Milenial dan Gen Z Sulit Punya Rumah, Salah Siapa?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Milenial dan Gen Z Sulit Punya Rumah, Salah Siapa?

Oleh Fajria Anindya Utami

Kontributor Suara Inqilabi

 

Miris. Hanya kata itu yang terlintas ketika mendapati fakta bahwa harga rumah dan tanah di seluruh Indonesia, khususnya Jabodetabek selalu mengalami kenaikan harga setiap tahunnya –bahkan mungkin setiap hari. Tetapi, upah yang dibayarkan pemerintah kepada pekerja tidak seberapa, bahkan UMP (Upah Minimum Provinsi) tidak merata. Masih banyak pekerja dan buruh yang dibayar di bawah dari nilai UMP yang telah ditetapkan pemerintah.

Padahal, rumah adalah tempat bernaung dari panasnya cuaca, teriknya matahari, dan dinginnya hujan. Namun, hal pokok dan mendasar seperti itu menjadi hal mewah bagi rakyat Indonesia. Mengutip CNBC Indonesia, budget orang Indonesia untuk memiliki rumah senilai Rp1-2 miliar paling banyak, “Di atas itu tergolong niche, di atas Rp 5 miliar lebih niche lagi,” ungkap Director Research & Consultancy Services Leads Property Martin Samuel Hutapea dalam Property Market Outlook 2023 dikutip Minggu (10/12/2023).

Dari data Leads Property, untuk rumah komersial harga rata-rata rumah per unit di Jabodetabek sudah mencapai Rp2,5 miliar. Wilayah dengan persebaran rumah subsidi berada di pinggiran Depok, Tangerang serta Bogor. Namun harga rumah di wilayah tersebut saat ini sudah tinggi, diantaranya Bekasi mencapai Rp1,5 miliar, Depok Rp1,8 miliar, Bogor Rp0,9 miliar dan Tangerang Rp3,1 miliar. Sangat fantastis dan mencengangkan mengingat harga UMP yang ditawarkan pemerintah di DKI Jakarta saja hanya Rp4.900.798.

Beragam solusi ditawarkan pemerintah, tetapi tidak ada solusi mendasar yang dapat mencabut masalah dari akarnya. Seperti, paslon Capres dan Cawapres Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming menawarkan program rumah murah. Tetapi, rumah murah seperti apa yang dicanangkan jika rakyat untuk makan saja susah?

Mengutip Republika (10/12/23), Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah mengatakan, harga rumah memang sulit turun. Itu karena semua harga bahan untuk pembuatan rumah juga naik, dari mulai harga besi, semen, hingga tanah. Kemudian seiring perkembangan kota, beberapa daerah tidak lagi menjadi pinggiran tapi menjadi tengah kota. Maka, dia melanjutkan, harga tanahnya dipastikan naik, karena walau suplai besar, permintaannya juga masih tinggi. Sementara kemampuan membeli masyarakat masih sangat terbatas. Tetapi, kecenderungan pengembang perumahan menahan harganya agar bisa mengejar keuntungan lebih banyak.

Menteri Keuangan Sri Mulyani buka-bukaan soal bantuan Rp4 juta yang diberikan pemerintah kepada masyarakat berpenghasilan rendah untuk membeli rumah. Sri Mulyani mengatakan selain fasilitas itu, pemerintah juga menggratiskan PPN atas pembelian rumah berharga di bawah Rp2 miliar. Demi menggairahkan ekonomi, pemerintah juga menggelontorkan banyak stimulus yaitu paket penebalan bansos berupa tambahan bantuan beras dan Bantuan Langsung Tunai (BLT). Kebijakan ini bertujuan menjaga daya beli, stabilisasi harga, dan pengendalian inflasi imbas El Nino yang terjadi belakangan ini.

Dalam Survei Harga Properti Residensi (SHPR) Triwulan II 2023 yang dilakukan Bank Indonesia, harga hunian residensial di pasar primer secara tahunan melanjutkan tren peningkatan pada triwulan II 2023. Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan II 2023 tercatat naik sebesar 1,92% year on year, lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 1,79%.

Namun, justru salah satu penyebab harga rumah mahal adalah dampak pembangunan perkotaan yang masif, mulai dari komplek perumahan hingga apartemen yang menjulang tinggi. Sehingga, ini mengurangi lahan ruang hidup, tetapi kebutuhan rumah semakin meningkat dan harganya juga terus naik.

Fakta yang ada hari ini, rumah hanya bisa dimiliki oleh mereka yang kaya dan punya kuasa. Namun, mereka yang berada di titik menengah ke bawah justru ditawarkan solusi yang sebenarnya memberatkan yakni dengan sistem kredit berbunga alias riba. Sudah pasti tidak ada keberkahan di dalamnya, dan hanya dosa yang didapatkan.

Hingga saat ini tidak ada solusi yang dapat memecahkan masalah sampai ke akarnya. Kecuali solusi tersebut berasal dari sistem Islam. Islam menjadikan rumah sebagai salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi negara. Pembangunan negara juga diorientasikan untuk kepentingan rakyat.

Islam memiliki sistem ekonomi yang mampu menjamin penyediaan rumah oleh negara. Ini karena seluruh sumber daya alam, termasuk tanah untuk membangun rumah berasal dari Allah SWT. Pemerintah sudah seharusnya secara adil dan merata menyediakan serta memberikan fasilitasi ini kepada seluruh rakyatnya, tanpa pandang bulu, tanpa melihat harta yang dimiliki orang tersebut.

Wallahu’alam bish-shawwab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *