivis Muslimah

 

Dikutip dari laman media online Tirto.id Hari Guru 2023 akan diperingati pada Sabtu (25/10/2023). Peringatannya untuk tahun ini mengusung tema “Bergerak Bersama Rayakan Merdeka Belajar.” Dari tema yang disampaikan lewat Pedoman Peringatan Hari Guru Nasional 2023 tersebut, kita dapat melihat kata “Merdeka” yang berkaitan dengan Kurikulum Merdeka. Adapun kurikulum ini dibuat untuk mewujudkan kemunculan SDM Unggul Indonesia yang mempunyai Profil Pelajar Pancasila. Dengan begitu, tema ini dapat dianggap relevan dengan kondisi pendidikan kita sekarang. Jika dilihat secara keseluruhan, tema itu mengibaratkan seluruh satuan pendidikan dan siswa-siswinya untuk “Bergerak Bersama” menyemarakkan kurikulum yang berlaku sekarang.

Berdasarkan kutipan di atas, peringatan Hari Guru Nasional (HGN) kali ini mengusung tema Bergerak Bersama Rayakan Merdeka Belajar. Namun sejatinya, tema ini melahirkan pertanyaan mengingat berbagai realita generasi yang sarat dengan bermacam masalah serius mulai dari bullying, kriminalitas, kesehatan mental bahkan hingga tingginya angka bunuh diri. Hal ini menunjukkan kurikulum yang saat ini diterapkan tidak tepat dan bermasalah. Dan ini menegaskan sistem kapitalis tidak memiliki sistem membangun generasi yang berkualitas.

Alih- alih untuk mewujudkan kemunculan SDM Unggul Indonesia yang mempunyai Profil Pelajar Pancasila. Namun pada kenyataannya mereka sangat rapuh, bermental stroberi, mudah menyerah dengan keadaan dan tidak berani berjuang. Pendidikan karakter sekuler benar-benar merusak kepribadian generasi.

Generasi muda pun mengidap penyakit overthinking, di mana mereka terlalu banyak waktu untuk memikirkan suatu hal dengan cara yang merugikan. Selain itu, mereka pun mengalami quarter life crisis, yaitu merasa tidak memiliki arah hidup, khawatir, dan bingung. Quarter life crisis yang terjadi pada generasi muda salah satunya adalah mudah cemas dengan berbagai harapan yang tidak bisa dicapai, sebab hidupnya tidak biasa berjuang dan tidak bisa susah. Kerap kali menemukan kesulitan, mereka berupaya menghindari masalah. Dengan mudah mereka mengatakan butuh “healing” atau yang paling ekstrem adalah bunuh diri.

Selain itu kondisi guru saat ini pun jauh dari kata sejahtera. Minimnya gaji yang diterima oleh seorang guru terlebih lagi guru honorer membuat mereka tidak mampu maksimal dalam melaksanakan tugas sebagai tenaga pendidik. Padahal kesejahteraan guru merupakan aspek penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah dalam menunjang terciptanya kinerja yang makin membaik di kalangan pendidik.

Sehingga tidak heran jika profesi guru kurang digemari oleh generasi muda, karena guru bukanlah profesi yang dibanggakan ataupun didambakan. Akhirnya hal ini menciptakan Indonesia darurat kekurangan guru di tahun 2024 nanti. Karena tidak adanyanya regenerasi pada profesi ini. Jika melihat pada realita ini, maka masih patutkah kita merayakan rusaknya generasi buah merdeka belajar?

Dalam Islam, guru memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan mulia di sisi Allah Swt. Lantaran guru dengan keilmuannya bisa mengajar anak didik agar cerdas secara akademik dan terbangun kepribadian Islamnya. Maka tidak heran di dalam pemerintahan Islam saat itu sangat menghargai profesi guru. Tidak sekadar dikalungi gelar pahlawan tanpa tanda jasa, tetapi juga dijamin kesejahteraan hidupnya. Tanpa membedakan apakah guru ASN, swasta, atau honorer. Semua sama mulianya. Sejarah telah mencatat bahwa guru dalam naungan Islam mendapatkan penghargaan yang tinggi dari negara dengan memberikan gaji yang melampaui kebutuhannya.

Dalam kedudukannya sebagai sumber ilmu, perlakuan murid pada sang guru sangat terjaga adabnya. Sebagaimana kita memperlakukan para ulama Sehingga, para murid tumbuh dan menjadi tokoh-tokoh Islam yang dikenal karena ketinggian ilmunya. Berbeda dengan saat ini, di mana kita menyaksikan kebobrokan para siswa.

Pasalnya guru adalah tulang punggung pendidikan masyarakat yang akan menentukan nasib bangsa ini di masa depan. Generasi yang akan datang sangat di tentukan peran guru dalam mendidik mereka. Namun, di zaman kapitalis ini pemerintah tidak memperhatikan peran strategis ini. Pemerintah cendung abai dalam menyejahterakan para pencetak generasi ini, Seharusnya pemerintah lebih peduli dengan bersungguh-sungguh memecahkan masalah para guru khusus nya yang masih berstatus honorer. Guru honorer sudah mencurahkan jasa besar, tapi hanya dihargai dengan gaji ratusan ribu rupiah, bagaimana mereka bisa bertahan hidup?

Inilah sepucuk bukti bahwa sistem pendidikan kapitalis sekuler gagal memberikan solusi dan jaminan kesejahteraan bagi para guru. Masihkah kita ingin bertahan dalam sistem kapitalis ini?

Pernah kah kita mendapatkan zaman di mana gaji guru yang mengajarkan anak-anak atau saat ini seukuran anak TK sebesar 61.000.000 perbulan? tentu tidak. Namun itulah yang pernah terjadi di zaman kekhilafahan. Di masa Khalifah Umar bin Khattab guru pengajar anak-anak sebesar 15 Dinar. Sungguh khilafah sangat memperhatikan guru dengan memberi gaji yang sangat layak. Kesejahteraan guru benar-benar diperhatikan, selain gaji besar, guru dalam khilafah juga mendapatkan kemudahan mengakses sarana-prasarana untuk meningkatkan kualitas kemampuan mengajarnya.

Hal ini akan menjadikan guru bisa fokus menjalankan tugasnya sebagai pendidik SDM yang di butuhkan negara, untuk membangun peradaban agung dan mulia. Sistem kehidupan Islam sebagai wujud pelaksanaan syariat Islam secara kafah, dalam bingkai khilafah sangat menghargai profesi guru.

Selain itu, pendidikan dalam sistem Islam memiliki visi yang jelas, yaitu bertujuan untuk mencetak generasi yang memiliki pola pikir dan pola sikap Islam. Kurikulum yang digunakan dalam sistem pendidikan Islam berlandaskan pada akidah Islam. Maka sebuah keniscayaan akan lahir generasi yang memiliki akhlak yang tinggi, cerdas akalnya, dan kuat imannya.

Wallahualam bissawab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *