Wajib Menolong Muslim Rohingya.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Wajib Menolong Muslim Rohingya

Ummu Afkar

Ibu Rumah Tangga dan Aktivis Dakwah

Sungguh perih rasanya hati ini melihat nasib muslim Rohingya. Mereka yang harus menyelamatkan nyawa, karena terancam dihabisi di negerinya sendiri. Upaya mencari perlindungan pun dilakukan dengan menggunakan kapal yang penuh sesak karena kelebihan muatan, sementara bekal yang dibawa serba minim dan seadanya. Mereka terapung-apung di tengah laut selama 11 hari mencari negara yang mau menerima. Namun sayangnya justru penolakan yang didapatkan.

Kedatangan pengungsi Rohingya dari Myanmar di Aceh menuai polemik. Masyarakat lokal menolak dengan beragam alasan dan tak ingin mereka bermukim sementara atau tetap di daerahnya. Alhasil, nasib mereka pun terkatung-katung. Menurut Menkopolhukam Mahfud MD jumlah pengungsi Rohingya baru-baru ini mencapai 1.748 orang yang tersebar di Pidie, Sabang, serta Lhokseumawe. (CNBC Indonesia, 15/12/2023)

Menurut isu-isu yang berseliweran di media sosial, bertebaran seruan agar warga dan Pemerintah Indonesia menolak mereka. Beragam alasan dikemukakan oleh sejumlah akun media sosial. Mulai dari alasan kecewa atas sikap buruk pengungsi Rohingya terhadap warga setempat, hingga isu akan terjadinya penguasaan lahan oleh mereka seperti yang dilakukan zionis Yahudi terhadap tanah Palestina.

Inilah yang menjadi penyebab penolakan warga Aceh terhadap pengungsi Rohingya. Banyak pihak yang menolak memberikan suaka kepada mereka. Sementara di sisi lain, mereka adalah saudara sesama Muslim yang wajib diberi bantuan dan dilindungi. Lantas, bagaimana kita menyikapi hal tersebut? Siapa yang seharusnya menampung dan melindungi mereka?

Bagaimanapun keadaannya, kita tidak bisa menolak fakta bahwa kaum Muslim Rohingya sedang benar-benar menderita. Mereka diburu, dipenjara, disiksa dan dibunuh. Sebagian muslimahnya diperkosa oleh militer Myanmar. Pemukiman dan masjid-masjid mereka dimusnahkan dan operasi genosida juga dilakukan oleh aparat dan penganut Budha radikal yang dipimpin oleh Biksu Ashin Wiratu.

Pada dasarnya tidak ada perbedaan di kalangan ulama tentang kewajiban menolong sesama Muslim, khususnya yang sedang dizalimi oleh musuh-musuh Islam. Bahkan dalam hadis, Rasulullah saw. mengumpamakan hubungan sesama orang beriman laksana satu tubuh. Sabda beliau:

“Perumpamaan kaum Mukmin dalam hal saling mencintai dan saling menyantuni di antara mereka adalah laksana satu tubuh. Jika satu bagian dari tubuh itu menderita sakit maka seluruh badan turut merasakan sakitnya dengan tak bisa tidur dan demam.” (HR Muslim).

Seharusnya kaum Muslim fokus pada akar persoalan yang menyebabkan pengungsi Muslim Rohingya ke luar negara mereka. Bukan fokus pada persoalan-persoalan turunannya. Apalagi ikut terprovokasi dan terhasut sehingga mengabaikan ajaran Islam untuk menolong dan membantu saudara seiman.

Keengganan membantu pengungsi Rohingya umumnya dilandasi oleh adanya sekat nasionalisme yang membatasi negara satu dengan lainnya. Menganggap bahwa urusan bangsa lain tidak ada kaitannya dengan dirinya. Selain itu sikap individualis yang ada dalam ajaran kapitalisme menjadikan rasa empati dan kepedulian itu seolah sirna dan menguap begitu saja, meski penderitaan saudara seiman nampak di depan mata.

Apa yang dialami Muslim Rohingya, yakni penindasan, juga dialami kaum Muslim di negeri-negeri lain. Ada 6 juta lebih Muslim asal Suriah yang mengungsi ke 126 negara. Juga 2,2 juta warga Sudan Selatan yang mengungsi karena perang saudara. Setiap teriakan permintaan tolong seorang Muslim, harus dijawab dengan pertolongan oleh saudara seiman yang lain. Hal ini sebagaimana yang terjadi pada masa kepemimpinan Khalifah al Mu’tashim billah yang mengerahkan pasukan untuk membela kehormatan seorang Muslimah yang dizalimi rezim Romawi.

Namun sayangnya, saat ini sosok kepemimpinan seperti itu tidak dapat kita jumpai. Tidak ada satu pun yang mampu bersikap tegas dan pemberani dalam membela umat Islam yang tertindas seperti Muslim Rohingya. Penguasa negeri-negeri Muslim membisu seolah pura-pura tidak tahu, sedangkan lembaga internasional ataupun multilateral seperti PBB dan ASEAN hanya menjadi macan ompong yang berbusa-busa bicara tentang perdamaian dan HAM, tetapi nol dalam aksi konkret menolong mereka.

Solusi hakiki bagi Muslim Rohingya hanya bisa terlaksana saat islam diterapkan dalam sebuah kepemimpinan. Keberadaanya akan menghapus sekat-sekat nasionalisme yang membelenggu kaum Muslim satu dengan yang lainnya. Rasulullah saw. bersabda:

“Siapa saja yang terbunuh di bawah panji buta—dia marah karena ‘ashabiyah, menolong karena ‘ashabiyah dan menyerukan ‘ashabiyah—maka dia mati jahiliah.” (HR al-Baihaqi).

Dalam Islam, negara akan menjadi pelindung sejati bagi umat, yang akan mengurusi, mengayomi, dan mencukupi sandang, pangan, dan papan mereka, serta memberikan pekerjaan bagi para lelaki agar dapat menafkahi diri dan keluarganya. Penguasa juga akan menjamin pemenuhan kebutuhan pendidikan, kesehatan, dan keamanan sehingga mereka hidup layak.

Untuk mencegah konflik karena aspek budaya yang berbeda antara pendatang dengan warga lokal, negara akan mengislahkan keduanya. Asas akidah serta sikap saling ta’aruf dan ta’awun di antara keduanya akan menghilangkan sekat-sekat etnis yang mungkin ada.

Selain itu, negara akan melakukan pendekatan politik maupun militer (jihad fi sabilillah) terhadap reziam Myanmar yang Terbukti melakukan genosida terhadap muslim Rohingya. Penguasa juga akan membebaskan muslim Rohingya yang masih ada di Myanmar dan membebaskan wilayah Rakhine yang selama berabad-abad sudah menjadi tempat tinggal mereka. Solusi ini hanya bisa terwujud dengan tegaknya syariat di setiap aspek kehidupan dalam naungan kepemimpinan Islam. Oleh karenanya, sudah seharusnya umat bersegera dan bersungguh-sungguh dalam mewujudkannya.

Wallahu A’lam Bi Ashawwab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *