Banjir Kembali Terjadi, Islam Solusinya?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Banjir Kembali Terjadi, Islam Solusinya?

Suhirnan, S.Pd

(Aktivis Dakwah Muslimah)

Banjir kini mulai menghantui masyarakat, khususnya di Indonesia ada beberapa wilayah terkena banjir. Salah satunya wilayah Cirebon dan sekitarnya. Berdasarkan data dari BPBD Cirebon, banjir melanda 36 desa di sembilan kecamatan Kabupaten Cirebon sejak minggu lalu. Akibatnya kurang lebih 20 ribu unit rumah terdampak banjir dan dua orang meninggal dunia. Kepala BPBD Cirebon Deni Nurcahya mengatakan bencana banjir tersebut disebabkan meluapnya debit air di sejumlah sungai, sehingga merendam permukiman warga dengan ketinggian sekitar 20 sentimeter sampai 2,5 meter. (Tirto.id, 6/3/2024)

Di samping itu juga akibat tingginya curah hujan menyebabkan 4 daerah di Sumatera Barat dilanda banjir dan tanah longsor sejak kamis (7/3/2024) malam. Berdasarkan data BPBD, daerah yang terparah adalah Padang dan Pesisir Selatan. Di Padang, selain menyebabkan akses jalan lumpuh karena tanah longsor juga menyebabkan banjir di kecamatan lubuk kilangan, lubuk begalung, padang timur dan naggalo. Sedangkan di Pesisir Selatan juga menyebabkan jalan nasional lumpuh dan banjir melanda tiga kecamatan yaitu kota XI tarusan, Batang kapas, dan IV Jurai dan satu jembatan penghubung terputus. (regional.kompas.com, 8/3/2024)

Penyebab Banjir

Bencana banjir bukan kali pertama, sudah sering terjadi setiap tahun pada musim penghujan. Namun dalam kejadian ini perlu menjadi pelajaran pada setiap tahunnya agar upaya mitigasi bencana dapat ditangani lebih serius lagi, sehingga peristiwa ini tidak kembali meresahkan masyarakat terlebih lagi menghilangkan nyawa. Pemicu dalam bencana ini bukanlah semata-mata dari masyarakat itu sendiri atau akibat curah hujan, melainkan faktor penyebab yang mendasarinya adalah akibat industrialisasi dan pembangunan kota yang tidak ramah lingkungan. Kebijakan pembangunan yang tidak tepat akan mengakibatkan berbagai kerusakan dalam tata kelola tanah dan lingkungan serta penataan ruang hidup.

Maraknya industrialisasi dan pembangunan yang tidak ramah dapat beresiko pada terjadinya banjir dan tanah longsor. Dalam sistem sekarang yaitu kapitalisme sekularisme meniscayahkan hal ini, sebab keuntungan materi seringkali mengabaikan resiko dan bahaya yang terjadi pada masyarakat dan lingkungan. Pengalihan fungsi lahan di daerah hulu yang masif di atas legalitas penguasa telah menghilangkan area resapan yang sangat penting ketika hujan datang yaitu pengunungan atau daratan tinggi. Demikian juga industralisasi yang begitu masif di daerah hulu juga penyebab kacaunya tata ruang wilayah akibat dari konsep liberalisasi ekonomi dalam sistem ekonomi kapitalisme atas nama investasi dan pertumbuhan ekonomi, negara menyetujui penguasaan tersebut yang merupakan milik publik oleh segelintir orang atau korporasi.

Dalam sistem kapitalisme yang diemban sekarang pembangunan yang seharusnya berada pada tanggung jawab pemimpin seluruhnya kini diahlifungsikan kepada pihak swasta yang kurang memperhatikan keselamatan masyarakat juga abainya penguasa terhadap permasalahan ini. Alih-alih kebijakannya demi kemaslahatan umat justru secara nyata merampas ruang hidup masyarakat. Untuk dapat menyelesaikan persoalan ini maka dibutuhkan penyelesaikan yang sistemis bukan individual yaitu sistem yang kondusif mampu menyelesaikan problematika ini dengan satu institusi membuat kebijakan pengelolaan secara seimbang dan memberlakukan sistem sanksi yang tegas bagi siapa saja yang telah melakukan pelanggaran aturan. Sistem ini menjadikan ketundukannya hanya pada aturan Allah bukan pada materi atau keuntungan duniawi. Sistem ini adalah rahmat bagi seluruh alam yakni sistem Islam.

Islam Solusinya

Dalam Islam memiliki solusi jitu untuk setiap permasalahan termasuk masalah lingkungan. Kerusakan lingkungan dan bencana alam akibat tangan-tangan manusia pemecahannya haruslah sesuai aturan Sang Pencipta. Karena sejatinya seluruh yang ada di alam semesta, manusia maupun kehidupan semua diciptakan Allah ta’ala. Sehingga pengelolaan lingkungan harus sesuai sunatullah. Setiap permasalahan tentu ada solusinya begitupun manusia sebagai makhluk diperintahkan untuk selalu berbuat baik dan dilarang untuk berbuat kerusakan di muka bumi berdasarkan firman Allah Swt dalam Qs Al-A’raf ayat 56 berbunyi : “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah Swt) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”

Olehnya itu, seharusnya pengelolaan alam digunakan sebagaimana mestinya tanpa merugikan orang lain. Segala sesuatu di alam semesta diciptakan untuk kemaslahatan umat dan menjaganya sebagai khalifah di bumi bukan sebaliknya untuk merusaknya sebab kerusakan atau bencana yang terjadi di muka bumi akibat tangan manusia, sebagaimana firman Allah Swt dalam Qs Ar-Rum ayat 41 berbunyi :

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Dengan kata lain, Islam sangat menjaga seluruh yang ada di alam semesta ini. Bencana banjir, tanah longsor atau kerusakan lainnya dapat diatasi dengan Islam. Jika sistem kapitalisme sekulerisme ada tanpa penyelesaian permasalahan dan kurang memperhatikan keselamatan masyarakat maka Islam datang untuk menjadikan negara sebagai rain yang bertanggung jawab atas kondisi rakyat dan menjamin pemenuhan kebutuhan hidupnya dengan berbagai kebijakan, termasuk melakukan mitigasi yang cermat dan menyeluruh.

Wallahu a’lam bish-shawwab.

 

 

 

 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *