Era New Normal: Sekolah Tatap Muka Yang Mengkhawatirkan

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Desy Purwanti (Aktivis Dakwah Kampus Jambi)

Hingga saat ini kasus positif Covid-19 masih terus meningkat. Belum ada tanda-tanda bahwa wabah ini akan berakhir. Wacana new normal life yang dilontarkan pemerintahpun akan tetap diberlakukan, termasuk dunia pendidikan. Jika sebelumnya siswa melakukan sistem pembelajarannya melalui daring atau belajar dari rumah, maka untuk tahun ajaran baru sekolah akan dilakukan tatap muka. Namun, ada ketentuan dan syarat yang berlaku.
Dilansir dari halaman bisnis.com, pada tahun ajaran baru 2020-2021 metode pembelajaran jarak jauh atau daring masih akan berlaku di daerah berstatus zona merah dan zona kuning terkait paparan Covid-19.

Daerah berstatus zona hijau diizinkan melakukan pembelajaran secara tatap muka. Namun, semuanya diserahkan kepada masing-masing daerah , apakah akan menerapkan pembelajaran tatap muka atau tidak.

“Zona merah dan zona kuning masih menerapkan pembelajaran online. Untuk pembukaan sekolah dan pembelajaran tatap muka di daerah yang berstatus zona hijau, nanti itu yang akan menentukan adalah gugus tugas,” ujar Plt. Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Hamid Muhammad melalui video konferensi, Kamis (28/5/2020).

Dalam rangka memasuki new normal, pemerintah menetapkan untuk tetap membuka tahun ajaran baru. Pemerintah memberikan opsi pembelajarannya bisa dilakukan tatap muka di sekolah atau secara daring alias belajar dari rumah (BDR).

Pemerintahpun menyerahkan keputusannya kepada masing-masing daerah. Hal tersebut menandakan pemerintah sebenarnya belum siap untuk menghadapi new normal.
Dikatakan bahwa daerah dengan zona hijau diizinkan melakukan pembelajaran tatap muka. Padahal, belum bisa dipastikan bahwa daerah tersebut memang benar-benar bebas dari covid-19. Inilah yang menjadi kekhawatiran ketika sekolah dilakukan tatap muka kala pandemic, baik guru, orangtua maupun masyarakat.

Keterangan selanjutnya disampaikan oleh Kepala Biro Kerjasama dan Humas Kementerian Pendidikann dan Kebudayaan (Kemendikbud) Evy Mulyani, bahwa sekolah yang berada di zona hijau boleh melakukan belajar tatap muka, namun harus dilakukan secara hati-hati dengan senantiasa memperhatikan protokoler kesehatan.

Kesehatan dan keselamatan warga sekolah menjadi prioritas utama.
Protokol tersebut diantaranya adalah menggunakan masker, selalu mencuci tangan, duduk berjarak di dalam kelas dan pengaturan jam sekolah sehingga kelas tidak penuh saat proses belajar mengajar berlangsung.

Penerapan protokoler kesehatan di sekolah itu pun tentunya akan mengalami kendala karena bukan tidak mungkin siswa akan tetap berkumpul ketika di luar kelas. Guru juga akan kuwalahan mengontrol siswa agar senantiasa menggunakan masker dan menjaga kebersihan badan dengan mencuci tangan setiap saat. Belum lagi nantinya ada kekurangan penyediaan hand sanitizer.

Kebijakan-kebijakan diatas, terkait mengakhiri BDR di tahun ajaran baru yang dilontarkan oleh Kemendikbud, mengharuskan untuk mengikuti protocol kesehatan dan social distancing. Ini justru membuat stakeholder pendidikan bingung dan ragu apa langkah yang semestinya diambil menyikapi kebijakan tersebut.

Sikap ini menegaskan pemerintah tidak punya arah yang jelas tentang target pembelajaran sekolah juga tidak ada integrasi kebijakan dengan new normal life yang dijalankan sehingga kesulitan menetapkan secara tegas apakah perlu tetap BDR atau bisa tatap muka.
Opsi belajar dari rumah yang menjadi satu-satunya pilihan, justru menyingkap kebobrokan sistem pendidikan selama ini.

Visi pendidikan yang sekuler, kurikulum yang tak jelas arah, metode pembelajaran yang kaku, kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung, membuat penyelenggaraan pendidikan di tengah wabah menjadi hal yang terasa begitu memberatkan.

Banyak dari orangtua yang merasa stress ketika anaknya belajar dari rumah. Orangtua tidak siap untuk menjadi guru selama belajar di masa wabah. Belum lagi belajar dirumah membutuhkan banyak paket internet yang akan menguras kantongnya. Apalagi kondisi ekonomi sekarang yang sedang ambruk.

Adapun bagi siswa, sekolah di masa wabah menimbulkan tekanan bagi diri mereka. Siswa dituntut untuk menyelesaikan tugas-tugas yang begitu banyaknya dalam satu waktu. Hal ini juga akan menimbulkan kebosanan.
Sedangkan bagi pendidik dan sekolah, situasi wabah tetap menuntut mereka untuk berpikir keras. Sedangkan tunjangan yang diberikan sangat minim, tetapi pembelajaran harus tetap berjalan.

New normal sejatinya merupakan ide busuk kapitalisme. Di masa wabah seperti ini penguasa Negara-negara kapitalis tetap tidak mau dirugikan. Supaya roda perekonomian mereka tetap berjalan, kehidupan harus kembali normal seperti saat sebelum wabah. Maka dari itu, sekolah-sekolah harus segera dibuka.

Padahal angka penyebaran Covid-19 di setiap daerah belum menurun. Bukan tidak mungkin dengan adanya new normal ini kasus Covid-19 akan meningkat lebih cepat, sehingga korban selanjutnya adalah generasi-generasi penerus peradaban.

Perwujudan kehidupan baru yang lebih baik menjadi mustahil jika masih berpijak di atas kapitalisme. Rezim sekuler tidak akan peduli terhadap keselamatan rakyatnya. Mereka hanya akan memikirkan kepentingannya sendiri sekalipun diatas penderitaan rakyat.

Inilah faktanya jika tetap mempertahankan sistem ini. Hidup akan terasa begitu kejam. Sudah jatuh tertimpa tangga. Rakyat akan terus menerus merasakan kesulitan hidup.

Kondisi wabah memang benar-benar membongkar bobroknya system hidup yang diterapkan, termasuk system pendidikan. Pendidikan hanya ditempatkan sebagai penompang penjajahan kapitalisme global. Yakni sekadar sebagai pencetak mesin pemutar roda industri belaka. Alias hanya untuk memenuhi pasar industri milik para kapitalis.

Berbeda jauh dengan sistem pendidikan Islam. Di dalam Islam, pendidikannya akan melahirkan generasi-generasi tangguh, beriman dan bertakwa yang akan mewujudkan peradaban emas sebagaimana pemuda-pemuda pada masa kejayaan Islam pada 14 abad silam.
Adapun fungsi pemimpin di dalam Islam yaitu sebagai pelayan rakyat. Sumber daya alam yang melimpah dialokasikan untuk mensejahterakan rakyatnya. Pemenuhan kebutuhan rakyat menjadi hal prioritas.

Sistem pendidikan juga harus dipastikan agar berjalan dengan sempurna. Mulai dari visi misi pendidikan, kurikulum, sistem pembelajaran, sarana prasarana yang memadai, gaji guru yang sesuai dengan keringatnya dan hal-hal lain yang dapat menunjang pendidikan harus diperhatikan, agar pengaturannya sesuai dengan konsep Islam.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan: “Aku tinggalkan untuk kalian sesuatu. Jika kalian berpegang teguh kepadanya, kalian tidak akan sesat selama-lamanya, yaitu Kitab Allah dan Sunnahku” (Diriwayatkan Imam Malik dan yang lainnya, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani).

Terakhir, tetap berpegang teguhlah pada kalimat-kalimat Allah. Senantiasa menebarkan Islam hingga ke seluruh pelosok negeri. Agar segera terwujud perisai kaum muslimin, yakni khilafah Islamiyah sehingga hidup menjadi mulia.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *