Ramadan, Momentum Perubahan

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Ramadan, Momentum Perubahan

 

Erna Ummu Azizah

Kontributor Suara Inqilabi 

 

Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah bersabda: “Seluruh umatku akan masuk ke dalam surga, kecuali yang enggan. Para shahabat bertanya: “Siapakah yang enggan wahai Rasulullah”. Beliau menjawab: “Barangsiapa yang mentaatiku, maka ia akan masuk surga. Dan barangsiapa yang bermaksiat kepadaku, maka dialah yang enggan.” (HR. Al-Bukhari)

Ramadan, adalah bulan penuh cinta dari Allah Sang Maha pengasih lagi Maha penyayang. Bukan berarti di bulan-bulan lain, cinta Sang Rahman tiada menyapa jiwa-jiwa yang lemah seperti kita, tidak demikian. Cinta Allah akan tetap menyapa kita, akan tetap setia memenuhi tiap detik hidup kita, walau bagaimanapun kita sering bermaksiat pada-Nya, walau bagaimanapun kita sering khianat pada-Nya. Subhanallah. Hanya saja, Allah memang mengistimewakan Ramadan, sebagaimana disebutkan oleh lisan manusia mulia, Rasulullah Saw bahwa setiap siang dan malam di bulan Ramadan, Allah memiliki hamba yang dibebaskan-Nya dari siksa neraka.

“Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang dibebaskan dari neraka setiap siang dan malam dalam bulan Ramadan, dan semua orang muslim yang berdo’a akan dikabulkan do’anya” (HR. Al-Bazzar, Ahmad, Ibnu Majah, hadits shahih)

Dalam bulan yang istimewa ini, Allah mewajibkan pada setiap orang yang beriman untuk melakukan ibadah puasa. Ibadah puasa selama Ramadan ini pun adalah ibadah yang sangat istimewa. Bila ibadah-ibadah lain disebutkan nilai lipatganda balasannya, spesial untuk ibadah puasa ini, Allah sendiri yang akan menentukan besar nilainya.

Dari Abu Hurairah ra, dia bercerita, Rasulullah Saw bersabda, “Setiap amal anak Adam akan dibalas berlipat ganda. Kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya sampai 700 kali lipat. Allah Ta’ala berfirman, ‘Kecuali puasa, di mana puasa itu adalah untuk diri-Ku dan Aku akan membalasnya. Dia meninggalkan nafsu syahwat dan makanan demi diri-Ku.’ Dan orang yang berpuasa itu memiliki 2 kegembiraan; kegembiraan saat berbuka dan kegembiraan saat berjumpa dengan Rabbnya. Dan sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kesturi.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Maka buah dari semua keistimewaan itu adalah takwa. Sebuah status yang akan membawa pemiliknya merasakan kenikmatan abadi yang tiada pernah terbayangkan oleh pikiran, tiada pernah dilihat oleh mata, yaitu surga-Nya. Tidak hanya itu, pemilik ketakwaan tidak akan pernah merasa gundah dan gulana, karena setiap permasalahan hidup yang dialaminya akan diberikan solusi bahkan cara yang tidak terduga-duga.

“….barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaaq: 2-3)

Bahkan tidak hanya kenikmatan individu yang akan kita dapatkan, namun juga akan menyebarkan manfaat kepada seluruh alam, sebagaimana keindahan ajaran Islam. Sungguh Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang, akan membuka banyak pintu keberkahan di langit dan di bumi selama, penduduk suatu negeri itu, beriman dan bertakwa. Selama penduduk suatu negeri itu, beriman, dan mengimplementasikan imannya itu dalam kesehariannya, niscaya Allah akan menumpahkan banyak keberkahan pada mereka.

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raaf: 96)

Berdasarkan firman Allah di atas, maka adalah keniscayaan untuk kita semua, agar bersungguh-sungguh melakukan perubahan menuju perbaikan kualitas keimanan. Kemudian melaksanakannya dalam bentuk ketakwaan, bila kita menginginkan kondisi bangsa dan negara Indonesia yang kita cintai ini menjadi lebih baik dari kondisi saat ini. Karena sungguh Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, kecuali mereka memperbaiki apa yang ada pada diri mereka.

Tentu kita bisa lihat fakta saat ini. Ketika aturan Allah yang Maha sempurna ini tidak diterapkan dalam kehidupan secara menyeluruh (kaffah), maka keterpurukan demi keterpurukan menimpa umat manusia, baik muslim maupun non muslim. Kemaksiatan dan kezaliman pun merajalela. Maka sudah semestinya kita kembali kepada aturan Allah, yaitu syariah Islam.

“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. Al-Maidah: 50)

Semoga Ramadan tahun ini bisa menjadi momentum perubahan ke arah yang lebih baik. Dan semoga negeri baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur bisa terwujud di negeri kita tercinta, aamiin.

Wallahu a’lam bish-shawwab.[]

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *