Antara Tayangan Televisi dan Kita

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Ummu Ayyash

 

Dengan alasan publikasi budaya, salah satu televisi swasta menayangkan rangkaian acara pernikahan dua selebriti ternama tanah air. Protespun datang dari Koalisi Nasional Reformasi Penyiapan (KNPR) yang terdiri dari beberapa organisasi masyarakat. Televisi swasta tersebut dianggap telah membajak frekuensi publik untuk kepentingan privat.

Hal ini sebenarnya bukan kejadian pertama. Karena beberapa tahun yang lalu dua selebritis ternama juga melakukan hal yang sama. Acara pernikahan keduanya disiarkan secara langsung di stasiun televisi swasta yang sama dalam durasi tujuh jam non stop. Saat itu, acara tersebut juga telah mendapat teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Mengapa hal ini terus terjadi dan berulang?

Kehidupan kapitalisme telah membuat media kehilangan fungsi strategisnya. Sejak dari awal, televisi dibuat sebagai sarana hiburan semata. Jikalaupun ada acara berita dan informasi, durasinya sangat sedikit dibandingkan dengan acara-acara hiburan seperti sinetron, musik, gosip artis dan lain-lain.

Padahal apa pentingnya dan apa manfaat acara-acara tersebut bagi masyarakat? Jelas tidak ada manfaatnya dan justru akan menghabiskan energi yang sebenarnya bisa dipakai untuk kegiatan bermanfaat lainnya. Acara-acara seperti itu hanya akan mengalihkan perhatian masyarakat terhadap hal strategis lainnya.

Selain itu, masyarakat akan lebih memilih kehidupan yang santai dan tidak mau berpikir yang berat-berat. Maunya yang ringan-ringan dan senang-senang saja. Melihat berita nasib saudara-saudara muslim di belahan bumi lain nyaris tak pernah. Konflik Suriah, Myanmar dan lain-lain tak pernah mau tau atau menyempatkan mencari tau. Tapi berita tentang selebriti idola diuber-uber sampai setiap saat dicari.

Kehidupan Islam yaitu kehidupan Rasululloh dan para sahabat tentu saja jauh dari yang demikian. Bukan karena di masa beliau tidak ada handphone tetapi karena kehidupan kaum muslimin saat itu menyatu dengan menuntut ilmu dan meraih ketakwaan. Seluruh pusat perhatian umat adalah untuk dakwah dan kemuliaan Islam.

Rasululloh Saw telah mengingatkan kita dalam sebuah haditsnya. Beliau bersabda, “Barang siapa bangun di pagi hari, tapi tidak memikirkan nasib kaum Muslimin, maka dia bukan termasuk golonganku.” (Hr Tabrani)

Di balik acara-acara seperti ini, ada tiga bahaya besar yang harus kita waspadai. Pertama, menuntun penonton menuju kejumudan berpikir. Kedua, memalingkan penonton dari permasalahan yang seharusnya mendapat perhatian lebih. Ketiga menyuburkan tradisi senang membicarakan dan mengomentari urusan orang lain yang akhirnya berujung ghibah (ngerumpi).

So, kita harus mendorong pemerintah untuk segera bertindak. Kalau tidak, generasi masa depan akan semakin buram, malas dan tidak produktif.

Wallahua’lam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *