Kasus Berulang dan Keseriusan Pemerintah Dalam Penanganan DBD

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Kasus Berulang dan Keseriusan Pemerintah Dalam Penanganan DBD

Uswatun Khasaanh

Muslimah Brebes

 

Demam berdarah dengue merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Virus demam berdarah disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Demam berdarah dengue menyebabkan nyeri hebat, seperti patah tulang. Bagi sebagian pasien, demam berdarah dengue bisa menjadi penyakit yang sangat mengancam nyawa.

Demam berdarah dengue masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Tingkat infeksi penyakit ini termasuk yang tertinggi di antara negara-negara Asia Tenggara. Hingga 1 Maret 2024, terdapat hampir 16.000 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di 213 kabupaten/kota di Indonesia, dengan 124 kematian.

Kasus DBD tertinggi tercatat di Tangerang, Bandung Barat, Kota Kendari, Subang, dan Lebak, dan diperkirakan akan terus berlanjut hingga April seiring musim hujan menyusul El Niño. Meski DBD bisa disembuhkan, perlu mewaspadai komplikasi syok DBD, atau Dengue Shock Syndrome (DSS) dalam terminologi medis, yang bisa berujung pada kematian.

Syok dapat terjadi karena pasien DBD terlambat menerima pengobatan, termasuk kurangnya kesadaran akan gejala awal syok.

Anggota Komite 9 DPR RI Netty Prasetiyani Aher meminta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengedukasi masyarakat mengenai meningkatnya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Sebab, saat ini sedang terjadi mutasi baru penyakit demam berdarah.

Neti menekankan pentingnya edukasi masyarakat guna mengendalikan lonjakan kasus DBD yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Hasilnya, masyarakat siap memasuki musim transisi.

“Ini perlu disampaikan kembali kepada masyarakat dan masyarakat perlu diedukasi secara masif,” ujarnya. “Termasuk deteksi dini, pelaporan kasus, dan pemantauan epidemiologi DBD di berbagai daerah,” ucapnya. (www.rri.co.id, 24 Maret 2024).

Upaya Pencegahan DBD

DBD sangat berbahaya karena angka kematiannya tinggi dan hingga saat ini belum ditemukan pengobatannya. Selain itu, sebagian besar yang tertular adalah anak-anak. Tingginya angka kejadian penyakit demam berdarah dipicu oleh musim hujan yang sangat memudahkan jentik nyamuk berkembang biak karena banyak genangan air di sekitar pemukiman, seperti selokan, ban bekas, kaleng, botol, sampah, dan lain-lain.

Namun, demam berdarah adalah penyakit yang dapat dicegah. Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah dengan menerapkan PSN 3M, yaitu Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan Menguras tempat penampungan air, Menutup tempat penampungan air, dan Mendaur ulang barang-barang yang dapat menjadi sarang nyamuk Aedes aegypti.

Oleh karena itu, gaya hidup masyarakat yang tidak memperhatikan kebersihan lingkungan menjadi pemicu penting terjadinya wabah demam berdarah. Kesadaran pencegahan harus ditanamkan sejak dini untuk menciptakan sistem hidup bersih dan sehat.

Segala upaya telah dilakukan, mulai dari mengedukasi masyarakat tentang pentingnya PSN 3M hingga fogging (pengasapan dengan insektisida untuk membunuh nyamuk dewasa dalam skala besar). Namun, mengapa epidemi demam berdarah semakin meningkat?

Tren peningkatan ini menunjukkan bahwa upaya pencegahan dan pengobatan yang dilakukan pemerintah masih kurang optimal dan serius. DBD merupakan penyakit endemik yang banyak terjadi di daerah tropis dan subtropis seperti Indonesia. Mengetahui hal tersebut, pemerintah harus lebih serius dalam mencegah peningkatan kasus DBD di Indonesia. Sebab, penyakit demam berdarah kambuh setiap tahunnya dengan tren pertumbuhan yang berbeda-beda.

Upaya pemerintah dalam mencegah penyebaran penyakit demam berdarah terus berkisar pada pengendalian vektor (viral vector), dengan keterlibatan masyarakat. Berbagai kampanye nasional telah diluncurkan sejak tahun 1980an, termasuk larvasida, fogging terkonsentrasi, 3M plus (drainase, mulsa, penguburan/daur ulang barang-barang lama dan vaksinasi), juru pemantau jentik (jumantik), Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1), hingga pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

Berdasarkan faktor-faktor di atas, pendidikan saja tidak cukup untuk mencegah penyakit demam berdarah, namun juga memerlukan kekuatan ekonomi. Kalau perekonomian lemah, bagaimana masyarakat bisa hidup sehat, layak, menjaga lingkungan dan asupan pangan? Belum lagi membersihkan genangan air, mendapatkan air bersih juga sulit.

Kapitalis, Akar Masalah

Oleh karena itu, akar permasalahan epidemi demam berdarah sekali lagi tidak dapat dipisahkan dari formulasi kebijakan kapitalis. Kebijakan ekonomi kapitalis membuat masyarakat sulit memperoleh seluruh kebutuhan dasar, termasuk perumahan yang layak huni. Sebab, negara menyerahkan pengadaan perumahan kepada swasta.

Dalam kapitalisme, kesehatan menjadi sektor jasa yang dikomersialkan seperti transaksi jual beli. Misalnya vaksin demam berdarah sudah tersedia, namun mendapatkannya tidak gratis. Jika masyarakat ingin mendapatkan vaksin demam berdarah, mereka harus mengeluarkan biaya sebesar Rp700.000 per dosis. Pemerintah tidak bisa memberikan vaksin ini secara gratis karena kapasitas produksi vaksin demam berdarah dalam negeri masih sangat terbatas dan memerlukan waktu yang lama.

Rendahnya pemahaman masyarakat terhadap DBD dan kurang optimalnya pendidikan pemerintah juga berkontribusi terhadap peningkatan kasus DBD. Masyarakat yang kurang memiliki pengetahuan terkini tentang demam berdarah mengurangi kesadaran terhadap penyakit ini.

Jika swasta, berorientasi pada keuntungan dan tidak lagi memenuhi kebutuhan perumahan masyarakat. Akibatnya, dapat kita temukan pembangunan perumahan besar-besaran, yang semuanya tidak terjangkau. Rumah mewah terus dibangun, orang kaya terus membeli rumah sendiri atas nama investasi, sedangkan masyarakat miskin malah tidak punya rumah yang layak.

Belum lagi kebijakan ekonomi kapitalis membuat masyarakat semakin miskin. Kebijakan yang menguntungkan pengusaha telah ditetapkan, seperti kebijakan pengupahan dalam UU Omnibus Law Cipta Kerja yang ketentuan barunya membuat upah pekerja menjadi lebih rendah dan kebutuhan dasarnya menjadi lebih tinggi. Kondisi ini membuat masyarakat semakin menjauhi asupan nutrisi.

Demikian juga di bidang kesehatannya, kebijakan kapitalistik menyebabkan hanya sedikit orang yang memiliki akses terhadap layanan kesehatan. Padahal pasien demam berdarah harus segera mendapat pengobatan untuk menghindari risiko kematian. Fasilitas sanitasi dan tenaga kesehatan menumpuk di perkotaan, namun langka di perdesaan.

Selain itu, efek nyata adanya penerapan kebijakan kapitalistik yang menjadikan standar untung rugi dalam melayani kebutuhan masyarakat. Akhirnya tidak mampu menjamin kebutuhan dasar masyarakat, seperti pendidikan dan kesehatan. Hal ini juga mempunyai implikasi terhadap permasalahan kesehatan seperti kemiskinan yang terkait dengan malnutrisi, sanitasi yang tidak sehat, dan layanan kesehatan yang berbayar dan mahal.

Solusi Penanganan Islam

Dalam perspektif Islam, pengelola sistem kesehatan mengandalkan negara sebagai penjamin kebutuhan dasar masyarakat. Islam memiliki mekanisme preventif dan terapeutik untuk mengatasi epidemi atau penyakit yang menyebar di masyarakat.

Islam, sebagaimana agama Rahmatan Lil Alamin, memiliki banyak mekanisme komprehensif untuk mengalahkan epidemi tersebut. Islam menjadikan negara sebagai pihak yang bertanggung jawab atas segala kebutuhan rakyatnya. Semua orang akan memiliki akses terhadap semua kebutuhan dasar, mulai dari sandang, pangan, papan, termasuk kesehatan, keselamatan dan pendidikan.

Begitu pula dengan kebutuhan pangan bergizi, negara akan memastikan seluruh pencari nafkah laki-laki mendapatkan pekerjaan. Jika kepala keluarga tidak mampu mencari nafkah karena sakit atau cacat, dan tidak ada kerabat yang bisa membantu, negara dapat turun tangan untuk menafkahi keluarga tersebut.

Di sisi lain, negara juga menerapkan sistem kesehatan yang kendalinya langsung di bawah negara. Sehingga layanan kesehatan dapat diakses oleh semua warga negara. Fasilitas dan tenaga kesehatan tersebar merata di seluruh wilayah. Dengan demikian, pasien yang terkena demam berdarah misalnya, akan bisa diobati dengan mudah dan cepat.

Oleh karena itu, jika kebijakan berfokus pada kepentingan rakyat, maka kebutuhan dasarnya, termasuk kesehatan, akan terpenuhi. Selain pendidikan, menjaga kesehatan juga merupakan bagian dari perintah Allah Taala. Dengan dorongan ketaqwaan, masyarakat dengan lemah lembut menjaga lingkungannya, menjaganya tetap bersih dan sehat.

Sehingga, permasalahan kesehatan dalam Islam mampu ditangani secara tuntas bahkan mampu mewujudkan masyarakat yang sehat dan unggul. Wabah penyakit dapat diatasi dan kesehatan masyarakat dilindungi sepenuhnya oleh negara. Semua itu hanya dapat dicapai dalam sistem pemerintahan yang menganut Islam secara menyeluruh. Inilah gambaran jaminan Islam untuk menghilangkan wabah secara menyeluruh.

Wallahu’alam bish-shawwab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *