Tarif Listrik Naik, Hidup Rakyat Makin Pelik

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tarif Listrik Naik, Hidup Rakyat Makin Pelik

Antika Rahmawati

(Aktivis Dakwah)

Saat harga kebutuhan pangan sedang naik, kali ini tarif listrik juga akan mengalami kenaikan. PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) telah menetapkan kenaikan tarif listrik, yakni bulan Januari-Maret 2024. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan, Jisman P Hutajulu menyatakan bahwa pemerintah punya pertimbangan dalam kebijakan penetapan tarif listrik Januari-Maret 2024 tidak dinaikkan.

Alasan beliau yakni penetapan tarif listrik dengan harga tetap ini, untuk menjaga daya saing para pelaku usaha dan data beli masyarakat serta mecegah terjadinya inflasi. (fajar.co.id,24-02-2024) Pemerintah Jakarta memastikan tarif listrik tidak akan mengalami kenaikan hingga Juni 2024, harga untuk per 1 Maret ini dipastikan masih sama seperti tahun lalu. Menteri Koordinator Bidang Perekonoian, Airlangga Hartato menjelaskan pemerintah akan menahan kenaikan tarif listrik dan BBM hingga Juni 2024.

Namun, kendati demikian PT PLN membutuhkan suntikan dana tambahan untuk mencegah adanya kenaikan harga listrik. Dan penetapan tarif listrik ini, hanya berlaku untuk 13 golongan pelanggan PLN nonsubsidi. (Bisnis.com, 03-03-2024)

Untuk saat ini, kenaikan harga listrik memang ditangguhkan oleh pemerintah dan itupun memerlukan dana tambahan sebagai solusi pencegahannya. Hal tersebut pasti akan melibatkan swasta dalam penyuntikan dana untuk PLN, padahal sejatinya swasta akan menginginkan keuntungan yang bisa jadi mengakibatkan tarif listrik akan dinaikan. Sementara itu, rakyat masih tercekik harga kebutuhan pokok yang melambung tinggi sehingga untuk memenuhi kebutuhan saja harus menghemat.

Hidup dalam sistem kapitalisme ini, tidak mampu menekan kenaikan harga barang dan BBM. Sebab, orientasi dalam kapitalisme yakni ‘kapital’, uang, materi dan didukung oleh asas manfaat yang mementingkan keuntungan semata. Negara tidak mandiri dalam mengelola sumber daya alam, sehingga keuntungan yang seharusnya menjadi kesejahteraan bagi rakyat justru dikeruk oleh oligarki.

Negara dalam kapitalisme, memisahkan aturan syarak dengan kehidupan maka yang terjadi adalah kerusakan. Kesejahteraan rakyatpun menjadi tumbal, akibat penguasa yang terlalu tunduk oleh swasta dan asing. Negara sebagai pengayom, kini disetir oleh kebijakan-kabijakan yang dipesan oleh pihak swasta maupun asing sehingga rakyat terlunta-lunta bertahan hidup di tengah naiknya semua kebutuhan hidup.

Negara Lalai Menyelamatkan Hajat Hidup Masyarakat

Dengan naiknya semua kebutuhan pokok, negara dinilai tidak serius untuk mencegah adanya kenaikan harga barang. Kenaikan tarif listrik serta kebutuhan pokok bahkan BBM, itu seperti pertukaran mata uang yang akhirnya menyebabkan krisis. Jika pemerintah hanya mengontrol kebijakan, maka hidup rakyatnya akan lebih pelik lagi.

Pemerintah seharusnya lebih mengedepankan urusan hajat masyarakat, sebab, negeri ini sudah penuh dengan kemiskinan bahkan sudah ke tahap eksterm. Namun, belum selesai masalah kemiskinan lagi-lagi rakyat harus menanggung beban kenaikan tarif kebutuhan sehari-hari. Sayangnya, kapitalisme yang masih tertancap saat ini menjadikan agar negara menjadi diktator.

Yang di mana masyarakat dipaksa untuk mematuhi peraturan negara, tetapi balasan negara untuk rakyat tidak sebanding dengan kepatuhannya. Inilah yang akan mengindikasi tingginya angka kesengsaraan rakyat dalam jangka panjang, sebab, tidak ada solusi tuntas dalam mengatasi problem ini. Penguasa enggan dikritik masalah kebijakan, padahal peraturan yang telah ditetapkan saat ini tidak berpihak pada rakyat.

Untuk saat ini pemerintah memerlukan banyak dana, sebagai penyokong agar tarif listrik dan BBM tidak naik. Sehingga solusi yang ditawarkan dalam hal ini adalah melibatkan kapitalis sebagai investor, agar semua dapat terwujud akhirnya negara bekerjasama dengan para pengusaha. Dan hal tersebut yang akan memicu ada kenaikan harga sewaktu-waktu, bisa jadi nanti kedepannya tarif listrik akan benar-benar naik.

Tentu, semua akan kembali kepada pengusaha dan rakyat kembali mengalami nasib yang pelik. Tidak ada yang dapat mengatasi permasalahan kehidupan, kecuali dengan menumbangkan sistem kufur kapitalisme ini. Karena sudah bukan rahasia umum, bahwa kapitalisme ini hanya menambah masalah baru di saat rakyat butuh kesejahteraan dan mengalami kebuntuan.

Islam Solusi Tuntas Problem Ekonomi Rakyat

Berbeda dengan Islam, yang mempunyai solusi tuntas atas setiap permasalahan. Termasuk dalam menyelesaikan masalah yang dialami umat, salah satunya adalah problem listrik. Negara yang menerapkan aturan Islam, dalam sebuah konstitusi khilafah Islamiyah mampu bergerak dengan mandiri tanpa sokongan dari asing maupun pemilik modal.

Negara menyediakan SDA yang cukup untuk akhirnya dikembalikan kepada rakyat, termasuk dalam mengelola tenaga listrik. Dalam Islam, sumber daya alam merupakan hak umum yang boleh di ambil oleh rakyatnya sampai mereka rasa cukup. Negara tidak menyerahkan pengelolaan sumber daya alam, kepada para pihak diluar Daulah atau asing maupun swasta atau pengusaha.

Sebab, negara memahami dan mengatur kebijakan pengelolaan sumber daya alam, sehingga tidak heran dalam masa khilafah Islam masyarakat telah terpenuhi hajat hidupnya. Semua ditanggung oleh penguasa, dan tidak ada satu rakyat yang kekurangan bahkan untuk kehidupan sehari-hari semua ditanggung oleh negara. Sebab dalam Islam, fungsi negara adalah melayani umat, sedangkan politik itu sendiri adalah “mengurusi urusan umat atau rakyat”.

Islam melarang pengelolaan sumber daya alam di serahkan kepada swasta maupun asing, bahkan hubungan diplomasi antara daulah dengan asing saja tidak diizinkan oleh penguasa. Maka, sepanjang sejarah kegemilangan Islam dalam negara khilafah Islam tidak pernah sekalipun mengambil kerjasama dengan asing. Sehingga semua yg akan kembali pada rakyat, dikelola mandiri oleh Daulah.

Dalam daulah, dituntut bagi seorang Khalifah untuk memahami bahwa sumber daya alam yang dikelolanya adalah milik Allah yang dapat dimanfaatkan sebaik mungkin. Seperti yang telah Allah firmankan dalam Surah Al-Baqarah ayat 164, yang artinya :

“sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut, membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (keringnya), dan Dia sebarkan di bumi segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, sungguh terdapat tanda-tanda ke-Esaan Allah dan kebesaran Allah bagi kaum yang berpikir”.

Dari ayat di atas, bahwa penciptaan malam dan siang, angin dan awan serta seluruh isi di bumi adalah ciptaan Allah azzawajalla yang boleh dimanfaatkan. Namun, dalam pengelolaan tersebut membutuhkan seorang pemimpin yang adil untuk memanfaatkan sumber daya alam tersebut. Bukan pemimpin yang hanya tunduk pada keuntungan pribadi, tetapi pemimpin yang takut akan hukum Allah azzawajalla.

Sebab, jika pemimpin tidak takut (taat) pada aturan Allah, maka sudah dapat dipastikan bahwa dia tidak akan mampu memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya. Selain agama yang sempurna, Islam mempunyai ciri khas dalam memimpin dunia yakni menjadikan kedaulatan berada di tangan syarak. Sehingga mampu mengatasi problem kemiskinan, kenaikan bahan pokok di lingkungan masyarakat, biaya pendidikan, kesehatan semua merupakan tanggungjawab negara.

Saatnya kita beralih untuk memperjuangkan hak umat, dengan mengkaji Islam kafah bersama kelompok Islam ideologis kemudian menyuarakannya di tengah masyarakat. Karena hanya dengan dakwah masif, masyarakat lambat laun akan mulai membuka matanya bahwa kondisi saat ini sangat jauh dari kata ideal.

Allahu a’lam bisshowab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *