MEKANISME ISLAM MENCEGAH BANJIR

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

MEKANISME ISLAM MENCEGAH BANJIR

 

Oleh : Dian Eliasari, S.KM.

Member Akademi Menulis Kreatif

Banjir Rob kembali menerjang wilayah pesisir Kota Bontang pada, Minggu (7/6/2023) pagi. Dari informasi yang dihimpun Klik Kaltim, ketinggian air laut mencapai 2,3 meter. Khususnya di Bontang Kuala, sejak pukul 06.00 Wita hingga pukul 08.30 wita akses warga di atas laut tidak bisa berjalan alias lumpuh total. (Klikkaltim.com, 07/05/2023)

Bukan hanya di kota Bontang, Banjir besar juga melanda dua desa di Kecamatan Kaubun, Kutai Timur. Tepatnya di Desa Bumi Etam SP 1 dan Desa Kadungan Jaya. Akibat musibah tersebut, satu orang warga dilaporkan meninggal dunia. Banjir kali ini merupakan banjir terparah lantaran daya dukung lingkungan di Kecamatan Kaubun yang lemah. Pasalnya, daerah ini sudah lama dikepung aktivitas perusahaan, baik pertambangan batu bara maupun perusahaan perkebunan kelapa sawit. Warga pun menuntut pemkab dan perusahaan bertanggung jawab (Kaltimtoday.co, 08/05/2023). Selain di dua tempat itu, kota lain yakni Samarinda dan Berau juga tak luput dari terjangan banjir (Berau.prokal.co, 11/05/2023).

Menurut Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), jika dilihat melalui Peta, beberapa daerah Kaltim terutama pesisir merupakan Rawan Banjir. Ada beberapa jenis banjir, mulai dari banjir genangan, banjir rob yang dari pasangnya air laut, bahkan banjir bandang. Namun, di Kaltim adanya banjir yang merupakan genangan air pasang ketika bulan muncul, maka ketika hal itu terjadi air Sungai Mahakam ini ketika air pasang ditambah rutinitas turunya hujan itensitas tinggi dan waktunya lama beberapa saat akan terjadi genangan air. (Diskominfo.kaltimprov.go.id, 02/06/2022)

BANJIR BUKAN SEKEDAR PENGARUH CURAH HUJAN

Banjir yang sering terjadi khususnya di wilayah Kaltim, bahkan sampai parah mulai dari tingkat kedalaman dan memakan korban jiwa bukan sekadar karena curah hujan yang tinggi. Karena jika ekosistem hutan, mangrove, dan rawa terlindungi dengan baik, sudah cukup mampu menyerap air untuk menjadi banjir.

Namun aktivitas pembukaan lahan yang saat ini banyak terjadi menjadi salah satu penyumbang terbesar penyebab banjir. Selain itu ada keterkaitan juga dengan eksploitasi alam akibat keserakahan tangan manusia sehingga merusak lingkungan dan menimbulkan bencana.

Berbagai solusi dan penanganan banjir telah dirumuskan oleh pemerintah, seperti mengeruk sungai, pelebaran parit, membuat tanggul, dan lain sebagainya. Namun ternyata upaya tersebut masih belum mampu menahan arus banjir yang terjadi dan justru semakin parah. Kondisi ini karena solusi yang diberikan masih belum menyentuh akar masalah.

Akar masalah banjir yang terus-menerus terjadi dan semakin parah disebabkan karena kesalahan tata kelola Sumber Daya Alam dan Energi (SDAE) berbasis sistem kapitalis sekuler. Eksploitasi sumber daya alam yang hanya mencari keuntungan menjadikan alam rusak oleh tangan para pengusaha (korporat) yang diberikan izin oleh pemerintah. Terjadilah kongkalikong antara penguasa dan pengusaha dan menyebabkan rakyat sengsara. Sistem sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan menjadikan pengelolaan SDA tidak sesui aturan Islam tapi sesuai dengan kepentingan pemilik modal dan mengabaikan kepentingan alam dan rakyat. Akibatnya banyak kerugian bahkan korban jiwa. Inilah gambaran rusaknya sistem kapitalisme sekuler.

PENGATURAN ISLAM DALAM MENCEGAH BANJIR

Dalam Islam, tata kelola lingkungan dan SDAE meminimalisir terjadinya kerusakan lingkungan. Hal ini terjadi karena Islam mengelola SDAE sesuai dengan kebutuhan, bukan sehingga tidak akan terjadi pengerukan SDAE sampai habis, karena akan merusak keseimbangan alam. Kegiatan pertambangan juga tidak boleh dilakukan di wilayah padat penduduk agar mereka tidak terkena dampak dari kegiatan pertambangan.

Selain itu pengelolaan SDAE harus dilakukan oleh negara dan tidak boleh diserahkan pengelolaannya kepada swasta maupun asing. Kalaupun harus menggunakan tenaga atau alat dari pengusaha, maka kerjasamanya menggunakan sistem penggajian dan kerjasama, namun tetap di bawah kontrol dan kendali pemerintah.

Dalam Islam, tidak dibenarkan melakukan alih fungsi lahan pertanian ataupu pembukaan lahan serapan air seperti hutan dan rawa. Pembangunan pemukiman juga dilakukan di daerah-daerah yang tidak subur.

Melalui pengelolaan SDAE yang sesuai aturan Islam, tentunya bisa mencegah terjadinya kerusakan yang diakibatkan oleh eksploitasi SDAE ala kapitalis sekuler. Sebagaimana Firman Allah Swt.

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (TQS. Ar-Rum : 41)

Hujan merupakan keberkahan dari Pencipta, dan tidak akan menyebabkan bencana jika keseimbangan alam terjaga. Sebaliknya, bencana terjadi saat keseimbangan alam terganggu oleh aktivitas manusia.

Dalam pembangunan, negara wajib memperhatikan pembangunan infrastruktur yang dapat menampung curah hujan dari daerah aliran sungai dalam jumlah besar dengan membangun bendungan. Pada masa keemasan Islam, bendungan-bendungan dengan berbagai macam tipe dibangun untuk mencegah banjir maupun untuk keperluan irigasi. Bukti empiris atas hal ini masih dapat kita saksikan di beberapa wilayah, yakni kala Islam pernah berkuasa di wilayah Iran maupun Turki, misalnya.

Negara juga akan membangun kanal ataupun saluran drainase untuk mengurangi dan memecah jumlah air dalam jumlah besar agar mengalir ke tempat lain yang lebih aman. Secara berkala, negara akan melakukan pengerukan lumpur-lumpur di sungai atau daerah aliran air untuk mencegah terjadinya pendangkalan.

Dari penjelasan tersebut terlihat jelas bahwa pembangunan yang ramah lingkungan menjadi visi dalam model pemerintahan Islam. Kekhalifahan Islam yang pernah hadir dalam sejarah peradaban telah membuktikan visi tersebut, serta terbukti mampu maminimalisir terjadinya bencana banjir.

Sudah selayaknya kita menggunakan aturan Islam dalam tata kelola lingkungan dan SDAE agar keseimbangan alam tetap terjaga dan mampu mencegah terjadinya banjir

Wallahu a’lam bishshowwab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *