PERINGATAN: BAHAYA BESAR DIBALIK MODERASI BERAGAMA

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

PERINGATAN: BAHAYA BESAR DIBALIK MODERASI BERAGAMA

Oleh Halida almafaza

(Aktivis Dakwah Muslimah Wonosari Deliserdang)

Kotabaru (Kemenag KTB) – kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam (Kasi Bimas Islam) H. Ramadhan, S. Ag., M. Ag. menegaskan bahwa moderasi beragama adalah salah satu solusi terbaik saat ini dalam mengantisipasi potensi konflik di negara yang memiliki keragaman seperti Indonesia. Rabu (07/06/2023) di Hotel Victoria River View, Banjarmasin.

H. Ramadhan menyampaikan bahwa sebagai negara multikultural dan multi religius, Indonesia selama ini terbukti mampu menjaga kerukunannya. Masyarakat Indonesia yang penuh warna, masih bisa mengikatkan diri pada kesatuan dalam keragaman.

Sementara itu, Saidah, S. Ag salah satu peserta kegiatan mengatakan bahwa banyak negara menghadapi masalah yang sama dalam kehidupan beragama, seperti ekstremisme dan populisme. Ada juga beberapa kekerasan atau konflik agama yang membutuhkan pendekatan moderat.

Bagi Menag Yaqut Cholil Qoumas, “Moderasi beragama adalah jawaban atas masalah keagamaan yang dihadapi masyarakat Indonesia saat ini. Mencegah agar konflik tidak meluas dan tidak melahirkan kerusakan yang lebih besar sehingga diperlukan cara pandang yang moderat. Moderasi beragama solusi terbaik untuk negeri.

Bahkan gelaran ICROM, misinya tidak jauh dengan apa yang dikatakan Menag Yaqut Cholil Qoumas. ICROM 2023 merekomendasi agar kita mengembangkan pendidikan keagamaan yang inklusif dan toleran yang bertujuan menanamkan nilai-nilai moderasi beragama kepada generasi muda dan lintas negara.

Moderasi beragama sendiri merupakan proyek global penjajah, seiring dengan agenda kampanye Amerika Serikat (AS) tentang global war on terrorism (GWOT) pasca-Tragedi 9/11 yang dikampanyekan AS untuk melawan radikalisme, ekstremisme, dan terorisme. Meski definisinya masih tidak jelas, faktanya, istilah-istilah tersebut selalu disematkan pada ajaran Islam dan umatnya yang menghendaki penerapan Islam kafah.

Proyek moderasi beragama juga bertujuan untuk menancapkan paham Islam moderat dan menjadikan kaum muslim menjadi muslim moderat. Moderasi Islam dalam pengertian ini bermakna membangun Islam yang menerima demokrasi dan kesetaraan gender. Menurut Janine A. Clark, Islam moderat adalah Islam yang menerima sistem demokrasi.

Muslim moderat adalah orang yang menyebarluaskan dimensi-dimensi kunci peradaban demokrasi, termasuk gagasan tentang HAM, kesetaraan gender, pluralisme, menerima sumber-sumber hukum tidak berasal dari satu agama saja serta melawan terorisme dan berbagai bentuk legitimasi terhadap kekerasan.

Bahaya Besar

Moderasi beragama sejatinya diarahkan untuk mengukuhkan hegemoni penjajahan dan menghalangi kebangkitan Islam kaffah. Bahkan, untuk melegalisasi opininya, AS melalui agen-agennya menggunakan ayat Al-Qur’an sebagai dalil yang dicari-cari dan menyebutkan “moderasi beragama” dengan istilah yang seolah islami, yaitu “Islam wasatiah” yang mereka ambil dari lafaz “ummatan wasathan” pada QS Al-Baqarah: 143, Di antaranya,

Pertama, memecah belah persatuan umat Islam. Penggunaan istilah “Islam moderat” yang diversuskan dengan istilah “Islam radikal” adalah cara Barat untuk memecah belah kaum muslim dan melanggengkan penjajahan Barat atas dunia Islam.

Muslim yang pro Barat dan menerima serta mengakomodasi kepentingan Barat akan disebut ‘moderat’. Sebaliknya, muslim yang menolak penjajahan Barat serta menentang kepentingan Barat akan disebut ‘radikal’ dan sah untuk diperangi.

Kedua, meracuni akidah umat Islam. Moderasi adalah bagian dari proses sekularisasi pemikiran Islam di tengah umat dengan warna baru. Islam moderat menyerukan sikap Islam terbuka juga toleran yang kebablasan terhadap ajaran agama lain dan pada semua pandangan serta budaya.

Ketiga, menghancurkan syariat Islam. Gagasan Islam moderat ini mengabaikan sebagian ajaran Islam yang qath’iy-tsubut dan qath’iy-dilaalah, seperti superioritas Islam atas din dan ideologi lain (QS 3: 85), kewajiban berhukum pada syariat (QS 5: 48), tentang jihad dan jizyah (QS 9: 29), serta keharaman perempuan menikah dengan kafir (QS 60: 10).

Keempat, melegalisasi pluralisme (semua agama benar). Islam moderat berpegang pada kaidah qabulul akhar (menerima yang lain secara terbuka dan tidak mengeklaim kebenaran diri sendiri). Walhasil, mereka menyerukan toleransi kebablasan melampaui batas-batas syariat Islam.

Kelima, alat untuk membungkam suara umat Islam dan menghalangi perjuangan penerapan Islam kafah melalui tegaknya Khilafah Islam.

Dengan Islam moderat kaum muslim berpecah belah, jauh dari persatuan, tercegah untuk bangkit dan melakukan amar makruf nahi mungkar, serta bungkam terhadap kemaksiatan. Kaum muslim juga jadi tidak berfokus pada kesolidan perjuangan tegaknya kembali Khilafah Islam—yang akan menjadi lonceng kematian bagi Barat penjajah.

Mengancam Generasi 

Moderasi beragama berbahaya karena merusak keyakinan akan kebenaran Islam. Hal ini karena moderasi beragama mengajarkan prinsip semua agama benar atau semua agama sama. Penanaman prinsip ini kepada anak anak sudah sejak dini sehingga akhirnya tidak masalah berpindah-pindah agama, toh semua agama benar. Toleransi terwujud dengan ucapan selamat Natal, bersama-sama menghias pohon Natal, juga memakai topi Santa Klaus atau atribut keagamaan lainnya.

Bahkan, di sebuah keluarga, tidak masalah agamanya beraneka ragam antara ayah, ibu, dan anak karena semua agama menuju Tuhan dan surga yang sama, asalkan saling menyayangi dan saling menghargai. Jelas ini bertentangan dengan akidah Islam yang mengajarkan hanya Islam agama yang benar, sedangkan agama yang lain salah. Allah Swt. berfirman dalam QS Ali Imran [3]: 19,

“Sesungguhnya agama (yang diridai) disisi Allah hanyalah Islam.”

Perlindungan secara menyeluruh terhadap generasi hanya mungkin terlaksana jika syariat Islam terterapkan secara keseluruhan (kafah) dalam sistem pemerintahan Islam, yakni Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah. Sudah selayaknya perjuangan tegaknya Khilafah menjadi agenda umat Islam hari ini.

Wallahua’lam bish-shawwab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *