Palestina Butuh Solusi Tuntas Bukan Solusi Pragmatis

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Palestina Butuh Solusi Tuntas Bukan Solusi Pragmatis

Fatmawati

Kontributor Suara Inqilabi

 

Disaat sebagian besar kaum muslim bergembira menyambut bulan suci ramadhan yang mulia dan penuh berkah namun hal berbeda terjadi pada saudara kita di Palestina. Serangan zionis Yahudi terus menerus dengan membabi buta dan sangat brutal hingga saat ini mengakibatkan muslim Palestina menghadapi dua ancaman genosida dan kelaparan.

Menurut data yang dihimpun United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA), selama 7 Oktober 2023 – 7 Maret 2024, warga jalur Gaza yang tewas akibat serangan Israel sudah mencapai 30.800 jiwa dan korban luka 72.298 orang. Dalam sehari terakhir terdapat 83 warga Palestina yang tewas dan 142 warga Palestina terluka. (Databoks.katadata.co.id, 08-03-2024).

Kekejian dan kebengisan Israel yang sangat tidak manusiawi dalam memeperlakukan muslim palestina telah memicu munculnya seruan warga muslim dunia untuk memboikot produk Israel.

Menjelang Ramadhan, sejumlah perusahaan kurma asal Israel ketar-ketir produk buatannya tak laku di masyarakat. Pasalnya, ajakan boikot produk Israel masih terus menggema di dunia akibat perang dengan Palestina. Mengutip Middle East Eye, Minggu (3/2) sepertiga dari total ekspor kurma produsen Israel dilakukan selama bulan Ramadan.

“Kampanye iklan senilai USD 550.000 untuk mempromosikan kurma Medjool Israel dihentikan sebagai tanggapan atas ketakutan akan boikot,” tulis laporan itu (Kumparan Bisnis, 03-03-2024).

Pengawasan terhadap produk-produk Israel di kalangan muslim meningkat setelah pertumpahan darah di Gaza. Alasannya dari keuntungan bisnis inilah mereka sisihkan untuk membiayai senjata untuk menindas dan membunuh muslim Palestina.

Selama 75 tahun berbagai pihak telah berupaya mencari solusi atas krisis Palestina mulai dari LBB, PBB, OKI dll namun semua itu adalah solusi palsu. PBB sebagai organisasi internasional melalui Dewan Keamanan PBB telah melakukan perundingan damai dan mengeluarkan ratusan resolusi serta ancaman pelanggaran perdamaian namun itu semua tidak berpengaruh bagi zionis Yahudi, agresi militer Yahudi masih tetap menginvasi dan menduduki wilayah Palestina akibatnya wilayah Palestina semakin kecil.

Bahkan solusi dua negara yang dipaksakan PBB justru sangat merugikan pihak Palestina. Hal ini berarti PBB melegitimasi pencaplokan wilayah Palestina oleh zionis Yahudi. Jadi mustahil berharap pada PBB, sebab solusi dua negara ini jelas mengisyaratkan PBB lebih memihak kepada Yahudi. Sebenarnya PBB memang berada dalam kendali penuh Amerika, sementara Amerika dan sekutunya mendukung penuh Yuhudi. Terlihat pada perang 7 oktober lalu Amerika langsung mengerahkan dua kapal induk dan kapal selam tercanggihnya di lepas pantai Palestina.

Begitupun dengan OKI melalui berbagai KTT, bahkan 11 Nopember 2023 lalu OKI kembali mengadakan KTT luar biasa di Riyadh yang dihadiri 57 penguasa muslim termasuk presiden Jokowi namun hasilnya hanya sekedar kecaman tanpa aksi nyata. Permintaan KTT kepada Jaksa Mahkamah Pidana Internasional (ICC) untuk melakukan penyidikan atas kejahatan perang dan kemanusiaan zionis Yahudi terhadap Palestina hanya dianggap angin lalu dan zionis Yahudi tidak memberikan akses penyelidikan sebab Yahudi tidak mengakui otoritas ICC jadi semua upaya ini tidak menghasilkan apa-apa.

Meskipun kebiadaban agresi zionis Yahudi disaksikan oleh mata dunia, termasuk para pemimpin dunia dan penguasa negeri-negeri muslim, namun mereka hanya diam membisu. Jikapun ada tindakan itu hanyalah sebatas kecaman dan retorika belaka. Yang lebih ironisnya lagi para penguasa muslim seperti Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko Sudan, Mesir, Arab saudi, Irak, Iran dan Turki menjalin hubungan diplomatik termasuk perdagangan dengan Yahudi maka seruan boikot sesungguhnya tidak akan efektif sebab mereka tentu akan mempertimbangkan untung ruginya. Pada akhirnya merekapun puas dan bangga dengan cukup mengirimkan bantuan sosial, padahal bantuan sosial hanya untuk korban perang tetapi tidak menghilangkan penjajah zionis Yahudi dari negeri Palestina. Tak jarang bantuan sosial inipun tidak bisa masuk ke Palestina seperti yang terjadi saat ini, baik karena dihalangi zionis Yahudi atau karena Mesir tidak memberikan akses bantuan itu masuk.

Sungguh sangat nyata pengkhianatan para penguasa dunia islam saat ini, mereka memberikan loyalitasnya bukan kepada sesama saudara muslim tapi malah tunduk dan patuh kepada kepentingan barat. Mereka tidak lebih penguasa boneka bagi kepentingan Barat.

Inilah dampak dari pemahaman nasionalisme yang lahir dari sistem sekuler kapitalis yang rusak. Dampaknya sungguh sangat luar biasa bukan saja melemahkan umat muslim namun juga mengikis rasa persaudaraan diantara umat islam yang diibaratkan satu tubuh. Lihatlah Mesir dan Yordania yang berbatasan langsung dengan Palestina, mereka hanya menjadi penonton yang baik melihat pembantaian saudaranya. Jangankan menolong pengungsi Palestina, Mesir justru membangun tembok pembatas yang tinggi dan diberi kawat berduri astagfirullah…mereka tega melihat saudaranya mati kelaparan, mereka tidak peduli saudaranya makan pakan ternak yaa Allah….semua ini karena mereka menganggap bahwa itu adalah masalah negara Palestina dan Israil.

Untuk itu diperlukan membangun kesadaran umat, bukan hanya sekedar memboikot produk zionis Yahudi tapi yang terpenting juga memboikot produk-produk pemikiran asing terutama nasionalisme dan juga sistem sekuler yang membelenggu serta menyebabkan kelemahan umat islam.

Juga sangat penting memahami masalah yang terjadi di Palestina, bahwa akar masalah Palestina adalah penjajahan zionis Yahudi yang dibekingi negara kafir penjajah Amerika dan Inggris. Maka solusi dari agresi militer zionis Yahudi tentu bukanlah perundingan, bukan pula pemboikotan apalagi kecaman. Namun solusi yang langsung ke akar masalahnya yaitu menghilangkan penjajah tersebut dari bumi Palestina. Hal ini bisa terwujud jika semua pemimpin muslim bersatu mengirimkan pasukan tentaranya dan menyerukan jihad fii sabilillah. Sebab merekalah yang memiliki kekuasaan untuk menggerakkan pasukan militer di negeri-negeri islam. Sementara jihad adalah seruan syar’i untuk melawan kaum kafir dalam menegakkan agama Allah serta membela saudara-saudara kita ketika mereka diperangi. Firman Allah SWT:

وَاقْتُلُوْهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوْهُمْ وَاَخْرِجُوْهُمْ مِّنْ حَيْثُ اَخْرَجُوْكُمْ

Artinya : Perangilah mereka dimana saja kalian menjumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian (QS. al-Baqarah [2]: 191).

Inilah yang pernah dilakukan oleh Khalifah Umar bin al-Khaththab ra dan Shalahuddin al-Ayyubi ketika membebaskan Baitul Maqdis (Palestina).

Selanjutnya umat islam juga harus memiliki pelindung dalam bentuk sebuah institusi kepemimpinan umum yaitu khilafah sehingga umat islam dapat berjuang dalam satu komando yang solid dan kuat. Khilafah adalah perisai hakiki yang akan menyatukan seluruh umat islam dengan landasan akidah islam serta membebaskan umat islam dari cengkraman penjajahan kekuasaan politik global, bukan saja di Paestina tapi diseluruh wilayah umat islam di dunia ini.

Sejarah membuktikan wilayah Palestina adalah wilayah yang damai adil, makmur dan sejahtera ketika dalam perlindungan khilafah meskipun penduduknya bukan hanya dari kalangan muslim saja namun mereka hidup berdampingan tanpa masalah. Tetapi ketika khilafah runtuh maka mulailah penjajahan itu muncul bukan saja di wilayah Palestina namun juga di sebagian besar wilayah umat islam di dunia. Jelaslah bahwa khilafahlah satu-satunya perisai yang dapat melindungi umat muslim. Berdasarkan hukum syara’ maka khilafah tidak akan melakukan hubungan apa pun dengan negara musuh kecuali perang. Inilah bentuk boikot dalam sistem islam.

Wallahu a’lam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *