Remaja Ku Sayang Remaja Ku Malang, di Tengah Sistem Sekulerisme yang Usang

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Remaja Ku Sayang Remaja Ku Malang, di Tengah Sistem Sekulerisme yang Usang

 

Oleh Lia Wulandari

Pendidik Generasi dan Aktivis Muslimah

 

 “Pendidikan adalah tiket masa depan. Hari esok dimiliki oleh orang-orang yang mempersiapkannya sejak hari ini.”

Demikian pesan yang disampaikan oleh seorang pendakwah Amerika di era 1960 an, Malcom X. Pesan tersebut memberikan gambaran mengenai pentingnya pendidikan, karena keberhasilan peradaban berawal dari keberhasilan pendidikan. Kondisi dunia pendidikan saat ini adalah apa yang dipersiapkan di masa lampau dan masa depan peradaban kita tergantung apa yang kita terapkan saat ini. Lalu apa kabar dunia pendidikan di negeri kita saat ini?

Bila kita membuka mata terhadap apa yang terjadi pada generasi kita, tentu akan kita jawab bahwa dunia pendidikan saat ini sedang tidak baik-baik saja. Setiap bulan Mei kita memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), di tahun 2023 adalah tahun ke 64.

Ironisnya makin tahun makin buram dunia pendidikan kita. Khususnya dalam hal output akhlak dan moral remaja. Hampir setiap hari kita mendapati berita tentang tindak asusila hingga kriminalitas yang dilakukan oleh kaum remaja kita. Dilansir dari merdeka.com menyebutkan bahwa Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN) mencatat usia remaja di Indonesia sudah kerap kali berhubungan seksual di luar nikah. Tercatat remaja mulai usia 14 tahun yang sudah melakukan seks di luar nikah dan angkanya terus meningkat setiap tahun.

Menurut seorang Praktisi psikologi keluarga, Nuzulia Rahma Tristinarum pada Republika.co.id, mengungkapkan bahwa banyak faktor yang membuat remaja berani melakukan aktivitas seksual di usia belia. Di antaranya minimnya pemahaman spiritual (agama), hubungan yang disharmonis di dalam keluarga sehingga mencari kasih sayang di luar rumah, kurangnya pengawasan dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, hingga tak sedikit yang bermotif ekonomi dan tuntutan gaya hidup serba wah.

Bila kita amati seksama maka akan kita dapati bahwa kompleks nya permasalahan pendidikan saat ini adalah akibat rusaknya asas kehidupan karena kehidupan yang tidak berlandaskan pada agama. Agama dipandang sebagai hal yang bersifat personal dan tidak diperkenankan turut andil dalam masalah kehidupan sosial, termasuk pendidikan. Inilah sistem hidup sekuler kapitalis. Kehidupan sekuler kapitalis menitik beratkan pada pemenuhan kepuasan fisik dan materi semata.

Parameter kebahagiaan kehidupan sekuler adalah saat tersalurkannya kebebasan berfikir, berpendapat, bertingkah laku dan berkepemilikan. Agama hanya disisakan di sudut sempit kehidupan bahkan seringkali hanya dijadikan seremonial semata. Sehingga tidak heran remaja saat ini memilih bergaya hidup bebas, hedon, dan konsumtif. Dalam permasalahan seks bebas di kalangan remaja, sistem sekuler kapitalis menelurkan solusi yang salah satunya adalah pendidikan seks dan reproduksi.

Namun, angka seks bebas remaja bukannya turun dan menghilang, akan tetapi terus meningkat. Remaja justru makin merasa aman berhubungan seks karena mereka dibekali ilmu bagaimana seks yang aman sehingga meminimalisir terjadinya kehamilan dan tertular dari penyakit menular seksual. Bukan untuk meninggalkan aktivitas seks dan hal-hal yang menuju terjadi nya seks. Hal ini akibat solusi tersebut lahir dari sudut pandang barat yang bertentangan dengan sistem Islam.

Islam merupakan agama sekaligus sistem hidup (ideologi) yang berasal dari pencipta manusia, Allah SWT. Islam memiliki seperangkat pemikiran dan metode yang sempurna dalam mengatur setiap aspek kehidupan, bila diterapkan secara totalitas akan mewujudkan kehidupan yang penuh rahmat. Termasuk dalam hal pendidikan.

Sistem pendidikan Islam bertujuan membentuk kepribadian Islam (pola pikir dan pola sikap Islam) serta membekalinya dengan ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan. Sehingga terwujud kualitas generasi yang berakhlak mulia dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta menyadari bahwa manusia akan kembali kepada Allah SWT. dengan perhitungan dan pembalasan terhadap apa saja yang ia lakukan di dunia ini yang bersandarkan pada ketentuan ketentuan Nya.

Adapun pilar dalam pendidikan Islam ada tiga yaitu pertama pendidikan keluarga, keluarga lah yang meletakkan dasar agama pada pribadi generasi. Pilar kedua adalah pendidikan formal oleh negara, dalam hal ini negara wajiba menyelenggarakan pendidikan berbasis akidah Islam dan menyediakan fasilitas yang memadai. Lalu pilar ketiga adalah pendidikan masyarakat, dimana generasi berada di tengah masyarakat yang kondusif dari segi pemikiran, pemahaman dan perasaan islami.

Masyarakat yang penuh ketakwaan, saling mengingatkan dalam ketaatan dan saling memotivasi dalam kebaikan. Bila pilar-pilar ini berhasil ditegakkan maka akan terwujud generasi qurrota a’yun, generasi dambaan ummat. Namun pilar pendidikan Islam hanya akan tegak bila sistem pendidikannya adalah sistem pendidikan Islam. Sitem pendidikan Islam hanya akan terwujud bila asas kehidupan negeri kita ber asaskan sistem Islam.

Wallhualam bissawab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *