Tahun baru: Harapan Baru Umat Muslim?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tahun baru: Harapan Baru Umat Muslim?

Rika Triyany

(Aktivis Muslimah) 

 

Berakhir sudah tahun 2023. Kini tahun baru sudah kita lewati beberapa hari. Meriahnya pesta kembang api yang menjadi tradisi masyarakat umumnya sudah berakhir pula. Banyak harapan baru yang diimpikan oleh semua orang di tahun yang baru ini, tak terkecuali dengan umat muslim. Menjadi sebuah keharusan di negara kita perayaan pergantian tahun baru itu, identik dengan pesta kembang api. Banyak masyarakat ikut berbondong-bondong sekedar hanya untuk menyaksikan pesta kembang api yang di gelar pada malam detik-detik pergantian tahun.

Jakarta salah satu ibu kota terbesar di negera ini yang menyelenggarakan pesta kembang api pada saat malam Tahun Baru. Bahkan di sinyalir pesta kembang api di ibu kota itu tidak hanya digelar di satu lokasi saja tepat nya ada 9 lokasi yang menjadi tempat pesta kembang api itu di antara nya ada Di monas, Ancol, bundaran HI, gelora bungkarno, kawasan SCBD (sudirman central business District), PIK 2 (pantai indah kapyuk 2), Taman mini indonesia indah, kota tua dan JIExpo Kemayoran.

Bukan hanya di Jakarta saja banyak orang berbondong-bondong memadati pusat kota dimana pesta kembang api di gelar. Di Daerah Istimewa Yogyakarta pun sama, dari sore hari masyarakat sudsh mulai memadati kawasan Tugu Pal Putih hingga Malioboro Kota Yogyakarta pada hari minggu (31/12/2023). Disinyalir Kawasan tersebut masih menjadi tempat favorit bagi masyaakat yang datang ke DIY untuk menghabiskan malam tahun baru.

Tapi kita tidak bisa menutup mata. Di malam pergantian tahun baru juga banyak kemaksiatan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Di Tahun baru seyogianya menjadi harapan dan resolusi yang baru. Namun, banyak sisi gelap dari perayaan pergantian tahun yang mengkhawatirkan. Sebagai contoh Kota Mataram yang saat ini tumbuh menjadi kawasan metropolitan. adalah salah satu bayang-bayang dari sisi gelap perayaan pesta malam tahun baru. Yaitu dengan adanya Pesta, hura-hura, hingga seks bebas. (www.lombokpost.jawapos.com)

Pada saat yang sama umat muslim di belahan bumi yang lain sedang tidak baik baik saja. Saudara kita di jalur gaza palestina sedang di bombardir terus menerus. Bahkan tentara Israel makin beringas menyerang warga Palestina di Jalur Gaza. Pasukan Israel memaksa masuk ke area tengah dan selatan Gaza pada Sabtu (30/12) waktu setempat. Menurut penuturan warga sekitar, serangan Israel dilancarkan menggunakan artileri berat.

Sebelumnya, Israel menyatakan perang masih akan berlanjut hingga berbulan-bulan. Serangan terbaru difokuskan di al-Bureij, Nuseirat, Maghazi, dan Khan Younis. Pesawat tempur Israel secara intens menyasar beberapa rumah sakit di Gaza dan melukai pasien Palestina. Laporan Reuters dari informasi otoritas Hamas mengatakan bombardir Israel menewaskan 165 orang di Gaza selama 24 jam terakhir, dikutip Minggu (31/12/2023). Selain itu, ada 250 orang yang mengalami luka parah. (cnbcindonesia.com, 31/12/2023)

Tidak hanya warga palestina yang ketika pergantian tahun baru nyawa mereka terancam. Penderitaan saudara muslim kita dari Rohingya pun masih belum berakhir. Kabar terbaru adanya insiden pemindahan paksa oleh ratusan mahasiswa terhadap pengungsi Rohingya di Banda Aceh menyisakan trauma dan ketakutan bagi korban. Sementara, kelompok masyarakat sipil menyesalkan aksi pengusiran yang disertai kekerasan dan intimidasi. Badan PBB yang menangani pengungsi, UNHCR, menyerukan agar pihak berwenang menjamin keselamatan para pengungsi yang kini totalnya berjumlah 1.608 orang di Aceh (Bbc.com)

Nasionalisme Memberangus Sila ukhuwah

Itulah sekelumit perayaan tahun baru di Indonesia dan belahan bumi yang lain. Padahal Umat Islam itu bagaikan satu tubuh. Ketika salah satu bagian tubuh merasakan sakit bagian yang lain juga sama merasakan sakit. Tetapi sangat jauh berbeda ketika tahun baru yang sekarang di Indonesia mereka berpesta poya, di belahan yang lain nyawa saudara seiman kita sedang terancam. Tampak nyata paradoks kaum muslim dalam menyikapi perayaan tahun baru kemarin.

Seiring berjalannya waktu, sikap umat muslim itu mulai kendor membela saudara saudara kita yang ada di palestina. Sikap mereka tidak membara seperti pada awal terjadinya perang di jalur gaza. Aksi pemboikotan produk yang pada awal perang sangat disuarakan dengan lantang.

Sayang pada saat ini aksi pemboikotan produk-produk yang pro Israel itu sudah mulai tidak terdengar lagi gaungnya. Permasalah lain juga umat sudah mulai terpecah dalam mensikapi muslim rohingya banyak akun media sosial yang menyebarkan berita berita yang belum tentu kebenarannya mereka seolah menggiring opini supaya kita tidak empati lagi dengan saudara kita dari rohingya.

Kesimpangsiuran itu bahkan menjadi salah satu pemecah di antara umat Isam. Juga diperkuat dengan pembungkaman terhadap akun oleh meta terhadap akun yang menunjukan pembelaan terhadap muslim palestina. Inilah salah satu dampak sikap nasionalisme yang ada pada diri kaum muslim yang menjadikan ukhuwah di antara kaum muslim itu pupus.

Rasulullah mengibaratkan satu Mukmin dengan Mukmin yang lainnya bagaikan satu tubuh. “Perumpamaan kaum mukminin dalam saling mencintai, saling mengasihi dan saling menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.” (HR Muslim). Inilah hadist Yang harus selalu kita ingat dan amalkan. Sesama muslim itu bagaikan satu tubuh sehingga kita wajib menunjukan pembelaan, pertolongan juga sikap yang nyata apabila saudara sesama muslim sedang terancam raga dan nyawanya.

Maka, apakah tahun baru menjadi harapan baru bagi kaum muslim? Ini mungkin pertanyaan yang ada dalam sebagian otak kaum muslim. Ketika kita menginginkan harapan baru berupa perubahan ke arah yang lebih baik bagi semua permasalahan kaum muslim pada hari ini. Tetapi masih menjalankan sistem kapitalis demokrasi yang ada, itu hanya akan menjadi mimpi belaka.

Karena nyatanya dalam sistem demokrasi ini, yang selalu menggemborkan hak asasi manusia prakteknya nol besar. Mereka terus menyuarakan keadilan kedamaian antar umat manusia tetapi yang ada umat manusia dalam sistem ini tidak merasakan di manusia kan dalam sistem ini. Berharap adanya perubahan ke arah yang lebih baik dalam sistem demokrasi kapitalis ini bagaikan berharap memeluk bulan.

Khilafah Mempersatukan Umat

Umat Islam saat ini hanya butuh khilafah. Slogan ini bukan sekadar isapan jempol, yang dianggap mimpi yang mustahil akan terwujud. Tanpa adanya perisai dalam satu naungan yang menyatukan pemikiran, perasaan, serta satu aturan. Kita lihat umat Islam pada hari ini, Umat yang semakin terpecah belah dalam banyak negara. Ukhuwah Islamiyah pun menjadi pupus karena ikatan nasionalisme. Juga negeri-negeri muslim menjadi tidak berdaya karena sekulerisme yang menjadi akidah mereka dalam menjalani kehidupan.

Hampir 1,8 miliar jiwa terkoyak. Generasinya pun rusak dan negeri muslim pun porak-poranda ini di akibatkan oleh ideologi sekuler kapitalisme. Di bawah satu kepemimpinan yaitu khalifah, umat Islam terjaga dari penindasan, kedzaliman, keterpurukan dan penjajahan. Dengan adanya Khalifah, tentu syariat Islam bisa diterapkan secara sempurna serta penerapan syariat Islam secara paripurna, kehidupan yang Islami akan terwujud. Para Generasi juga akan terselamatkan dari banyaknya gempuran budaya serta pemikiran kufur. Walhasil masyarakat hidup teratur sesuai syariat Islam. Pemimpinnya akan amanah karena melaksanakan aturan Islam dalam ketaatan, bukan berdasar kepentingan semata. Hal ini Bukan hanya bagi muslim, bahkan warga nonmuslim pun mereka pasti akan merasa hidup aman dan nyaman di bawah naungan Khilafah.

Khilafah akan memperlakukan masyarakat nonmuslim dengan sebaik-baiknya perlakuan terhadap umat manusia. Bahkan Lebih dari 13 abad Khilafah memimpin dunia, tidak akan pernah ada pemaksaan, penindasan, penjajahan apalagi genosida. Fakta ini tentu sudah teruji secara empiris dan historis.

Maka kini saatnya umat bangkit dan ikut memperjuangkan tegaknya Khilafah sebagai pelindung yang hakiki. Mari menatap secara optimis bahwa sinar Khilafah akan menerangi seluruh alam raya di masa depan. Sudah saatnya Islam kembali memimpin peradaban umat manusia. Maka dengan begitu gelar yang di sematkan sebagai umat terbaik di muka bumi ini akan mewujud.

Wallahua’lam bish-shawwab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *