Kematian Amat Dekat, Masih tak mau Taat?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Jumratul Sakdiah

 

Siapa sangka? Artis muda bergelimang harta, paras tampan dan jelita, dilengkapi seorang anak yang lucu nan jenaka. Tepat pada tanggal 4 November 2021, menjadi catatan takdir tewasnya Vanessa Angle dan suaminya di Tol Nganjuk, Jawa Timur. (Merdeka.com, 04/11/2021)

 

Tak ada yang bisa menebak kepergiannya bahkan dia sendiri tak mampu memajukan atau mengundurkan walau hanya satu detik saja. Karena semua telah digariskan oleh Sang Pencipta setiap makhluk yang bernyawa termasuk manusia. Dari sini kita kembali belajar, sesuai dengan janjiNya bahwa semua akan mati, baik hari ini, esok atau waktu yang telah ditetapkan olehNya. Tak ada yang bisa lari dari maut, terlepas ia sehat atau sakit, sedang taat atau tengah maksiat, tua atau muda dan dalam keadaan siap ataukah tidak. Sehingga semua tinggal menunggu kapan ajal itu tiba.

 

Masa penantian sebelum ajal menjemput, apa yang telah kita pungut dari dunia sebagai bekal setelah mati? Bukankah kehidupan setelah mati itu nyata? Seringkali manusia alpa, padahal semua telah dikabarkan oleh Allah dalam kitabullah dan hadis Rasulullah saw. sehingga hal itu seolah dongeng belaka yang tak pasti adanya dan hanya sebatas bahan olok-olok bagi mereka yang tak memahami Islam dengan benar.

 

Terlebih lagi dalam kehidupan sekular saat ini. Di mana mati adalah pembahasan tabu yang tak perlu dibincangkan. Bahkan menjadi momok menakutkan yang seolah tak ada yang menginginkan kematian itu menghampirinya. Padahal mau tidak mau, malaikat Izrail siap mengintai setiap saat bagi mereka yang sudah tiba ajalnya.

 

Adapun definisi kematian bagi seorang muslim merupakan mati itu bagaikan jembatan penghubung antara manusia dengan yang dicintainya yakni berjumpa dengan Allah Subhanahu wata’ala. Sedangkan bagi orang kafir, kematian itu adalah jurang yang memisahkan antara ia dengan yang dicintainya yakni dunia dan seisinya. Sehingga tampak, ada yang membenci kematian dan ada yang merindukannya.

 

Hal itu terlihat jelas dari sejarah kaum muslimin dulunya. Saat seruan jihad itu terdengar, tak ada yang menghalangi Rasulullah dan para sahabat untuk menyambutnya, padahal taruhan jihat adalah kematian. Mengapa bisa demikian, karena mereka sadar betul bahwa mereka tidak mati, tetapi mereka hidup di sisi Allah, masyaAllah. Dan bahkan bukan hanya itu mereka rela mengorbankan anak-anak pasangan mereka untuk sama-sama mati di jalan Allah. Dan bukan hanya dulu, tetapi saat ini pun di belahan dunia yang lain, ada muslim Palestina, Suriah dan Rohingya yang rela mati untuk mempertahankan Islam.

 

Sementara, atmosfer keimanan yang hari ini kian menipis menjadikan umat Muhammad lupa akan ketaatan secara paripurna yang harusnya ditunaikan. Walhasil banyak yang akhirnya mati dalam maksiat dan belum sempat bertobat. Mati dalam kecintaan terhadap dunia dan bahkan mati dalam keadaan menyebarkan paham sesat yang merusak Islam dan kaum muslimin.

 

Beginilah jika iman dan ketaatan itu diabaikan oleh kaum muslimin. Semua akan terasa bahwa saat telah mati tak ada yang harga mati kecuali Islam. Serta tak ada gunanya harta dan tahta yang diagungkan selama di dunia. Karena memang benar saat di dunia, dunia itu nyata dan akhirat adalah cerita. Tapi tunggulah saat di mana akhirat itu nyata dan dunia tinggal cerita. Sungguh tak terbayangkan jika kehidupan seorang manusia di akhirat dalam keadaan menderita karena akhirat adalah tempat untuk hidup selamanya. Tiadalah berarti kesenangan dunia yang menipu dan semu. Lebih baik bersabar sebentar untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik nanti di akhirat.

 

Oleh karena itu, bicara mati adalah berbicara tentang bekal. Maka siapkan selagi hidup bukan menunda tua seolah ajal kita yang tahu. Karena dunia itu tempatnya berjuang sehingga lelah saat di dunia insyaallah akan istirahat di surga. Tak masalah tidak terkenal di bumi yang penting dikenal oleh semua penduduk langit. Untuk itu saudaraku, tetaplah dalam ketaatan sampai maut itu tiba. Wallahu ‘alam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *