Generasi Depresi, Islam Solusi

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Generasi Depresi, Islam Solusi

Oleh Zulfa Husna M

Mahasiswa 

 

Bunuh diri masih menjadi masalah senyap di Indonesia. Insiden bunuh diri kemungkinan besar jauh lebih tinggi dari data resmi, menurut penelitian terbaru. Setiap tahun lebih dari 700 ribu orang meninggal karena bunuh diri di dunia, atau 1.900 orang per hari. Kemungkinan besar lebih dari 20 kali percobaan bunuh diri setiap kasus kematian.

Sebuah studi pada tahun 2022 menemukan bahwa angka bunuh diri di Indonesia mungkin empat kali lebih besar daripada data resmi. Kurangnya data telah menyembunyikan skala sebenarnya dari persoalan bunuh diri di Indonesia, menurut sejumlah pakar. Padahal, WHO mengatakan bunuh diri adalah penyebab kematian terbesar keempat. Menurut Bank Dunia, jumlah penduduk Indonesia adalah 267,1 juta jiwa. Ini berarti ada 2.992 kematian akibat bunuh diri di tahun tersebut.

Pada dasarnya setiap orang memiliki insting untuk bertahan di dunia ini. Hanya saja tergantung pada apa yang di percaya, maka tubuh dan pikirannya pun akan mengikuti. Jika ia percaya bahwa ia tidak akan sanggup hidup, maka tubuhnya pun akan ikut merespon dengan sikap apatis layaknya bom waktu yang menghitung mundur.

Bunuh diri pada umumnya adalah tindakan yang dilakukan atas dasar luapan emosi dan tanpa pikir panjang dengan keputusan yang hanya dibuat beberapa menit atau jam sebelumnya, meski mungkin juga akibat dari alasan yang mengendap lama tanpa pengetahuan orang lain.

Beberapa orang yang melakukan bunuh diri mungkin memiliki masalah mental yang jelas, seperti depresi atau kecanduan. Banyak juga yang dipicu oleh perasaan amarah, keputusasaan, nelangsa, dan berbagai ujian kehidupan.

Membahas tentang ujian dalam hidup banyak sebagian orang yang memahami bahwa ujian adalah nasib sial bagi mereka sehingga ini adalah akibat dari paham sekuler kapitalis yang menguasai masyarakat saat ini. Masyarakat sekuler akan merasa sangat menderita dengan cobaan hidup yang ia hadapi karena jauhnya ia dari agama. Selain itu, masyarakat kapitalis juga memiliki pandangan khas tentang hidup, bagi mereka hidup seharusnya mendapatkan kebahagiaan sebanyak mungkin, akibat nya saat ditimpa ujian ia tidak bisa bertahan dan lebih memilih bunuh diri meskipun Allah melarang.

Masyarakat sekuler memang rentan melahirkan generasi depresi karena agama hanya dianggap sebagai ibadah ritual saja bukan jalan kehidupan yang harus diambil oleh manusia. Mereka menjadikan aktivitas belajar Islam secara kaffah sebagai perkara yang remeh dan ini berefek kepada standar perbuatan dan kebahagiaan dalam hidup mereka. Tentu saja orang yang ber-mindset kapitalis akan memandang bahwa perbuatan itu harus menghasilkan kepuasan materi. Mereka menganggap ujian kehidupan sebagai bencana besar dan mati dipandang sebagai solusi.

Negara sudah seharusnya bertanggung jawab dalam permasalahan ini karena negara adalah pengurus rakyat yang seharusnya juga menjaga pemikiran dan perbuatan rakyatnya benar sesuai syariat Islam.

Sayangnya, negara berpaham kapitalisme melalaikan kewajiban ini bahkan makin mengokohkan paham sekuleris kapitalis dengan sistem pendidikan sekuler yang menganggap Islam hanya sebatas ibadah ritual saja sedangkan untuk mengatur kehidupan masyarakat diberi kebebasan untuk memilih jalannya masing masing. Alhasil, mindset bahwa bahagia itu harus dengan materi menghinggapi generasi yang menjadi lemah ketika dihadapkan dengan cobaan hidup.

Di dalam sistem sekularisme kita mudah terjangkiti pemikiran yang salah, maka kita harus mempunyai inisiatif untuk membentuk pemikiran yang benar. Cara yang bisa kita lalukan untuk membentuk pemikiran yang benar hanyalah dengan mengkaji Islam secara kaffah. Aktivitas ini yang akan membuat paham bahwa kehidupan didunia hanyalah untuk beribadah kepada Allah dalam arti harus menaati seluruh perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Dalam proses menuju taat maka akan dihadapkan dengan berbagai macam ujian. Dengan terbentuknya pemahaman islam maka kita akan menjadi manusia yang kuat dalam menghadapi ujian apapun, bahkan Allah sudah mengatakan bahwa seluruh urusan kaum muslim itu baik karena ketika seorang muslim mendapatkan kebahagiaan maka akan bersyukur dan ketika mendapatkan ujian maka akan bersabar.

Sebenarnya negara adalah institusi yang memiliki kewajiban untuk membentuk generasi dengan mindset yang benar karena negara memiliki perangkatnya. Dengan menerapkan sistem pendidikan islam bisa dengan mudah negara membentuk generasi yang ber-mindset Islam secara massal, sebab tujuan dari pendidikan Islam selain untuk membentuk generasi terdepan dalam sains juga kokoh dalam kepribadian Islam. Seseorang yang berkepribadian Islam akan mampu memutuskan segala persoalan sesuai dengan pandangan syariat dan ia juga akan mampu mengamalkannya dalam bentuk perbuatan. Sistem pendidikan Islam ini hanya bisa diterapkan oleh institusi yang menerapkan syariat Islam secara kaffah dalam bingkai khilafah.

Wallahua’lam bish-shawwab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *