Bulliying Marak, Butuh Solusi Yang layak

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Bulliying Marak, Butuh Solusi Yang layak

Oleh Lesih Ummu Hasna

Kontributor Suara Inqilabi

 

News .Republika .co.id (Kemendikbudristek) atau Kementrian Pendidikan Budaya Riset dan Tekhnologi Menyatakan no  berdasarkan hasil Asesment Nasional pada 2022,terdapat 36,31 persen atau satu dari tiga peserta didik(siswa)

Di Indonesia berpotensi mengalami bullying atau perundungan (20 /10/2023)

Pada saat ini,kasus perundungan bullying pada anak usia sekolah menjadi masalah serius di Indonesia.Contoh kasus bullying di Cilacap Jawa Tengah,telah menarik perhatian nasional.

Dan kasus tersebut hanyalah salah satu contoh sebagian masalah ini yang ada di permukaan publik.Menurut Badan Pusat statistik (BPS) mayoritas siswa mengalami perundungan atau yang sering disebut sebut bulliying.Jumlah persentase kasus bullying nasional berkisar26.8 persen.

Kasus Bullying terus saja berulang, padahal pemerintah sudah menetapkan berbagai macam aturan.Namun sepertinya kasus bulliying bukan nya menurun tetapi malah Semakin meningkat. Dan Mirisnya Mayoritas para pelaku bullying adalah Anak Anak. Yang seharusnya hal itu tidak boleh terjadi, apalagi usia mereka masih terbilang Belia, Semua ini akibat penerapan sistem yang salah, maka wajar jika generasi negeri ini , tidak mempunyai adab yang baik.

Kasus bullying di negeri ini, penyebabnya sangat kompleks, sehingga tidak cukup apabila hanya di atasi dengan gerakan pelopor anti bullying semata. Karena pada faktanya gerakan pemerintah tersebut tidak mampu menghentikan kasus bullying ini. Kasus yang bisa mengakibatkan hilangnya nyawa pada anak anak .

Penerapan sistem sekularisme menghasilkan berbagai macam kasus bullying dan perundungan. karena penerapan Sistem inilah yang menjadi akar masalah dari timbulnya berbagai macam kasus perundungan dan bullying yang terjadi. Sistem pendidikan dalam sistem ini menyebabkan generasinya jauh dari agama, Karena apapun yang mereka inginkan, mereka raih dengan berbagai cara meski harus melanggar syariat Islam dan menempuhnya dengan cara kekerasan.sebab ini bagian dari kebebasan bertingkah laku yang tidak lain lahir dari sistem sekulerisme ini.

Dalam menangani kasus ini, keluarga mempunyai peran yang sangat penting, di dalam mendidik anak anaknya di rumah. Keluarga seharusnya menanamkan akidah Islam pada anak anak sejak dini.Sehingga dengan bekal keimanan itulah mereka mampu mengendalikan perbuatannya. Demikian juga dengan masyarakat, masyarakat juga mempunyai peran penting yaitu bertanggung jawab atas lingkungannya, yaitu dengan menumbuhkan sikap amar ma’ruf nahi Munkar kepada setiap anggotanya.

Selain itu Negara juga juga mempunyai peran yang sangat penting, karena Negaralah yang mempunyai andil besar dalam penerapan aturannya, serta mensukseskan sistem kehidupan yang di jalankan rakyatnya. Dalam Islam, orang yang paling mulia adalah orang yang paling bertakwa kepada Alloh, bukan orang yang mempunyai fisik bagus, harta yang banyak, kedudukan yang tinggi ataupun yang nilai akademinya tinggi.

Sehingga orang tidak akan mudah merendahkan orang lain apalagi sampai berbuat semaunya dan menyakiti orang lain Hanya khilafah yang mampu memberikan solusi yang tuntas bahkan sampai keakarnya .karena hanya dalam sistem Islam yang mampu melahirkan generasi yang kuat dan bersaksiyah Islam,Bukan generasi generasi strawbery seperti pada sistem ini. Untuk itu, mari kita lanjutkan kehidupan Islam agar generasi setelah kita menjadi orang yang bertaqwa sehingga jauh dari perbuatan yang menghantarkan hilangnya nyawa seseorang.

Wallahu a’lam bissawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *