Ideologi Itu Harus Nyata Bukan Dihayalkan!

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Nahdoh Fikriyyah Islam (Dosen dan Pengamat Politik dari Kalimantan Utara)

JAKARTA – Presiden kelima RI, Megawati Soekarnoputri mengatakan, Pancasila harus selalu ada di dalam hati dan sanubari paling dalam setiap Warga Negara Indonesia (WNI). Hal itu ditegaskan Megawati pada lokakarya wawasan kebangsaan untuk ASN di lingkungan Kementerian Sosial yang dilaksanakan di Gedung Konvensi TMP Kalibata, Jakarta, Senin(9/12). Megawati menegaskan, Pancasila sebagai idologi dan ketatanegaraan Indonesia. Megawati yang juga Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) mengatakan, jika tidak ada Pancasila di dalam hati maka jangan jadi orang Indonesia.

Lebih lanjut, Ketua Umum PDI Perjuangan itu mengatakan, jika ada orang yang ingin mengubah Pancasila sebagai deology bangsa dan ketatanegaraan Indonesia dengan khilafah, di Timur Tengah saja tidak diterima. Karena itu ia mengingatkan kepada para Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kementerian Sosial yang akan menjadi pemimpin harus punya Pancasila dalam hati. Menteri Sosial Juliari P Batubara pada kesempatan itu mengingatkan agar program dan kebijakan di Kementerian Sosial harus mencerminkan Pancasila.

“Setiap produk yang keluar dari Kemensos semuanya harus benar-benar senafas dan senada dengan Pancasila. Tidak boleh ada satu kebijakan atau program atau satu orang pun yang tindak tanduknya tidak mencerminkan Pancasila,” kata Juliari. (Republika.co.id. Senin 09/12/2019)

Awal kepemimpinan periode kedua Jokowi, Megawati kelihatan soemakin berkuku dan membara dalam menyampaikan pidato-pidatonya. Ya, selain sebagai ketua umum partai pemenang pemilu dua periode, ia juga ketua BPIP yang ditunjuk oleh Presiden Jokowi di periode pertama hingga hari ini. Sebagai badan yang bernafaskan Pancasila, tentulah program-program yang dikampanyekan juga harus bermuara pada Pancasila. Namun pernyatan Megawati terkait dengan Pancasila tersebut, layak untuk dikritisi dengan poin-poin krusial berikut.

Pertama, Megawati menyampaikan bahwa deology harus selalu berada di hati sanubari yang paling dalam setiap warga Negara Indonesia. Pernyataan yang sebenarnya menunjukkan ketidakpahamannya tentang makna dan posisi deology bagi suatu Negara. Ideologi bukanlah diletakkan di hati sanubari. Ideologi itu harus diterapkan dan dijadikan sebagai rujukan dalam membangun sebuah pemerintahan. Ada dihati atau tidak ada bagi masyarakat, bukanlah penentu utama diterapkannya suatu deology. Karena deology sejatinya dipahami segelintir orang yang mengusai dan memahami ideology dengan benar. Ideologi punya kedudukan yang jelas bagi suatu Negara.

Dan saat ini, Amerika adalah Negara yang meletakkan ideologinya dengan benar, yaitu diemban Negara. Kapitalisme yang menjadi ideology kebenggaan Amerika mengeluarkan kebjikana-kebijakan negaranya berdasarkan pada ideology tersebut.

Meskipun banyak masyarakat Amerika yang tidak meletakkan deology itu dalam hatinya, tetap saja ideology itu berjalan sesuai dengan target-target mereka.
Kedua, jika deology cukup di hati, maka wajar banyak yang melanggarnya dan menabraknya, kan cukup di hati to? Tak perlu diamalkan? Lihat saja mereka yang mengaku paling Pancasilais! Mereka terjerat korupsi, penista agama, dan pendukung kedzaliman. Pancasila diakui sebagai deology Negara, tetapi kebijakan-kebijakan yang ada, jauh dari nilai-nilai yang dimiliki Pamcasila.

Semua kebijakan rezim dewasa ini menabrak nilai-nilai Pancasila yang dijunjung tinggi oleh mereka. Para penguasa saling mengaku paling Pancasilais, tapi kelakuan bejat. Namun mereka yang tidak mengatakan Pancasialis ternyata lebih baik dan jauh dari kasus-kasus yang merugikan Negara.

Ketiga, cara jitu yang mereka lontarkan adalah membenturkan Pancasila dengan Khilafah. Padahal, Khilafah bukanlah deology. Namun propaganda disebar bahwa Khilafah adalah deology yang akan menggantikan Pancasila. Menakut-nakuti siapapun yang akan mengucapkan Khilafah, menyinggungnya, apalagi mendakwahkannya. Megawati mengatakan bahwa Khilafah ditolak di Timur Tengah. Dengan kata lain, apalagi di Indonesia. Cermin dan panutannya untuk menolak Khilafah adalah Timur Tengah. Lalu, apakah semua orang Timur Tengah menolak Khilafah? Atau hanya penguasanya saja yang juga adalah boneka-boneka kapitalis? Sama dengan negeri muslim lain tak terkecuali Indonesia. Bagi yang mengerti peta perpolitikan dunia, pasti menolak pernyataan Megawati.

Keempat, kampanye Pancasila vs Khilafah oleh rezim sejatinya hanyalah menutupi kegagalan mereka dalam menerapkan Pancasila itu sendiri. Sebagaimana opini radikalisme dan terorisme yang menunjuk Islam. Mereka hanya tidak berani mengatakan Pancasila vs Islam. Karena akan jadi senjata yang akan membunuh kekuasaan mereka sendiri. Maka “phost truth” untuk menjauhkan ummat Islam dari Khilafah adalah dengan mengatkan bahwa Khilafah sebuah deology yang akan merongrong Pancasila. Meskipun sudah dijelaskan para ahli dan ulama bahwa Khilafah adalah system pemerintahan Islam, tetap saja pendapat mereka yang benar dan ulama salah.

Dalam perspektif politik Islam, seorang muslim wajib menerapkan ideologinya dan memperjuangkannya jika belum diamalkan seluruhnya. Sebab Ideologi harus nyata bukan dihayalkan. Ideologi adalah cara pandang hidup yang khas dengan suatu keyakinan. Ideology memiliki pemikiran pemikiran dasar tentang alam semesta, kehidupan dan manusia, dan juga berisi aturan dan cara menerapkannya. Maka bagi kaum muslimin, deology yang diartikan sebagai sebuah keyakinan dan cara pandang terhadap kehidupan, itulah yang disebut Dinul Islam. Islam bukan hanya sekedar agama tetapi juga cara pandang komprehensif tentang manusia, alam semesta dan kehidupan. Islam mengajarkan bagaimana menyembah Sang pencipta yaitu Allah swt dengan beribadah dan mengatur cara mengibadahinya. Islam mengajarkan mengatur interaksi masyarakat dengan hukum – hukum muamalah (poliitk Islam, ekonomi Islam, tata pergaulan dalam islam, pendidikan Islam, kesehatan dalam islam, kemanan dalam Islam). Islam adalah ideologi edisi lengkap tanpa memerlukan campuran deology sekuler dan komunis. Tidak ada celah bagi deology lain untuk mencampurinya, karena deology Islam itu khas dan unik. Jelas akan berbeda dengan ideologi kufur Barat.

Maka bagi seoarng muslim, Islam adalah the way and view of life. jika Megawati mengaku seorang muslim, harusnya kampanye kepada para audiensinya untuk mengajak pada penerapan ideologi Islam dan berjuang agar dapat diterapkan menjadi ideologi negeri ini. Sebagai Negara Mayoritas muslim tentunya juga punya hak untuk menjalankan agamanya dengan sempurna di negeri ini. Karena kelak Allah akan bertanya pada mereka yang mengaku beriman tentang bagaimana ia mengamalkan Islam ketika di dunia.

Jangan sampai Islam sebagai ideologi muslim cukup dihati. Karena kelak syurga itupun hanya akan dihatinya dan sebatas hayalannya. Seorang muslim tidak akan ditanya dihadapan Allah sejauhmana ia menerapkan Pancasila. Semoga ummat Islam semakin cerdas dan tidak mudah terpropokasi dengan hasutan-hasutan mereka yang tidak paham Islam tetapi terus mencoba membenrturkan ajaran Islam dengan ummatnya. Wallahu a’alam bisshawab.

 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *