Wujud Nyata Benci Produk Luar Negeri

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Irma Setyawati, S.Pd (Pemerhati Masalah Sosial)

 

Di lansir dari CNN Indonesia, Jakarta. Pemerintah akan impor 1 juta-1,5 juta ton beras dalam waktu dekat ini.  Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan itu dilakukan demi menjaga ketersediaannya di dalam negeri supaya harganya tetap terkendali. Selain beras, Airlangga mengatakan pemerintah juga akan menjaga ketersediaan daging dan gula, ujarnya dalam Rapat Kerja Kementerian Perdagangan 2021, Kamis (4/3).

Kebijakan di atas sungguh bertentangan dengan kebijkan Presiden Jokowi yang meminta masyarakat menjadi konsumen loyal produk-produk Indonesia dan menggaungkan benci produk luar negeri.

“Ajakan untuk cinta produk-produk Indonesia harus terus digaungkan. Gaungkan juga benci produk-produk dari luar negeri. Bukan hanya cinta tapi juga benci. Cinta barang produk kita. Benci barang luar negeri,” ujar Jokowi dalam acara Pembukaan Rapat Kerja Nasional Kementerian Perdagangan 2021 di Istana Negara, Jakarta pada Kamis, 4 Maret 2021.

Jika negara ini ingin swasembada, konsistenlah untuk tidak tergantung kepada negara lain. Karena pada hakikatnya paradigma pemimpin adalah berperan sebagai raa’in (pelayanan) dan junnah (perlindungan). Dengan paradigma tersebuat maka wajib bagi pemerintah untuk menerapkan kebijakan swasembada dan melepaskan ketergantungan pada negara lain baik masalah pangan, infrastruktur, teknologi, maupun alat berat dan persenjataan.

Tdak ada yang perlu di takutkan jika kita berswasembada, karena kita di karuniai oleh Allah SWT dengan  sumber daya alam berlimpah. Baik yang tersimpan di dalam perut bumi, hutan dan lautnya. Kitapun juga  memiliki ketersediaan bahan pangan yang berlimpah, beras (makanan pokok), palawija, ikan, sayur dan buah, serta daging ternak hasil kebijakan pertanian. Bahan mentah yang dibutuhkan umat dan negara seperti minyak, gas, batubara, dan tambang lainnya pun juga berlimpah.

Negara kita susah berswasembada dan menjadi negara independen yang kuat dan berwibawa di hadapan seluruh negara-negara di dunia karena kita terlalu bergantung kepada negara lain terlebih negara kafir. Utang luar negeri kita ke negara lain begitu besar, kran impor terus di buka dengan deras, investasi asing di buka luas dan sederet fakta lemahnya pemerintah di hadapan asing.

Padahal Allah ‘Azza wa Jalla melarang memberikan jalan apapun bagi orang kafir untuk menguasai orang-orang beriman dalam firman-Nya: “Dan sekali-kali Allah tidak akan pernah memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk menguasai orang mukmin” (TQS. An-Nisa’ [4]: 141)

Seharusnya ayat tersebut menjadi renungan bagi pemerintah, dengan kebijakan- kebijakan yang membuka kran ketergantungan kepada asing maka negara kita tidak akan bisa berdaulat di mata dunia internasional, tapi sebaliknya negara kita semakin masuk dalam jeratan ketergantungan terhadap asing.

Wallahua’lam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *